Rasa Jempolan! 5 Ramen Kaki Lima Ini Mulai Rp 12 Ribu Saja

Ramen, hidangan mie asal Jepang yang terkenal dengan kuah kaldu kaya rasa dan mie kenyal, kini semakin digemari di Indonesia. Hidangan ini yang sering dikaitkan dengan restoran mewah, kini bisa dinikmati dengan harga terjangkau di berbagai warung kaki lima. Menariknya, meskipun harganya terbilang sangat ekonomis, rasa yang dihadirkan tak kalah lezat dibandingkan dengan ramen dari restoran premium. Warung ramen kaki lima ini bahkan dikelola oleh chef berpengalaman yang pernah bekerja di restoran Jepang ternama, menjamin kualitas rasa yang memuaskan.

Bagi Anda penggemar ramen, berikut adalah lima pilihan ramen kaki lima yang wajib dicoba dengan harga mulai dari Rp 12.000!

1. Ramen Kakek Jepang – Kuah Tori Paitan yang Kental

Berlokasi di Gandaria, Jakarta Selatan, Ramen Kakek Jepang menawarkan ramen dengan kuah tori paitan yang dimasak hingga 12 jam, menghasilkan kaldu ayam yang sangat kaya rasa. Anda bisa menikmati ramen dengan topping seperti odeng, chicken katsu, atau chicken teriyaki dengan harga mulai Rp 12.000.

2. Ramen Siege – Truffle Oil yang Memikat

Jika Anda mencari pengalaman ramen dengan cita rasa yang lebih istimewa, Ramen Siege di Kebayoran Baru dapat menjadi pilihan. Dengan menu unggulan Edogawa Ramen Truffle Oil, ramen ini memiliki kuah berbasis susu yang creamy dan gurih. Topping jamur kuping, chicken chop, dan oden melengkapi rasa yang memanjakan lidah. Harga mulai Rp 45.000.

3. Makan Mie Ramen – Ramen Murah dan Topping Beragam

Di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Anda bisa menikmati ramen miso atau dry ramen dengan harga mulai Rp 15.000 di Makan Mie Ramen. Selain ramen, warung ini juga menyediakan berbagai pilihan topping seperti Ekado, Egg Roll, dan Crispy Wing. Tempat ini juga memungkinkan Anda memilih tingkat kepedasan ramen sesuai selera, dari level 0 hingga level 3.

4. Konbawa Ramen – Maze Ramen Tanpa Kuah yang Unik

Konbawa Ramen di Tebet menawarkan pengalaman ramen yang berbeda dengan menyajikan Maze Ramen, ramen tanpa kuah. Dengan harga mulai Rp 15.000, Anda bisa menikmati ramen kenyal dengan topping seperti Ebi Fry dan Age Gyoza. Jika Anda lebih suka ramen berkuah, Miso Ramen dengan kaldu kental yang kaya rasa umami juga tersedia.

5. Atsuiya Ramen Bekasi – Ramen Hotplate yang Menggoda

Atsuiya Ramen di Bekasi menawarkan sensasi makan ramen yang unik dengan menyajikannya di hotplate. Menu andalan seperti Ramen Chicken Katsu Hotplate seharga Rp 35.000, serta Beef Ramen Hotplate dengan bumbu yakiniku gurih siap menggoda selera.

Ramen kaki lima ini tidak hanya memberikan rasa yang memuaskan, tetapi juga pengalaman kuliner yang unik dengan harga yang sangat terjangkau. Jadi, jika Anda ingin menikmati ramen lezat tanpa merogoh kocek dalam-dalam, lima tempat ini wajib masuk dalam daftar kunjungan Anda!

House Kari Ala Jepang: Sensasi Kari Lezat untuk Vegan, Sehat dan Autentik!

House Kari Ala Jepang kini hadir sebagai pilihan bagi pecinta kari yang ingin menikmati cita rasa khas Jepang tanpa kandungan produk hewani. Dengan bahan-bahan alami dan rempah-rempah autentik, produk ini menghadirkan pengalaman kuliner yang lezat sekaligus sehat.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren pola makan berbasis nabati semakin populer di Indonesia, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan manfaat kesehatan dan keberlanjutan. Laporan dari The Good Food Institute menunjukkan bahwa penjualan produk nabati secara global mengalami lonjakan 34% pada 2023 sejak 2019. Sementara itu, survei Jakpat 2023 mengungkapkan bahwa 11% responden mulai mengurangi konsumsi produk hewani, dan 2% telah beralih menjadi vegetarian.

Menjawab kebutuhan masyarakat akan pilihan makanan sehat, PT House And Vox Indonesia menghadirkan House Kari Ala Jepang sebagai inovasi kuliner yang memadukan keaslian rempah Jepang dengan konsep ramah vegan dan vegetarian.

