Rendang: Dari Minangkabau ke Dunia, Sejarah Kuliner yang Tak Lekang oleh Waktu

Pada 25 Desember 2024, rendang, makanan tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat, kembali menjadi perbincangan karena reputasinya sebagai salah satu kuliner paling legendaris yang harus dicicipi. Dengan rasa yang pedas, gurih, dan kaya rempah-rempah, rendang telah menarik perhatian dunia, bahkan diakui sebagai salah satu hidangan paling lezat di dunia. Sejarah panjang rendang menjadikannya sebagai simbol kekayaan kuliner Indonesia yang beragam dan penuh tradisi.

Rendang pertama kali diciptakan oleh masyarakat Minangkabau sebagai hidangan istimewa yang disajikan dalam acara-acara besar, seperti pernikahan, upacara adat, dan perayaan lainnya. Berasal dari tradisi memasak yang dikenal dengan nama “masakan Padang”, rendang dibuat dengan cara memasak daging sapi secara perlahan menggunakan rempah-rempah seperti kunyit, cabai, jahe, serai, dan santan kelapa. Proses pemasakan yang memakan waktu ini bertujuan untuk membuat daging lebih empuk dan bumbu meresap sempurna.

Memasak rendang memerlukan waktu yang cukup lama, terkadang hingga 4 hingga 6 jam, sehingga bumbu dapat meresap dengan baik ke dalam daging. Daging sapi dimasak dalam santan kelapa dan rempah-rempah, kemudian dipanaskan dengan api kecil hingga santan mengering dan daging menyerap semua rasa. Teknik memasak ini dikenal dengan nama “rendang”, di mana santan akan mengental dan membentuk lapisan daging yang menggugah selera.

Meskipun rendang berasal dari Indonesia, hidangan ini kini dikenal di berbagai belahan dunia. Keragaman rempah dan metode memasak yang rumit menjadikan rendang sebagai salah satu simbol kuliner Indonesia yang sarat akan budaya dan sejarah. Hidangan ini mencerminkan kearifan lokal masyarakat Minangkabau yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Saat ini, rendang bisa ditemukan di banyak restoran Asia dan telah berkembang dengan berbagai variasi.

Sebagai salah satu kuliner legendaris yang kaya akan makna sejarah dan rasa, rendang patut untuk dicoba. Dengan teknik memasak yang khas dan cita rasa yang unik, rendang tidak hanya merupakan makanan lezat, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang mencerminkan kearifan lokal Minangkabau. Nikmati rendang untuk merasakan sensasi kuliner yang tiada duanya, yang kini semakin dikenal di seluruh dunia.

Sejarah Kuliner Rendang: Asal-Usul Makanan Legendaris Khas Minang Wajib Dicoba

Pada 25 Desember 2024, rendang, makanan khas dari Minangkabau, Sumatera Barat, kembali menjadi sorotan sebagai salah satu kuliner legendaris yang wajib dicoba. Dikenal dengan rasa pedas, gurih, dan kaya rempah, rendang telah mencuri perhatian dunia, bahkan dinobatkan sebagai salah satu makanan terlezat di dunia. Sejarah panjangnya membuat rendang menjadi simbol keanekaragaman kuliner Indonesia yang kaya rasa dan tradisi.

Rendang pertama kali diciptakan oleh masyarakat Minangkabau sebagai hidangan istimewa untuk acara-acara besar, seperti pernikahan, upacara adat, atau perayaan lainnya. Berasal dari tradisi memasak yang dikenal dengan “masakan padang,” rendang dibuat dengan cara memasak daging sapi secara perlahan menggunakan rempah-rempah seperti kunyit, cabai, jahe, serai, dan santan kelapa. Proses memasaknya yang memakan waktu lama ini bertujuan untuk membuat daging lebih empuk dan kaya akan rasa.

