7 Tren Kuliner yang Harus Ditinggalkan Menurut Chef dan Foodies

Jakarta – Menjelang akhir tahun, dunia kuliner sedang ramai membahas berbagai tren makanan yang tengah populer. Namun, tidak semua tren ini dianggap layak untuk terus bertahan. Beberapa profesional kuliner dan chef berbicara tentang sejumlah tren yang dinilai sudah saatnya untuk dihilangkan. Dari menu digital hingga makanan fusion yang membingungkan, simak ulasan mengenai tren kuliner yang tidak perlu ada lagi, menurut pakar.

  1. Lembaran Emas yang Tak Perlu Ada
    Lembaran emas yang bisa dimakan atau edible gold leaf pernah menjadi simbol kemewahan pada hidangan. Banyak chef menggunakan emas sebagai garnish untuk memberi kesan mewah. Namun, menurut Raji Krishnan, seorang profesional iklan dari India, penggunaan emas pada makanan tidak menambah kenikmatan rasa. Malah, menurutnya, itu hanya pemborosan yang tidak perlu, karena tidak ada dampak positif terhadap cita rasa atau tampilan hidangan.
  2. Menu Digital yang Tidak Efektif
    Menu digital, yang diperkenalkan selama pandemi Covid-19, kini masih sering ditemui di berbagai restoran. Konsep ini memang dirancang untuk mengurangi kontak fisik, namun bagi Mahesh Sankaran, seorang ahli IT, menu digital justru memiliki kelemahan. Informasi yang sulit dibaca karena harus di-scroll dan tidak adanya gambar membuat menu digital dianggap kurang efektif. Sankaran lebih memilih menu konvensional yang dicetak, yang lebih mudah dibaca dan dipahami.
  3. Menampilkan Nilai Kalori yang Membebani
    Beberapa restoran kini menampilkan informasi tentang nilai kalori pada menu mereka untuk mendukung pola hidup sehat. Namun, bagi traveler Urmi Chakraborty, ini justru membuatnya merasa tidak nyaman. “Saya bisa memahami jika ada informasi alergi, tetapi nilai kalori yang tertera membuat saya merasa bersalah saat memesan makanan,” ungkapnya. Menurutnya, informasi ini tidak seharusnya menjadi beban saat makan di luar.
  4. Menu Dekonstruksi yang Tidak Praktis
    Menu dekonstruksi yang memisahkan elemen-elemen makanan menjadi bagian-bagian terpisah telah menjadi tren beberapa tahun terakhir. Namun, beberapa orang merasa kurang puas dengan gaya penyajian ini. Reem Khokhar, seorang jurnalis di India, mengaku tidak suka dengan cara penyajian seperti ini, yang menurutnya justru menghilangkan esensi dari sebuah hidangan yang harusnya dinikmati secara utuh.
  5. Tampilan Berasap yang Hanya Sekadar Gimmick
    Beberapa chef sengaja menambahkan efek visual seperti asap, busa, atau bahkan harus memukul-mukul hidangan sebelum dimakan untuk menarik perhatian pelanggan, terutama untuk foto-foto di media sosial. Namun, menurut Lavanya Rao, seorang desainer di Singapura, banyak orang hanya ingin menikmati makanan yang enak tanpa harus terganggu oleh gimmick yang berlebihan. Baginya, rasa yang baik jauh lebih penting daripada tampilan yang mewah.
  6. Satu Bahan yang Terlalu Diistimewakan
    Tren mengandalkan satu bahan utama dalam sebuah hidangan, seperti truffle, madu, atau keju yang dilelehkan, sering kali menjadi kebiasaan di banyak restoran. Namun, Chef Romeo Morello dari Castellana Hong Kong mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap penggunaan bahan yang tidak selalu cocok dengan hidangan. Meskipun bahan-bahan ini populer, mereka terkadang tidak pas dari segi rasa dan tekstur dengan makanan yang disajikan.
  7. Fusion Food yang Justru Membingungkan
    Makanan fusion yang menggabungkan berbagai elemen kuliner dari berbagai budaya memang sedang tren. Namun, kadang kala, kombinasi bahan yang tidak cocok justru membuat hidangan menjadi rancu dan membingungkan. Seorang penggemar wine di Prancis, Sheetal Munshaw, menilai bahwa fusion food sering kali hanya memadukan bahan-bahan yang tidak harmonis, yang akhirnya menghasilkan rasa yang tidak terduga dan tidak enak.