Kari Jepang dikenal memiliki rasa gurih yang khas dengan perpaduan sayuran seperti wortel, kentang, dan bawang bombai. Sebagai salah satu hidangan favorit di Jepang, kari juga dikonsumsi secara luas karena kandungan nutrisinya yang baik, terutama untuk anak-anak.

Dengan semakin berkembangnya gaya hidup modern yang lebih peduli terhadap pilihan makanan, House Kari Ala Jepang hadir untuk para penggemar kari yang menghindari bahan non-vegan. Berbahan dasar rempah alami, produk ini aman untuk dikonsumsi oleh vegan dan vegetarian. Salah satu menu rekomendasi adalah Vegan Tikka Masala Curry, yang menawarkan sensasi kari Jepang autentik dengan tambahan sayur-sayuran segar.

“Produk kami dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang mengutamakan kesehatan dan keberlanjutan. Dengan bahan alami tanpa tambahan produk hewani, House Kari Ala Jepang cocok untuk semua kalangan, termasuk vegan dan vegetarian,” ujar Dewi Febrina Iriani, Brand & Marketing PT House And Vox Indonesia.

Selain menghadirkan cita rasa kari Jepang yang otentik, produk ini juga menargetkan pasar keluarga dan anak-anak yang ingin menikmati hidangan sehat dan lezat. Kemasan praktis serta petunjuk penyajian yang mudah membuat House Kari Ala Jepang menjadi solusi bagi mereka yang ingin menikmati kari berkualitas restoran di rumah.

Gaya hidup vegan kini telah berkembang menjadi pilihan yang lebih berkelanjutan, bukan sekadar tren sesaat. Permintaan akan produk berbasis nabati di Indonesia terus mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap manfaat kesehatan dan dampak positif bagi lingkungan. House Kari Ala Jepang hadir sebagai wujud komitmen PT House And Vox Indonesia dalam menghadirkan inovasi kuliner yang sehat, lezat, dan bernutrisi, guna mendukung gaya hidup yang lebih baik bagi masyarakat.

“Kami percaya bahwa makanan yang lezat dan sehat harus dapat dinikmati oleh semua orang. House Kari Ala Jepang hadir untuk membawa kehangatan dan cita rasa Jepang yang autentik ke dalam setiap rumah di Indonesia,” tutup Dewi Febrina Iriani.

Was-was! Pemilik Restoran Khawatir Ditarget Ulasan Negatif Palsu

Menjaga reputasi bisnis kuliner di era digital bukanlah hal yang mudah, terutama dengan hadirnya ulasan online yang bisa memengaruhi kepercayaan pelanggan. Pemilik restoran tentu berharap mendapat komentar positif yang dapat meningkatkan daya tarik usaha mereka. Namun, bagaimana jika yang terjadi justru sebaliknya?

Itulah yang dialami oleh Padharo, sebuah restoran India vegetarian yang berlokasi di Southampton City, Inggris. Restoran ini tiba-tiba dibanjiri ulasan bintang satu di Google, yang menurut pemiliknya, Ankit Vaghela, berasal dari akun-akun palsu yang tidak pernah mengunjungi restorannya.

Ulasan Buruk Misterius yang Mengancam Reputasi Restoran

Dalam laporan yang dikutip dari dailyecho.co.uk (10/01/2025), Vaghela dan timnya terkejut saat membaca serangkaian ulasan negatif yang muncul secara mendadak.

“Sebagian besar akun yang memberikan ulasan tampaknya sama sekali tidak terkait dengan pelanggan mana pun yang kami miliki,” ujar Vaghela.

Ia menyebutkan bahwa ulasan tersebut tidak hanya menjatuhkan reputasi restorannya, tetapi juga berdampak pada peringkat restoran di Google, yang dapat memengaruhi jumlah pelanggan baru yang datang.

Salah satu komentar menyebutkan bahwa pelayanan buruk, makanan tidak enak, dan suasana restoran tidak nyaman. Bahkan, ada yang terang-terangan menyarankan orang lain untuk tidak datang ke restoran itu.

Mencurigai Pelanggan yang Pernah Komplain

Vaghela memang tidak tahu pasti siapa dalang di balik ulasan negatif tersebut, tetapi ia memiliki kecurigaan terhadap seorang pelanggan yang pernah mengajukan komplain.

Menurut penuturannya, pelanggan tersebut sebelumnya memesan dosa melalui aplikasi Uber Eats. Tak lama setelah menerima pesanan, pelanggan itu menelepon restoran dan mengeluhkan bahwa makanannya memiliki aroma yang kurang sedap.

