Sedia Menu Halal & Nonhalal Segini Harga Makanan Di Restoran Mertua Jennifer Coppen

Jakarta – Restoran “Mertua” yang dimiliki oleh Jennifer Coppen baru saja dibuka dan langsung menarik perhatian para pecinta kuliner. Menawarkan berbagai pilihan menu halal dan nonhalal, restoran ini bertujuan untuk memberikan pengalaman makan yang menyenangkan bagi semua kalangan.

Restoran Mertua menyajikan beragam hidangan, mulai dari masakan Indonesia hingga internasional. Beberapa menu unggulan termasuk Ayam Penyet, Sate Kambing, dan Pizza Margherita. Bagi pengunjung yang mencari pilihan sehat, tersedia juga salad segar dan smoothie bowl yang penuh gizi. Dengan variasi ini, Mertua ingin memastikan bahwa setiap pengunjung menemukan sesuatu yang cocok dengan selera mereka.

Meskipun berada di lokasi strategis, harga makanan di restoran Mertua tetap terjangkau. Menu utama dibanderol mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 150.000, tergantung pada pilihan hidangan. Jennifer Coppen menyatakan, “Kami ingin semua orang bisa menikmati makanan berkualitas tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.” Dengan harga yang bersaing, restoran ini berusaha menarik berbagai kalangan, dari keluarga hingga pekerja kantoran.

Restoran ini dirancang dengan konsep yang modern dan nyaman, membuat pengunjung betah berlama-lama. Dekorasi yang hangat dan pelayanan yang ramah menjadi nilai tambah bagi pengalaman bersantap. “Kami ingin menciptakan suasana yang membuat setiap orang merasa seperti di rumah sendiri,” tambah Jennifer.

Dengan menawarkan menu halal dan nonhalal, restoran Mertua menunjukkan kepedulian terhadap keberagaman. Hal ini memungkinkan pelanggan dari berbagai latar belakang untuk menikmati makanan di satu tempat tanpa khawatir tentang pilihan yang mereka ambil. Jennifer berharap ini akan menjadi daya tarik bagi masyarakat, terutama di tengah keberagaman budaya Indonesia.

Ke depan, Jennifer berencana untuk mengadakan acara kuliner dan promosi spesial guna menarik lebih banyak pengunjung. “Kami ingin Mertua menjadi destinasi kuliner favorit di Jakarta,” tutupnya. Dengan semua keunggulan yang ditawarkan, restoran ini diharapkan akan menjadi salah satu pilihan utama bagi pecinta kuliner di ibu kota.

Beri Ulasan Jelek Untuk Restoran Di Phuket Thailand, Turis Inggris Ditangkap Polisi

Pada 8 Oktober 2024, seorang turis asal Inggris ditangkap oleh pihak berwenang di Phuket, Thailand, setelah memberikan ulasan negatif tentang sebuah restoran di platform media sosial. Penangkapan ini mengejutkan banyak orang, terutama di kalangan para wisatawan yang menganggap hak untuk memberikan pendapat sebagai bagian dari kebebasan berekspresi. Kasus ini memicu perdebatan tentang batasan kritik terhadap layanan dan produk di negara asing.

Turis tersebut, yang identitasnya belum diungkapkan, memposting ulasan yang dianggap merugikan reputasi restoran lokal. Dalam ulasannya, ia mengeluhkan kualitas makanan dan layanan yang buruk, yang diiringi dengan pernyataan yang dianggap menghina. Pihak restoran merasa dirugikan dan melaporkan kasus ini kepada polisi, yang kemudian melakukan investigasi dan menangkap turis tersebut berdasarkan undang-undang pencemaran nama baik.

Pihak kepolisian Phuket menyatakan bahwa penangkapan ini dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku di Thailand. Mereka menekankan pentingnya menghormati budaya dan bisnis lokal, serta mengingatkan para turis untuk bertindak bijak dalam memberikan ulasan. Namun, penangkapan ini juga memunculkan kritik terhadap penerapan hukum yang dianggap terlalu ketat dalam menangani kritik yang sah.