Dengan tren kuliner yang terus berkembang, para pakar menyarankan untuk lebih selektif dalam mengikuti tren-tren yang sebenarnya hanya memanfaatkan gimmick atau tren sementara. Sebagai konsumen, kita seharusnya lebih memilih makanan yang mengutamakan rasa dan pengalaman makan yang memuaskan, bukan sekadar mengikuti tren yang terkadang hanya mengejar perhatian semata.

Cokelat Dubai Ini Punya Isian Mengejutkan: Ulat Sagu Hidup!

Cokelat Dubai kini kembali mencuri perhatian di media sosial, dengan berbagai varian kreasi yang beragam. Namun, sebuah kreasi baru yang viral justru membuat banyak orang merasa tercengang—cokelat Dubai isi ulat sagu hidup! Ya, Anda tidak salah baca. Cokelat yang semula dikenal dengan isian manis dan mewah kini menyuguhkan sesuatu yang jauh lebih ekstrem, yakni ulat sagu yang bergerak di dalamnya.

Cokelat Dubai sendiri memiliki banyak variasi isi, mulai dari kunafa pistachio dengan pasta tahini, hingga berbagai jenis bahan mewah lainnya. Namun, kreasi yang satu ini, yang dibuat oleh seorang pengguna TikTok dengan akun anonim, berhasil membuat heboh dunia maya. Dalam video berdurasi 14 detik yang diunggah pada 19 Desember 2024, ia menunjukkan bagaimana cokelat Dubai dapat diisi dengan ulat sagu hidup.

Proses pembuatan cokelat Dubai isi ulat sagu ini cukup sederhana. Pertama, ia mencetak cokelat dengan cetakan bulat yang memiliki sisi bergerigi. Setelah cokelat mengeras, ia memasukkan ulat sagu besar yang masih bergerak ke dalam cetakan cokelat. Tak hanya itu, ulat sagu tersebut bahkan dibiarkan hidup-hidup sebelum akhirnya ditutupi kembali dengan lapisan cokelat yang lebih banyak. Dalam video tersebut, sang pembuat cokelat mengklaim bahwa rasanya tetap enak meski terdengar cukup ekstrem bagi banyak orang.

Sang kreator mengungkapkan bahwa ia sudah terbiasa mengonsumsi ulat sagu, bahkan sering memakannya sebagai lauk tambahan atau sebagai topping mie instan. Baginya, rasa dari ulat sagu yang hidup tidak terlalu mengganggu, meski banyak orang yang merasa merinding saat melihatnya. Ia juga mencatat bahwa banyak netizen yang merasa terkejut dan jijik melihat kreasi ini, sementara beberapa orang bahkan mengaku lebih memilih cokelat Dubai dengan isian bihun daripada ulat sagu.

Kreasi nyeleneh ini berhasil menarik perhatian netizen, yang beragam memberikan reaksi. Ada yang merasa geli dan tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya, namun ada juga yang menganggapnya sebagai ide yang sangat berani. Tentu saja, banyak yang merasa terkejut dan berpendapat bahwa cokelat Dubai dengan ulat sagu adalah suatu hal yang jauh dari ekspektasi mereka tentang cokelat yang lezat.

Bagi sebagian orang, inovasi kuliner yang melibatkan bahan-bahan tidak biasa memang menjadi daya tarik tersendiri. Namun, untuk yang lainnya, menikmati cokelat dengan isian yang lebih konvensional mungkin masih menjadi pilihan utama. Bagaimanapun, fenomena ini menunjukkan betapa kreativitas dalam dunia kuliner dapat melahirkan beragam ide yang bisa menciptakan kegembiraan, kebingungan, dan bahkan rasa jijik.