Mendengar hal itu, Vaghela langsung menawarkan solusi. Ia meminta pelanggan untuk membawa makanannya ke restoran agar bisa diperiksa langsung. Pasalnya, Vaghela sendiri yang memasak makanan tersebut pada hari itu, dan ia yakin kondisinya masih segar dan tidak bermasalah.

“Saya menjelaskan bahwa kemungkinan aroma itu berasal dari adonannya, dan pelanggan menerima tawaran saya untuk mengganti pesanannya dengan yang baru,” ujarnya.

Namun, yang mengejutkan, pelanggan itu justru meminta pengembalian uang penuh. Vaghela menegaskan bahwa hal tersebut tidak bisa diproses langsung oleh restoran, karena transaksi dilakukan melalui Uber Eats, sehingga pengembalian dana harus melalui aplikasi tersebut.

Tak lama setelah kejadian itu, muncul ulasan bintang satu yang mencurigakan. Vaghela pun menduga bahwa pelanggan yang komplain tersebut bisa saja menjadi salah satu pelaku yang sengaja menjatuhkan reputasi restorannya.

Dukungan Netizen Menyelamatkan Reputasi Restoran

Menyadari bahwa ulasan buruk ini bisa berdampak besar pada bisnisnya, Vaghela memutuskan untuk menceritakan kejadian ini di media sosial, baik di Facebook maupun Instagram.

Beruntung, banyak pelanggan dan netizen yang memberikan dukungan. Mereka tidak langsung percaya pada ulasan negatif yang beredar dan justru semakin menunjukkan kepercayaan mereka terhadap Padharo.

“Beberapa ulasan terasa seperti penghinaan, tetapi kami mencoba memanfaatkan situasi buruk ini sebaik-baiknya,” ungkap Vaghela.

Meski kecewa dengan ulasan palsu yang diterimanya, ia tetap merasa bersyukur karena banyak pelanggan setia yang tetap mendukung bisnisnya.

“Dukungan dari banyak orang sangat menyenangkan untuk dilihat,” pungkasnya.

Ulasan Palsu, Ancaman Bisnis Kuliner di Era Digital

Kejadian yang dialami oleh restoran Padharo ini menjadi contoh nyata bahwa ulasan palsu di internet bisa menjadi ancaman serius bagi bisnis kuliner.

Sayangnya, praktik semacam ini bukanlah hal baru. Beberapa oknum sering menyalahgunakan platform ulasan untuk menjatuhkan reputasi sebuah usaha, baik karena persaingan bisnis maupun karena motif pribadi.

Sebagai pemilik usaha, penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik dan menanggapi setiap ulasan dengan profesional. Sementara itu, bagi konsumen, penting untuk lebih kritis dalam menilai ulasan online, agar tidak terjebak dalam informasi yang menyesatkan.

Bagaimana menurutmu? Pernahkah kamu mengalami atau melihat kasus serupa? 🔥

Dulu Hanya Tersedia untuk Bangsawan, 5 Makanan Ini Kini Jadi Hidangan Sehari-hari

Perjalanan kuliner Indonesia penuh dengan kisah perubahan dan perkembangan yang menarik, termasuk makanan yang dulunya hanya dapat dinikmati oleh kalangan bangsawan, kini bisa dinikmati oleh banyak lapisan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, beberapa hidangan tradisional yang dahulu hanya disajikan di meja raja, kini dapat ditemukan di berbagai tempat dan dinikmati oleh siapa saja. Berikut adalah lima makanan yang sebelumnya hanya untuk bangsawan, tetapi kini sudah menjadi bagian dari kuliner sehari-hari.