Berita penangkapan ini telah menarik perhatian media internasional, dengan banyak yang mengkritik tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kebebasan berbicara. Beberapa organisasi hak asasi manusia meminta pemerintah Thailand untuk meninjau kembali undang-undang yang dapat membatasi hak individu dalam mengungkapkan pendapat mereka. Ini menjadi bahan diskusi tentang perlunya perlindungan terhadap konsumen dan penegakan hukum yang adil.

Kasus ini diharapkan tidak berdampak negatif terhadap pariwisata di Phuket, yang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata terpopuler di Thailand. Meskipun demikian, insiden ini mengingatkan wisatawan untuk lebih berhati-hati dalam memberikan ulasan, serta memahami hukum dan budaya setempat. Pemerintah dan pelaku industri pariwisata diharapkan dapat bekerja sama untuk menciptakan suasana yang mendukung kebebasan berekspresi tanpa merugikan pihak lain.

Efek Review Buruk, Keuntungan Restoran Steak Milik Salt Bae Turun Rp 32,1 Miliar

Jakarta – Restoran steak milik selebriti kuliner Nusret Gökçe, yang lebih dikenal dengan nama Salt Bae, mengalami penurunan keuntungan yang signifikan akibat review buruk dari pelanggan. Laporan terbaru menyebutkan bahwa keuntungan restoran tersebut turun hingga Rp 32,1 miliar setelah beberapa pelanggan mengunggah pengalaman negatif mereka di media sosial.

Penurunan keuntungan ini dipicu oleh ulasan negatif yang beredar di platform-platform seperti Instagram dan TikTok, di mana banyak pelanggan mengeluhkan pelayanan yang lambat, harga yang tidak sebanding dengan kualitas makanan, serta pengalaman bersantap yang tidak memuaskan. Salah satu video yang viral menunjukkan seorang pelanggan mengungkapkan kekecewaannya setelah menunggu lebih dari satu jam untuk mendapatkan makanannya.

Menghadapi situasi ini, manajemen restoran Salt Bae menyatakan bahwa mereka sangat menghargai umpan balik dari pelanggan dan berkomitmen untuk melakukan perbaikan. “Kami sedang meninjau kembali seluruh proses pelayanan dan kualitas makanan yang kami tawarkan. Kami ingin memastikan setiap tamu merasa puas saat berkunjung ke restoran kami,” ujar juru bicara restoran dalam pernyataan resmi.

Para ahli pemasaran menilai bahwa review negatif di media sosial dapat memiliki dampak yang besar bagi bisnis, terutama di industri makanan dan minuman yang sangat bergantung pada reputasi. “Di era digital ini, satu review buruk bisa menyebar dengan cepat dan berpengaruh pada keputusan calon pelanggan. Oleh karena itu, penting bagi restoran untuk menjaga kualitas layanan dan pengalaman pelanggan,” kata seorang pakar pemasaran.

Sementara itu, Salt Bae yang terkenal dengan gaya flamboyan saat menyajikan steaknya, juga mendapatkan perhatian dari media internasional terkait situasi ini. Meskipun sebelumnya restoran ini dikenal sebagai tempat yang dikunjungi banyak selebriti dan influencer, penurunan keuntungan ini menjadi tantangan besar bagi Salt Bae untuk mempertahankan popularitasnya di industri kuliner.

Sebagai langkah perbaikan, restoran berencana untuk mengadakan promosi dan menawarkan diskon untuk menarik kembali pelanggan yang hilang. Mereka berharap dapat memulihkan reputasi dan keuntungan yang sempat merosot akibat dampak dari review buruk ini. Ke depan, Salt Bae berkomitmen untuk memberikan pengalaman bersantap yang lebih baik bagi semua pelanggan.