Adaptasi Tren Kuliner Ciri Khas Indonesia, Ciptakan Makanan Modern Tanpa Kehilangan Sebuah Identitas

Jakarta – Dalam beberapa tahun terakhir, tren kuliner Indonesia mengalami perkembangan pesat dengan munculnya berbagai inovasi yang memadukan masakan tradisional dengan sentuhan modern. Para chef dan pelaku industri kuliner di Indonesia semakin kreatif dalam menciptakan menu-menu yang tidak hanya mengangkat cita rasa lokal, tetapi juga menghadirkan elemen-elemen baru yang lebih sesuai dengan gaya hidup kontemporer. Hal ini memungkinkan masakan khas Indonesia untuk tetap relevan di tengah perkembangan selera global.

Salah satu pendekatan yang banyak diambil adalah mengadaptasi makanan tradisional Indonesia dengan cara penyajian yang lebih modern dan teknik masak yang lebih canggih. Misalnya, rendang yang biasanya disajikan dalam bentuk potongan daging besar, kini disajikan dalam bentuk kecil atau bahkan dijadikan isian untuk burger atau sushi. Begitu pula dengan nasi goreng, yang kini bisa ditemukan dalam bentuk sushi roll atau dalam varian yang lebih ringan seperti nasi goreng dengan bahan-bahan segar yang diolah lebih sehat. Tujuannya adalah untuk menjembatani kuliner tradisional dengan preferensi makan masa kini tanpa kehilangan ciri khas rasa yang kuat.

Kunci dari adaptasi kuliner khas Indonesia adalah tetap menggunakan bahan-bahan lokal yang sudah dikenal kaya akan rasa, seperti cabai, rempah-rempah, dan santan, namun diolah dengan teknik-teknik kuliner modern. Misalnya, teknik sous-vide yang digunakan untuk memasak daging atau sayuran, atau penggunaan alat-alat seperti smoke gun untuk menambah aroma pada hidangan. Penggunaan bahan-bahan lokal yang sudah dikenal dengan cita rasanya yang khas juga menjadi nilai tambah bagi generasi muda yang semakin peduli dengan keberlanjutan dan keberagaman pangan lokal.

Media sosial turut berperan besar dalam memperkenalkan tren kuliner baru, termasuk yang mengadaptasi masakan Indonesia. Platform seperti Instagram dan TikTok menjadi wadah bagi banyak restoran dan pelaku usaha kuliner untuk memamerkan inovasi mereka dalam menghadirkan makanan khas Indonesia yang kekinian. Foto-foto makanan yang menarik dengan tampilan modern dan teknik presentasi yang estetik mampu menarik perhatian banyak orang, terutama generasi muda yang sangat aktif di media sosial. Ini membuat makanan tradisional semakin mudah diterima dan diminati oleh masyarakat luas.

Meskipun ada banyak inovasi dalam presentasi dan teknik masak, salah satu tantangan terbesar dalam adaptasi kuliner Indonesia adalah menjaga keaslian rasa. Banyak chef yang tetap berpegang pada resep asli, meskipun mereka mengubah cara penyajiannya, agar makanan tersebut tetap mencerminkan rasa yang dikenal dan dicintai oleh masyarakat Indonesia. Keaslian rasa ini menjadi sangat penting karena dapat menjaga ikatan emosional masyarakat dengan makanan tradisional yang sudah menjadi bagian dari identitas budaya mereka.

Inovasi dalam kuliner Indonesia menunjukkan bahwa makanan tradisional tidak harus bertahan dalam bentuk yang sama untuk tetap relevan. Adaptasi kuliner khas Indonesia dengan menggunakan teknik modern, bahan lokal, dan pendekatan yang lebih kreatif dapat membuat masakan tradisional tetap dicintai dan dikenali, sekaligus memudahkan generasi baru untuk menikmatinya dalam konteks yang lebih kekinian. Ini adalah cara yang efektif untuk menghidupkan kembali kekayaan kuliner Indonesia di era modern tanpa kehilangan identitas asli yang sudah menjadi ciri khas budaya.

Jejak Sejarah: Kuliner Indonesia Diperkaya Pengaruh Global

Indonesia telah lama dikenal sebagai surga rempah-rempah, yang menarik perhatian banyak negara untuk datang dan berkunjung. Kehadiran para pendatang sejak zaman dahulu menciptakan asimilasi budaya yang memperkaya kuliner lokal. Sejarawan Kuliner Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, mengungkapkan bahwa terdapat banyak bukti sejarah mengenai evolusi kuliner Nusantara.