  1. Ilabulo Di Gorontalo, ada sebuah hidangan bernama ilabulo, yang pada masa lalu hanya disajikan kepada raja dan kalangan bangsawan. Ilabulo, yang dalam bahasa Gorontalo berarti ‘totombowata’, merupakan simbol persatuan. Hidangan ini terbuat dari tepung sagu, jeroan hati, ampela, lemak daging ayam, dan rempah-rempah, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dimasak dengan cara dikukus atau dibakar. Makanan ini tidak hanya memiliki cita rasa yang lezat, tetapi juga mengandung makna mendalam tentang persatuan dan keharmonisan.
  2. Gulo Puan Gulo puan, kudapan manis khas Palembang, dulunya hanya dinikmati oleh raja-raja Kesultanan Palembang. Hidangan yang terbuat dari susu kerbau segar dan gula merah ini kini semakin langka, namun tetap menjadi hidangan yang penuh sejarah. Pada zaman dahulu, gulo puan disajikan dengan teh atau kopi dan roti tawar oleh kalangan bangsawan. Seiring berjalannya waktu, masyarakat umum kini dapat membuat dan menikmati hidangan ini.
  3. Kue 8 Jam Kue 8 jam merupakan salah satu makanan khas yang dulunya hanya disajikan untuk kalangan bangsawan, terutama di Kesultanan Palembang. Nama kue ini berasal dari waktu memasaknya yang mencapai 8 jam, yang menjamin rasa manis dan tekstur kenyal yang khas. Dulu, kue ini hanya dipanggang menggunakan gendok, sebuah alat pemanggang kuno. Kini, kue 8 jam sering ditemui di berbagai acara penting, seperti Idul Fitri, dan dinikmati oleh masyarakat luas.
  4. Coto Makassar Coto Makassar, hidangan berkuah kental dengan rempah-rempah, awalnya hanya dapat dinikmati oleh kalangan bangsawan di kerajaan Gowa-Tallo. Coto Makassar terbuat dari daging sapi yang dimasak dengan lebih dari 40 jenis rempah, yang pada masa lalu dianggap sangat istimewa dan hanya layak disajikan untuk orang-orang terhormat. Perkembangan budaya kuliner di Makassar yang dipengaruhi oleh berbagai bangsa ini membawa coto menjadi hidangan yang kini bisa dinikmati oleh siapa saja, terutama di Sulawesi Selatan.
  5. Selat Solo Selat Solo merupakan hidangan yang asal-usulnya cukup unik. Terinspirasi dari masakan Belanda seperti biefstuk (beefsteak) dan salad, selat Solo pertama kali disajikan pada pertemuan antara Keraton Surakarta dan pemerintah Belanda. Pada masa itu, hidangan ini hanya untuk kalangan petinggi kerajaan dan orang Belanda. Kini, selat Solo telah menjadi salah satu makanan khas Jawa Tengah yang sangat populer dan dicari oleh banyak orang, terutama bagi mereka yang menginginkan cita rasa tradisional dengan sentuhan Barat.

Perubahan-perubahan ini menunjukkan betapa dinamisnya budaya kuliner Indonesia, yang terus berkembang dan mengadaptasi berbagai pengaruh. Dari yang awalnya hanya dinikmati kalangan tertentu, kini makanan-makanan ini bisa dinikmati oleh banyak orang, memperkaya keberagaman rasa dan tradisi kuliner Indonesia.

Dari Masa ke Masa: Perkembangan Kuliner Indonesia yang Kaya Pengaruh Luar

Kuliner Indonesia dikenal dengan kekayaan rempah-rempahnya, yang telah menarik perhatian dunia sejak ratusan tahun lalu. Sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha hingga era kolonial, Indonesia telah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah, yang secara tidak langsung juga membentuk keanekaragaman cita rasa dalam kuliner Nusantara.

Menurut Sejarawan Kuliner Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, sejarah panjang kuliner Nusantara telah terdokumentasi dalam berbagai naskah kuno dan prasasti sejak era Hindu-Buddha. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh budaya luar telah menjadi bagian dari perkembangan kuliner Indonesia sejak lama.

Jejak Kuliner dari Era Hindu-Buddha

Beberapa hidangan yang telah ada sejak zaman Hindu-Buddha masih bertahan hingga kini, bahkan menjadi favorit Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Contohnya adalah pecel, sambal, rawon, dan dawet, yang masih banyak ditemukan di berbagai daerah. Makanan ini tidak hanya sekadar kuliner, tetapi juga mencerminkan warisan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Pengaruh Timur Tengah dan India: Kari dan Gulai yang Mendunia

Saat ajaran Islam mulai masuk ke Nusantara, budaya kuliner dari Timur Tengah dan India juga ikut membawa pengaruh besar. Salah satu bentuk pengaruh ini adalah munculnya kari dan gulai, yang hingga kini masih menjadi makanan khas di berbagai daerah di Sumatera. Hidangan ini memiliki ciri khas penggunaan bumbu kaya rempah seperti kunyit, kapulaga, dan jintan yang memberikan cita rasa kuat dan khas.

Kuliner Asimilasi dari Eropa: Dari Sop hingga Bistik

Ketika bangsa Eropa datang ke Nusantara, mereka tidak hanya membawa sistem perdagangan, tetapi juga memengaruhi kebiasaan makan masyarakat lokal. Beberapa hidangan seperti sop, perkedel, dan bistik adalah contoh kuliner yang diadaptasi dari gaya masakan Eropa.

Tak hanya dalam menu makanan, cara makan juga mengalami perubahan. Sebelum adanya pengaruh Eropa, masyarakat Nusantara lebih sering makan dengan tangan langsung tanpa menggunakan alat makan seperti sendok dan garpu. Namun, setelah kedatangan bangsa Eropa, budaya makan prasmanan dan penggunaan meja makan mulai diperkenalkan.

Kuliner Nusantara: Identitas yang Terbentuk dari Berbagai Budaya

Pengaruh dari berbagai belahan dunia yang masuk ke Indonesia tidak menghilangkan identitas asli kuliner Nusantara, melainkan memperkaya cita rasanya. Akulturasi budaya dalam makanan ini justru menjadi keunikan tersendiri, yang membuat masakan Indonesia begitu beragam dan tetap eksis hingga saat ini.

Dari masa ke masa, rempah-rempah dan teknik memasak khas Nusantara terus berkembang, menciptakan hidangan autentik yang tidak hanya lezat tetapi juga memiliki nilai sejarah. Inilah yang menjadikan kuliner Indonesia tidak hanya sebagai makanan sehari-hari, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya yang patut dilestarikan. 🍛✨

Makanan Mewah Dulu untuk Bangsawan, Kini Terjangkau Semua: 5 Contohnya

Seiring berjalannya waktu, kuliner Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Beberapa hidangan yang dulunya hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan atau keluarga kerajaan, kini telah berkembang dan bisa dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat. Fenomena ini menunjukkan betapa budaya kuliner terus bertransformasi, mengikuti perubahan zaman dan sosial masyarakat. Berikut adalah lima makanan tradisional yang pada masa lalu hanya disajikan untuk raja dan bangsawan, namun kini telah menjadi makanan yang umum dikonsumsi oleh semua kalangan.

  1. Ilabulo
    Hidangan khas dari Gorontalo ini awalnya hanya dapat dinikmati oleh raja dan bangsawan. Ilabulo terbuat dari tepung sagu, jeroan hati dan ampela, lemak ayam, dan rempah-rempah yang dibungkus daun pisang. Proses memasaknya menggunakan teknik kukus atau bakar. Menurut catatan sejarah, ilabulo bukan hanya sekadar makanan, namun juga simbol persatuan dan kedamaian. Dahulu, konsumsi ilabulo dipercaya dapat menyatukan perbedaan antar masyarakat, menciptakan harmoni dalam perbedaan. Kini, hidangan ini bisa ditemui di banyak rumah makan dan bisa dinikmati siapa saja.
  2. Gulo Puan
    Gulo Puan adalah makanan manis yang berasal dari Palembang. Makanan ini dibuat dari susu kerbau segar yang dimasak dengan gula merah hingga mengental, mirip seperti kue karamel. Pada masa lalu, hanya keluarga Kesultanan Palembang yang diperbolehkan menikmati gulo puan. Proses pembuatannya yang rumit dan bahan-bahannya yang langka membuatnya menjadi hidangan yang sangat eksklusif. Namun, kini gulo puan dapat ditemukan di pasar dan restoran, dan siapa saja bisa menikmatinya.
  3. Kue 8 Jam
    Kue 8 Jam, dengan namanya yang unik, merujuk pada proses memasaknya yang memerlukan waktu tak kurang dari 8 jam. Kue ini memiliki rasa manis yang khas dan tekstur kenyal yang sangat disukai banyak orang. Dahulu, hanya kalangan kerajaan, terutama di Kesultanan Palembang, yang bisa menikmati kue ini. Proses pembuatan kue 8 Jam menggunakan alat tradisional yang jauh berbeda dengan oven modern yang ada saat ini. Sekarang, kue ini sering disajikan dalam perayaan besar seperti Idul Fitri dan banyak dijual di pasar tradisional maupun toko kue.
  4. Coto Makassar
    Coto Makassar adalah hidangan berkuah khas dari Sulawesi Selatan yang berasal dari pengaruh perdagangan internasional pada abad ke-14. Hidangan ini mengandung sekitar 40 jenis rempah yang dianggap istimewa, dan hanya disajikan untuk kalangan bangsawan atau orang penting pada masa itu. Racikan daging sapi yang dimasak dengan kuah berempah yang kental memberikan cita rasa yang unik dan khas. Kini, coto Makassar dapat ditemukan di berbagai rumah makan dan warung makan di seluruh Indonesia.
  5. Selat Solo
    Selat Solo adalah hidangan yang menggabungkan pengaruh masakan Belanda dan kuliner lokal Jawa. Awalnya, selat Solo hanya disajikan pada pertemuan antara pihak Keraton Surakarta dan pemerintah Belanda. Makanan ini merupakan perpaduan antara biefstuk (steak daging sapi) dan salad yang disesuaikan dengan selera lokal. Selat Solo dulunya hanya untuk kalangan elit, namun kini telah menjadi makanan khas Jawa Tengah yang populer dan banyak dicari oleh masyarakat luas.