“Proses ini sudah berlangsung sejak lama,” kata Fadly dalam webinar Bincang-Bincang Kuliner Kegemaran Presiden RI Ke-1 pada Kamis (16/12/2021). Ia menambahkan, “Jika dilihat dari bukti-bukti tertulis, sejarah kuliner itu sudah ada dalam naskah-naskah dan prasasti Hindu-Buddha.” Beberapa makanan dari era Hindu-Buddha yang masih populer hingga kini dan menjadi favorit Presiden Soekarno adalah pecel, sambal, rawon, dan dawet.

Pengaruh Kuliner dari Timur Tengah dan India

Masuknya ajaran Islam ke Nusantara membawa pengaruh besar dari Timur Tengah dan India. Makanan seperti kari dan gulai diperkenalkan oleh para pedagang dan penyebar ajaran Islam dari Jazirah Arab dan India. Hidangan ini hingga kini masih menjadi bagian integral dari kuliner Sumatera, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya tersebut.

Pengaruh Kuliner dari Eropa

Tak hanya dari Timur Tengah dan India, Indonesia juga mendapatkan pengaruh kuliner dari Eropa. Hidangan seperti sop, perkedel, dan bistik adalah hasil asimilasi budaya Eropa. Selain makanan, Eropa juga memperkenalkan cara makan yang baru. “Budaya prasmanan dan makan menggunakan meja serta peralatan makan seperti sendok dan garpu adalah pengaruh dari Eropa,” jelas Fadly. Ia menambahkan bahwa budaya makan asli Nusantara tidak menggunakan meja atau peralatan makan seperti itu.

Keberlanjutan Identitas Kuliner Indonesia

Menurut Fadly, berbagai pengaruh yang datang ke Nusantara tetap bertahan dan berintegrasi dengan budaya lokal. Inilah yang membentuk identitas kuliner Indonesia saat ini. Dari pengaruh Hindu-Buddha, Timur Tengah, India, hingga Eropa, semua elemen ini berpadu menciptakan keragaman kuliner yang kaya dan unik. Tidak hanya mencerminkan sejarah panjang interaksi budaya, tetapi juga menunjukkan adaptasi dan kreativitas masyarakat Indonesia dalam mengolah bahan dan resep.

Kuliner Indonesia bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga cerminan dari perjalanan sejarah dan interaksi budaya yang panjang. Setiap hidangan membawa cerita dan warisan dari berbagai penjuru dunia yang kini menjadi bagian dari identitas nasional. Rempah-rempah yang dulu menjadi daya tarik dunia, kini menjadi bagian tak terpisahkan dari keberagaman dan kekayaan kuliner Nusantara.

Tren Kuliner Jepang: 5 Makanan yang Bisa Diminum, Unik dan Populer

Jepang dikenal sebagai negara yang selalu menghadirkan inovasi unik, termasuk di bidang kuliner. Mulai dari kemasan makanan yang menarik hingga jenis hidangan baru yang tidak biasa. Salah satu inovasi yang sedang populer adalah makanan yang bisa diminum atau dikenal dengan istilah drinkable.

Produk-produk inovatif ini banyak ditemukan di minimarket atau vending machine, dan sering kali menarik perhatian berkat keunikannya. Berikut adalah lima inovasi makanan ‘drinkable’ yang patut kamu ketahui.

1. Minuman Mayones

Mayones biasanya digunakan sebagai saus atau pelengkap untuk salad, gorengan, hingga sushi. Namun, Jepang menghadirkan inovasi unik berupa minuman mayones yang diberi nama Nomu Mayo.

Minuman ini memiliki tekstur creamy dengan rasa asam, manis, dan gurih yang khas. Diluncurkan pada 26 November 2024, Nomu Mayo hadir dalam kemasan 200 ml dan dijual dengan harga sekitar 198 Yen (Rp 20.936). Produk ini menarik perhatian karena menawarkan sensasi rasa yang tidak biasa namun tetap lezat.