Transformasi makanan-makanan yang dahulu hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan ini menunjukkan bagaimana budaya kuliner Indonesia terus berkembang dan membuka kesempatan bagi semua orang untuk menikmati kelezatan yang dulunya hanya diperuntukkan bagi segelintir orang. Kini, makanan-makanan tersebut telah menjadi bagian dari kekayaan kuliner Indonesia yang dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.

Mengenal Perbedaan Antara Vegan dan Vegetarian: Gaya Hidup Sehat dengan Beragam Manfaat Kesehatan

Dalam dunia diet dan gaya hidup sehat, istilah vegan dan vegetarian sering kali digunakan secara bergantian, meskipun keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Kedua pola hidup ini menghindari konsumsi produk yang berasal dari hewan, tetapi tingkat pembatasan dan jenis makanan yang diperbolehkan sangat berbeda. Artikel ini akan membahas perbedaan antara vegan dan vegetarian, serta manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari kedua pola makan ini.

Vegan vs. Vegetarian: Apa yang Membedakan?

Secara umum, baik vegan maupun vegetarian merujuk pada orang-orang yang tidak mengonsumsi daging hewan, namun, ada perbedaan yang mendalam di antara keduanya. Seperti yang dijelaskan dalam sebuah penelitian oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Dwi Wahyuni, veganisme merupakan gaya hidup yang lebih ketat dibandingkan vegetarian.

Vegan menghindari semua bentuk produk yang berasal dari hewan. Ini tidak hanya termasuk daging, tetapi juga produk seperti susu, telur, madu, dan bahan lainnya yang berasal dari hewan. Vegan bahkan menghindari menggunakan pakaian berbahan kulit atau sutra, karena mereka berusaha menghindari segala bentuk eksploitasi terhadap hewan.

Sementara itu, vegetarian adalah orang yang tidak mengonsumsi daging hewan, tetapi masih memperbolehkan beberapa produk hewani dalam diet mereka. Sebagai contoh, vegetarian masih mengonsumsi susu, telur, dan madu, meskipun mereka menghindari konsumsi daging dan ikan.

Selain itu, vegetarian memiliki beberapa jenis variasi diet, yaitu:

  1. Lacto Ovo Vegetarian: Mereka menghindari semua jenis daging dan ikan, tetapi masih mengonsumsi susu dan telur.
  2. Ovo Vegetarian: Jenis vegetarian ini menghindari daging, ikan, dan produk susu, tetapi masih mengonsumsi telur.

Manfaat Kesehatan dari Pola Makan Vegan dan Vegetarian

Mengadopsi gaya hidup vegan atau vegetarian dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola makan berbasis tanaman ini dapat membantu mencegah penyakit kronis, seperti:

  • Mengurangi risiko penyakit jantung dan kanker.
  • Menurunkan kadar gula darah, yang sangat bermanfaat bagi penderita diabetes.
  • Menjaga kesehatan ginjal dan membantu pengurangan nyeri arthritis.
  • Meningkatkan manajemen berat badan secara efektif.

Namun, meskipun pola makan ini memiliki banyak manfaat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, terutama bagi individu yang memiliki kondisi tubuh tertentu, seperti ibu hamil, menyusui, atau mereka yang masih dalam tahap pertumbuhan. Kondisi metabolisme tubuh yang tinggi membutuhkan perhatian lebih, karena diet vegan dan vegetarian dapat menyebabkan kekurangan beberapa zat gizi yang penting, seperti vitamin B12, zat besi, dan protein.

Kesimpulannya, meskipun pola makan vegan dan vegetarian menawarkan banyak manfaat kesehatan, penting untuk memastikan asupan nutrisi yang seimbang, terutama bagi individu yang berada dalam masa pertumbuhan atau memiliki kondisi khusus.

Mengejutkan! Kuliner Udang Hidup di Thailand Jadi Perbincangan

Bagi pecinta kuliner unik, Thailand adalah destinasi sempurna untuk mencoba berbagai makanan ekstrem yang menggugah rasa sekaligus nyali. Negeri Gajah Putih ini tak hanya terkenal dengan Tom Yum atau Mango Sticky Rice, tetapi juga sederet kuliner yang mungkin akan membuat Anda berpikir dua kali sebelum mencicipinya.

Popularitas makanan ekstrem di Thailand tak lepas dari kebijakan pemerintah yang mendorong sektor pariwisata dan kuliner sebagai daya tarik utama. Dukungan ini memacu kreativitas pelaku bisnis kuliner untuk menciptakan hidangan unik yang berhasil menarik perhatian dunia.

Dancing Shrimp: Udang Loncat yang Bikin Merinding

Salah satu kuliner ekstrem yang populer adalah Dancing Shrimp atau “udang bergoyang.” Hidangan ini menyajikan udang hidup yang masih meloncat-loncat saat disajikan. Udang segar diambil langsung dari akuarium, diberi bumbu seperti jeruk nipis, cabai, dan rempah khas Thailand, yang membuat udang bergerak aktif karena reaksi asam. Meskipun tampak ekstrem, sajian ini menawarkan rasa segar dan autentik khas Thailand.

Kuliner Ekstrem Lainnya yang Wajib Dicoba

Tak hanya udang hidup, Thailand memiliki daftar makanan ekstrem lain yang tak kalah menantang:

  1. Belalang Goreng: Kudapan renyah yang kaya protein, sering dijual di kawasan Khao San Road.
  2. Telur Semut: Kaya nutrisi, hidangan ini dianggap sebagai makanan eksotis yang menyehatkan.
  3. Larb Leuat Neua: Daging sapi mentah yang dilumuri saus darah segar, sering disajikan dengan daun mint.
  4. Cacing Goreng: Cemilan berprotein tinggi yang populer di pasar malam.
  5. Kai Yiew Ma: Telur bebek fermentasi dengan cita rasa unik yang memerlukan keberanian untuk mencobanya.

Mengapa Harus Mencoba Kuliner Ekstrem Thailand?

Mencicipi kuliner ekstrem Thailand bukan hanya soal makanan, tetapi juga pengalaman budaya yang mendalam. Dari bahan baku tropis yang melimpah hingga tradisi kuliner kreatif, setiap hidangan mencerminkan kekayaan budaya lokal.

Bagi wisatawan, makanan ekstrem ini adalah cara sempurna untuk menjelajahi sisi unik Thailand sekaligus menikmati keindahan alam dan keramahan penduduknya. Jika Anda berani, kuliner ekstrem Thailand bisa menjadi cerita tak terlupakan dalam petualangan kuliner Anda.

Jadi, siapkah Anda menjajal sensasi baru di meja makan dengan kuliner ekstrem ala Thailand?

Kuliner Nostalgia: 4 Bakery Legendaris di Malang yang Wajib Dicoba

Malang, kota di Jawa Timur yang terkenal dengan julukan “Kota Apel,” memiliki beragam kuliner legendaris yang tak pernah lekang oleh waktu. Tak hanya makanan tradisional, bakery-bakery klasik di Malang juga menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa di antaranya bahkan sudah eksis sejak puluhan tahun lalu, seperti Roti Sendowo yang berdiri sejak 1951.

Jika Anda sedang mengunjungi Malang, berikut adalah empat rekomendasi bakery legendaris yang wajib dicoba.

1. Roti Sendowo: Ikon Klasik Sejak 1951

Bicara soal bakery legendaris di Malang, Roti Sendowo menjadi salah satu nama yang tak boleh dilewatkan. Berdiri sejak 1951, bakery ini telah melayani pecinta roti selama lebih dari 70 tahun.

Terletak di Jalan Perusahaan Raya No. 27, Karanglo, Roti Sendowo buka dari pukul 8 pagi hingga 5 sore. Dengan mempertahankan resep kuno, bakery ini menawarkan roti smeer jadul dengan berbagai varian, seperti meses, keju, cokelat kacang keju, hingga Nutella. Ada juga roti bagelan yang kering dan gurih. Harga roti di sini dibanderol sekitar Rp 25.000 per bungkus, membuatnya menjadi favorit lintas generasi.

2. Roti Andalas: Cita Rasa Belanda yang Melekat

Didirikan pada 1965, Roti Andalas adalah bakery lain yang tak kalah legendaris di Malang. Lokasinya berada di Jalan Andalas Tengah 9. Bakery ini mempertahankan cita rasa khas Belanda dalam setiap produknya, berkat tangan dingin pemiliknya, Suziana Mulia, atau yang akrab disapa Suze.

Menu andalan di Roti Andalas adalah hotdog dengan salad Huzarensla, sementara jajanan pasar seperti risol, pastel, dan kroket juga tak kalah menarik. Dengan harga sekitar Rp 10.000 per buah, Roti Andalas menawarkan pengalaman kuliner yang autentik dan berkelas.

3. Roti Bima: Lezatnya Roti Jadul Sejak 1983

Meski resmi berdiri pada 1983, pemilik Roti Bima sebenarnya telah memulai usaha sejak 1959. Bakery ini berlokasi di Jalan Basuki Rahmat No. 17 C, Malang, dan menawarkan berbagai pilihan roti manis seperti roti 3 rasa, roti meses, keju, hingga isian sosis.

Selain roti, bakery ini juga menyediakan jajanan pasar seperti kue lumpur dan lemper ayam. Harganya pun cukup terjangkau, mulai dari Rp 6.000 per porsi.