2. Whipped Cream dalam Kaleng

Whipped cream atau krim kocok umumnya digunakan sebagai topping pada dessert seperti pancake, cupcakes, atau minuman frappe. Namun, Jepang membuat whipped cream menjadi produk minuman dalam kaleng yang unik.

Minuman whipped cream ini dijual dalam kemasan kaleng 330 ml. Harganya cukup premium, yaitu sekitar 3.456 Yen (Rp 365 ribu) untuk satu paket berisi empat kaleng. Dengan tekstur lembut dan rasa manis, minuman ini menjadi salah satu produk yang layak dicoba bagi pecinta dessert.

3. Strawberry Shortcake yang Bisa Diminum

Strawberry shortcake adalah kue yang sering dijadikan simbol perayaan Natal di Jepang. Rasanya manis dengan sentuhan asam dari buah stroberi.

Inovasi terbaru membuat shortcake ini hadir dalam bentuk minuman. Perusahaan minuman DyDo memperkenalkan shortcake drinkable yang tersedia di beberapa vending machine di Jepang. Minuman ini dijual dengan harga 160 Yen (Rp 17.027) dan menjadi favorit banyak orang karena menawarkan rasa khas kue dalam bentuk praktis.

4. Kari Jepang

Kari Jepang, yang biasanya dinikmati dengan nasi dan potongan sayuran, kini hadir dalam bentuk minuman. Produk ini diberi nama Curry na Kibun Chukara, tersedia dalam kemasan botol 170 gram.

Kari ini memiliki rasa pedas sedang dan dibuat menggunakan campuran 10 jenis rempah pilihan. Produk ini dirancang untuk dinikmati panas dan banyak ditemukan di vending machine Jepang. Minuman kari ini menawarkan pengalaman unik bagi mereka yang ingin mencoba cita rasa kari dengan cara berbeda.

5. Pancake yang Bisa Diminum

Di Jepang, pancake, terutama jenis souffle pancake, sangat populer. Kini, pancake juga dihadirkan dalam bentuk minuman eksklusif yang disebut “A Happy Pancake the Drink: Drinkable Pancake”.

Minuman ini dijual di minimarket Lawson dengan harga sekitar 198 Yen (Rp 21.065). Rasanya menggabungkan aroma mentega fermentasi dan madu Manuka, menciptakan sensasi yang unik namun tetap menggugah selera.

Kesimpulan

Jepang selalu menjadi pelopor dalam menciptakan inovasi kuliner yang unik dan menarik. Dari minuman mayones hingga pancake yang bisa diminum, berbagai produk ini membuktikan bahwa kreativitas dalam dunia makanan tidak memiliki batas.

Bagi para pecinta kuliner, mencoba inovasi makanan drinkable di Jepang bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Selain menawarkan keunikan, produk-produk ini juga mencerminkan budaya kreatif Jepang dalam menciptakan sesuatu yang baru

Tren Cokelat Dubai Viral di TikTok: Sensasi Mewah dengan Harga Fantastis

Cokelat Dubai menjadi fenomena di TikTok setelah banyak konten kreator membagikan pengalaman mereka mencicipi cokelat ini. Salah satu kreator yang mencuri perhatian adalah Sibungbung, yang pada 30 September 2024 mengunggah video review cokelat Dubai asli dengan merek Fix Dessert Chocolate.

Video tersebut telah ditonton lebih dari 2,9 juta kali. Dalam videonya, Sibungbung mengungkap bahwa ia membeli cokelat ini seharga Rp525.000 per batang. “Baru dapat akhirnya cokelat Dubai yang asli dari Dubai,” ujar Sibungbung, sambil memperlihatkan cokelat eksklusif ini.

Keunikan dan Keunggulan Cokelat Dubai

Cokelat Dubai pertama kali diluncurkan oleh Fix Dessert Chocolate pada tahun 2021. Meski masih tergolong baru, produk ini telah memikat banyak orang dengan berbagai keunggulannya:

  1. Varian Isian yang Beragam
    Varian paling populer adalah Pistachio Kunafa, yang menawarkan perpaduan rasa manis dan gurih dengan tekstur renyah. Sensasi unik ini menjadikan cokelat Dubai berbeda dari cokelat lainnya.
  2. Desain Artistik
    Setiap batang cokelat dihiasi desain unik di permukaannya, menambah nilai estetika yang membuatnya terlihat mewah dan eksklusif.
  3. Kualitas Premium
    Bahan-bahan yang digunakan, seperti cokelat dan pistachio kelas atas, menjadikan rasa dan tekstur cokelat ini sulit ditandingi.
  4. Produksi Terbatas
    Cokelat ini dibuat secara eksklusif dengan jumlah produksi terbatas, sehingga menciptakan kesan langka dan mewah.

Mengapa Harga Cokelat Dubai Begitu Mahal?

Cokelat Dubai dibanderol dengan harga tinggi, yakni sekitar Rp500.000 per batang. Ada beberapa faktor yang menjadikan harganya fantastis:

  • Bahan Berkualitas Tinggi
    Semua bahan, mulai dari cokelat hingga isian, dipilih dengan sangat selektif untuk memastikan cita rasa premium.
  • Proses Produksi Eksklusif
    Setiap batang cokelat diproduksi secara manual dengan perhatian tinggi terhadap detail, memastikan hasil yang sempurna.
  • Desain Unik dan Artistik
    Desain pada setiap batang cokelat bukan hanya menambah estetika, tetapi juga menciptakan pengalaman visual yang memikat.
  • Biaya Impor dan Pengiriman
    Bagi konsumen di luar Dubai, seperti Indonesia, biaya pengiriman menambah harga jual produk ini.

Alternatif Lokal Cokelat Dubai

Bagi yang ingin mencoba sensasi serupa tanpa harus merogoh kocek dalam, ada beberapa merek lokal yang menawarkan pengalaman hampir setara:

  1. Don Bakeshop
  2. Dapur Cokelat
  3. Pipiltin Cocoa
  4. Becca’s Bake House
  5. Break by Mara
  6. Chocoart UAE
  7. Chocovana
  8. Chunk Bakehouse

Meskipun tidak identik, merek-merek ini tetap memberikan pengalaman rasa yang menggugah selera dengan harga yang lebih ramah di kantong.

Cokelat Dubai bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol kemewahan dengan kualitas dan desain yang memukau. Dengan keunikannya, cokelat ini berhasil menarik perhatian global dan menjadi tren di media sosial.

Bagi Anda yang penasaran, mencicipi cokelat Dubai bisa menjadi pengalaman kuliner tak terlupakan. Namun, jika harga menjadi kendala, alternatif lokal tetap dapat memberikan sensasi rasa yang memuaskan.

Tren Kuliner Viral Bayar 20 Ribu Ambil Bakso Sepuasnya

Jakarta – Sebuah tren kuliner baru kini sedang viral di media sosial, di mana pelanggan dapat menikmati bakso sepuasnya hanya dengan membayar Rp 20.000. Konsep “All You Can Eat Bakso” ini menarik perhatian banyak orang, terutama para pencinta kuliner, yang tertarik untuk mencicipi berbagai varian bakso dengan harga yang sangat terjangkau.

Restoran yang mengusung konsep makan sepuasnya ini memungkinkan pengunjung untuk memilih berbagai jenis bakso yang disediakan, mulai dari bakso urat, bakso ikan, hingga bakso gepeng. Dengan membayar Rp 20.000, pelanggan bisa menikmati bakso sebanyak yang mereka inginkan dalam waktu tertentu. Keunikan konsep ini adalah para pengunjung tidak hanya bisa menikmati bakso, tetapi juga dapat menambah porsi secara bebas selama jam makan yang telah ditentukan.

Pemilik restoran, Dika Pratama, mengungkapkan bahwa tren ini telah mendongkrak kunjungan pelanggan, baik yang datang secara individu maupun dalam kelompok. Menurutnya, meski harga yang ditawarkan sangat terjangkau, mereka tetap menjaga kualitas bahan baku dan pelayanan agar para pelanggan merasa puas. Konsep ini juga memberikan peluang bagi industri kuliner lokal untuk berkembang, khususnya di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.