4. Hawaii Modern Bakery: Pilihan Topping Beragam

Berdiri sejak 1978, Hawaii Modern Bakery tetap menjadi favorit warga Malang. Terletak di Jalan Jenderal Basuki Rahmat No. 80B, bakery ini menawarkan berbagai pilihan roti, mulai dari roti sisir, roti tawar, hingga donat dengan topping beragam.

Selain roti, Hawaii Modern Bakery juga dikenal dengan kue tart-nya yang cantik dan lezat. Harga roti di sini dibanderol mulai dari Rp 9.000 per buah, menjadikannya pilihan yang terjangkau untuk pecinta bakery klasik.

Kesimpulan

Kuliner legendaris di Malang, khususnya bakery, adalah bagian penting dari identitas kota ini. Dari Roti Sendowo hingga Hawaii Modern Bakery, setiap tempat memiliki cerita dan cita rasa yang tak tergantikan. Jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi roti-roti klasik ini saat Anda berkunjung ke Malang!

Kisah Sedih di Balik Penutupan Pabrik Kecap 111 Tahun

Soy sauce atau kecap, khususnya jenis kecap asin, dikenal sebagai pelengkap masakan yang penting di banyak budaya Asia. Namun, tak banyak yang tahu bahwa produk ini memiliki sejarah panjang dan tradisi yang kaya dalam pembuatannya. Salah satu kisah yang mencuat baru-baru ini datang dari Malaysia, di mana sebuah pabrik soy sauce legendaris, Hup Teck, mengumumkan penutupan produksinya setelah lebih dari satu abad beroperasi.

Soy Sauce dan Kecap Asin: Perbedaan yang Tak Banyak Diketahui
Kecap asin, yang banyak digunakan di Indonesia, sering kali dianggap serupa dengan soy sauce. Padahal, keduanya memiliki perbedaan mendasar. Soy sauce adalah hasil fermentasi kedelai yang tidak melibatkan penggunaan garam sebanyak kecap asin khas Indonesia. Proses pembuatannya yang panjang dan memerlukan keahlian khusus menjadikannya produk yang autentik dan bernilai tinggi.

Merek-merek soy sauce ternama, seperti Hup Teck, sering diasosiasikan dengan kuliner China dan Jepang. Sayangnya, pembuatan soy sauce secara tradisional kini menghadapi ancaman serius, terutama karena generasi muda tidak lagi tertarik untuk melanjutkan warisan ini.

Hup Teck: Akhir Sebuah Tradisi
Berita mengejutkan datang dari Vulcan Post (23/1) yang melaporkan bahwa Hup Teck, merek soy sauce ternama asal Gopeng, Perak, Malaysia, mengumumkan penutupan produksinya secara permanen. Pabrik ini telah berdiri selama 111 tahun dan menjadi salah satu produsen soy sauce tradisional yang tersohor di kawasan Asia Tenggara.

Low Bak Tong, pemilik Hup Teck yang kini berusia 72 tahun, mengungkapkan kesulitan mencari penerus untuk melanjutkan bisnis keluarga ini. Meski ia masih bekerja bersama saudara perempuan dan keponakannya, tidak ada di antara mereka yang bersedia melanjutkan usaha tersebut.

“Dengan berat hati kami mengumumkan penutupan produksi Hup Teck soy sauce. Ini adalah keputusan yang sangat sulit setelah lebih dari satu abad melayani pelanggan kami,” ujar perwakilan Hup Teck dalam sebuah pernyataan resmi.

Proses Tradisional yang Tak Pernah Berubah
Penutupan Hup Teck bukan hanya kehilangan sebuah merek, tetapi juga tradisi. Pabrik ini dikenal mempertahankan cara pembuatan yang otentik sejak pertama kali didirikan. Tong-tong tanah liat besar yang digunakan untuk fermentasi masih sama seperti 111 tahun lalu. Bahkan, alat dan bahan tidak pernah diganti, menjadikan produk mereka benar-benar unik.

Rumah produksi Hup Teck di Gopeng juga memiliki nilai sejarah tinggi. Dengan lambang angka “999” yang dipercaya membawa keberuntungan, soy sauce ini telah menjadi andalan banyak hidangan Chinese di Malaysia dan negara-negara tetangganya.

Kepergian yang Disayangkan
Penutupan Hup Teck menuai banyak respons emosional dari masyarakat. Sejumlah orang bahkan menjadikan rumah produksinya sebagai tujuan wisata edukasi untuk melihat langsung proses pembuatan soy sauce. Seorang pengguna Reddit yang pernah berkunjung ke sana mengungkapkan kekagumannya pada halaman penuh kuali fermentasi yang mengesankan.

Kini, dengan berakhirnya produksi Hup Teck, kita kehilangan salah satu warisan kuliner yang berharga. Penutupan ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga tradisi agar tidak hilang ditelan zaman.