Masyarakat tampaknya sangat antusias dengan hadirnya tren kuliner ini. Banyak pengunjung yang membagikan pengalaman mereka melalui platform media sosial, memposting foto bakso yang mereka nikmati. Tren ini diprediksi akan terus berkembang, dengan lebih banyak restoran yang mengikuti jejak tersebut untuk menarik minat pelanggan dan meningkatkan omzet penjualan.

Kreasi Kopi Terbaru: Es Kopi Susu dengan Topping Ayam Rebus Bikin Heboh

Baru-baru ini, kreasi kopi dengan topping unik kembali viral dan menarik perhatian banyak orang. Setelah sebelumnya muncul berbagai kombinasi tak terduga pada kopi, kini es kopi susu dengan topping ayam rebus membuat kehebohan. Penasaran seperti apa racikan unik ini?

Beberapa kafe kini mencoba menyajikan kopi dengan bahan-bahan tak biasa untuk menciptakan pengalaman baru bagi pelanggan. Kita tentu masih ingat dengan tren kopi yang dipadukan dengan topping seperti irisan daun bawang dan cabai merah di atasnya. Namun, inovasi ini terus berlanjut dengan hadirnya es kopi susu yang dilengkapi topping ayam rebus.

Dilansir dari Must Share News (1/11), menu unik ini viral setelah diunggah di media sosial Weibo. Kafe yang menyajikan menu ini terletak di provinsi Guangdong, China, dan terinspirasi oleh hidangan nasi ayam populer dari Singapura. Nama kafe tersebut tidak disebutkan, tetapi ide di balik menu ini jelas berasal dari keinginan untuk menghadirkan sesuatu yang berbeda.

Proses penyajiannya cukup sederhana namun aneh bagi sebagian orang. Pertama, es batu ditambahkan ke gelas plastik, diikuti oleh susu full cream, dan akhirnya topping ayam rebus yang ditempatkan di atasnya. Sebagai langkah terakhir, barista menuangkan satu shot espresso ke dalam campuran tersebut. Hasilnya adalah lapisan menarik dengan warna putih susu, cokelat dari espresso, dan potongan ayam yang membuat banyak orang penasaran.

Netizen pun bereaksi beragam terhadap inovasi ini. Ada yang merasa bingung dan mempertanyakan keunikan menu tersebut. “Bukankah lebih baik memisahkan makanan dan minuman?” tulis seorang netizen. Komentar lain menyebutkan, “Ini lelucon, kan? Saya lebih suka ayam rebus dengan nasi ketimbang kopi.”

Tampilan es kopi susu dengan topping ayam rebus ini memang mengundang perhatian sekaligus kebingungan. Meski terlihat menarik, banyak yang masih ragu untuk mencobanya. Tren kopi dengan tambahan bahan-bahan unik tampaknya terus berlanjut, membuat dunia kopi semakin kreatif namun juga kontroversial. Bagi yang berani mencoba, es kopi susu ini bisa jadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan!

Tantangan Makan di Restoran Ini Berhadiah Rp79 Juta, Berani Coba?

Bagi kamu yang merasa kuat dalam urusan makan, restoran ini mungkin bisa menjadi tempat yang tepat untuk menguji kemampuan. Restoran cepat saji asal Amerika, Fat Shack, memberikan tantangan makan cepat dengan hadiah mencapai Rp78 juta untuk yang berhasil menyelesaikannya.

Fat Shack, yang memiliki cabang di berbagai lokasi seperti Kansas, Colorado, dan Manhattan, dikenal dengan menu burger dan kentang goreng berukuran besar yang lezat. Lewat tantangan ‘Fat Shack 5K Race Challenge’, restoran ini mengundang pelanggan untuk menghabiskan sejumlah makanan dalam waktu kurang dari 15 menit.

Peserta tantangan ini diminta menghabiskan hidangan yang terdiri dari Double Cheeseburger dengan kentang goreng, dua sandwich khas Fat Shack, 12 Mac N’ Cheese Bites, dan 5 Oreo goreng. Menurut manajer gerai Fat Shack di Manhattan, belum ada yang berhasil menaklukkan tantangan ini dalam batas waktu yang ditentukan, membuatnya semakin menarik untuk dicoba.

Tantangan makan ini akan berlangsung di 20 cabang Fat Shack di Amerika Serikat. Bagi yang ingin ikut serta, peserta perlu membayar biaya pendaftaran sebesar USD 50 (sekitar Rp784.000). Pada setiap putaran, tantangan ini akan diikuti oleh sebanyak 10 peserta..

Untuk memenangkan tantangan ini, peserta tidak hanya harus menghabiskan seluruh makanan dalam waktu 15 menit, tetapi juga menahan makanan tersebut selama lima menit tanpa memuntahkannya. Jika berhasil, peserta akan dinyatakan sebagai pemenang dan berhak untuk maju ke babak berikutnya.

Pada setiap putaran, Fat Shack akan memilih juara pertama dan kedua yang berhak bertanding di babak selanjutnya untuk memperebutkan hadiah utama senilai USD 5.000 (sekitar Rp78 juta). Sementara itu, juara ketiga juga berpeluang memenangkan hadiah tunai sebesar USD 3.000 (sekitar Rp47 juta).

Dengan hadiah besar dan tantangan yang belum pernah berhasil ditaklukkan, ‘Fat Shack 5K Race Challenge’ menawarkan pengalaman unik bagi para pecinta tantangan makan. Tantangan ini juga diadakan di beberapa lokasi strategis, memberikan kesempatan lebih luas bagi para peserta yang ingin mencoba keberuntungannya.

Tren Kue Labubu yang Imut, Tapi Harga Fantastis!

Boneka Labubu kini sedang digemari oleh banyak orang di berbagai negara. Tren ini pun memunculkan berbagai produk unik yang terinspirasi dari karakter boneka ini.

Salah satu produk yang menarik perhatian adalah kue Labubu, hasil kreasi toko kue di Singapura yang terkenal dengan desainnya yang unik. Namun, harga kue ini mungkin membuat Anda berpikir dua kali sebelum membelinya.

Labubu sendiri merupakan boneka populer dari Pop Mart yang digandrungi oleh penggemar di banyak negara. Karakter peri berbulu dengan tampilan imut ini semakin dikenal luas setelah Lisa BLACKPINK terlihat menggunakannya sebagai aksesori tas.

Menurut laporan shotbysaini.com yang dikutip dari Asia One, seorang pembuat kue asal Singapura menciptakan kue berbentuk karakter Labubu yang menarik perhatian penggemar. Pembuat kue ini memiliki toko bernama Bob the Baker Boy, dan dia berhasil menggabungkan karakter Labubu ke dalam produk kuenya.

Kue Labubu yang diciptakan Bob memiliki tampilan luar berbentuk Labubu dengan bagian dalam berisi kejutan, yakni Labubu The Monsters Surprise Blind Box dari seri ‘Have a Seat’. Kue unik ini dijual dengan harga 388,90 SGD atau sekitar Rp 4,5 juta.

Kue ini berupa kue cokelat dengan diameter 20 cm dan enam lapisan, menawarkan cita rasa manis dengan cokelat Belgia 55 persen. Selain bentuknya yang unik, kue ini cocok bagi mereka yang benar-benar menggemari Labubu.

Desain dan bentuk kue Labubu dapat disesuaikan sesuai keinginan pembeli, meskipun hiasan Labubu blind box di dalamnya diacak secara acak. Dengan ukuran besar, kue ini cukup untuk dinikmati oleh 25 hingga 30 orang, sehingga ideal untuk pesta besar para penggemar Labubu.

Selain kue ukuran besar, Bob juga menawarkan berbagai pilihan kue Labubu dalam ukuran lebih kecil. Pilihan lainnya termasuk kue mini dengan bentuk karakter Labubu yang dibanderol 98,80 SGD (sekitar Rp 1,1 jt) dan kue bento kecil berdesain Labubu yang lucu seharga 39,90 SGD (sekitar Rp 471rb). Toko ini juga menyediakan set cupcake bertema Labubu, dengan harga mulai dari 88,90 SGD (sekitar Rp 1 jtan).

Kue-kue ini menjadi pilihan sempurna bagi para penggemar Labubu yang ingin merayakan momen spesial dengan sentuhan karakter favorit mereka dalam bentuk kudapan manis.