Proses memasak rendang membutuhkan waktu yang panjang, kadang hingga 4-6 jam, sehingga menghasilkan rasa yang semakin meresap pada daging. Daging sapi dimasak dalam santan kelapa dan rempah-rempah, kemudian dipanaskan dengan api kecil hingga santan mengering dan daging menyerap semua bumbu. Keunikan masakan ini terletak pada teknik memasak yang disebut “rendang,” di mana santan akan mengental dan membentuk lapisan daging yang sangat lezat.

Rendang tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga dikenal secara internasional. Keberagaman rempah dan cara memasak yang rumit menjadikan rendang sebagai simbol kuliner Indonesia yang kaya akan budaya dan sejarah. Makanan ini mencerminkan tradisi dan kearifan lokal masyarakat Minangkabau yang diwariskan turun-temurun. Di banyak negara, rendang kini hadir sebagai hidangan yang sering dijumpai di restoran Asia, dan terus berkembang dengan berbagai variasi.

Sebagai makanan legendaris yang kaya akan sejarah dan cita rasa, rendang adalah salah satu kuliner Indonesia yang wajib dicoba. Dengan teknik memasak yang unik dan rasa yang khas, rendang bukan hanya sekadar hidangan lezat, tetapi juga merupakan warisan budaya yang menggambarkan kearifan lokal Minangkabau. Nikmati rendang untuk merasakan kenikmatan kuliner yang tak tertandingi ini, yang kini semakin mendunia.

Docang Cirebon: Kuliner Tradisional Gurih Segar yang Wajib Dicoba Selama Libur Nataru

Jakarta – Docang, kuliner tradisional Cirebon yang sudah ada sejak zaman Kesultanan Cirebon, tetap menjadi salah satu hidangan yang tak terlupakan. Dengan cita rasa yang khas dan nilai sejarah yang mendalam, docang tak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga membawa kita dalam perjalanan budaya yang kaya. Nama “docang” sendiri berasal dari kata “dodon” yang berarti lontong dan kacang, mencerminkan kombinasi bahan sederhana namun penuh makna.

Docang terdiri dari lontong, daun singkong, tauge, parutan kelapa, kerupuk, dan kuah oncom yang menjadi ciri khasnya. Meskipun bahan-bahannya terlihat sederhana, perpaduan rasa gurih, segar, dan sedikit pedas dari kuah oncom menjadikan hidangan ini begitu istimewa. Kuah oncom terbuat dari campuran bumbu seperti bawang putih, kencur, daun bawang, dan rempah-rempah lainnya yang direbus hingga rasa dan aroma bumbunya meresap dengan sempurna.

Docang biasanya disajikan sebagai sarapan, terutama karena sifatnya yang mengenyangkan tetapi tetap ringan di perut. Hidangan ini juga mengandung banyak serat dari sayuran dan energi dari lontong serta kelapa parut, menjadikannya pilihan sarapan yang sehat.

Seiring berjalannya waktu, docang tidak hanya sekadar hidangan lezat, tetapi juga merupakan simbol kebersamaan. Masyarakat Cirebon sering menikmatinya bersama keluarga atau tetangga dalam suasana yang penuh keakraban. Proses penyajiannya pun menjadi bagian dari tradisi, terutama dalam pembuatan kuah oncom yang memerlukan ketelitian dan kesabaran.

Menurut sejarah, docang telah menjadi bagian dari budaya Cirebon sejak masa Kesultanan Cirebon dan sering disajikan pada acara-acara adat atau perayaan tertentu. Hingga kini, docang masih bisa ditemukan di berbagai penjuru kota Cirebon, dengan beberapa penjual yang mewarisi resep turun-temurun dan menjaga keaslian rasa docang.

Keunikan docang juga terletak pada cara penyajiannya. Setelah kuah oncom selesai dimasak, kuah tersebut disiramkan di atas lontong dan sayuran segar. Kerupuk renyah kemudian ditambahkan sebagai pelengkap, memberikan tekstur yang kontras dengan kelembutan lontong dan sayuran. Perpaduan rasa gurih dari kuah, segarnya sayuran, dan renyahnya kerupuk menciptakan sensasi rasa yang memanjakan lidah.

Di tengah kemajuan zaman dan munculnya berbagai makanan modern, docang tetap bertahan sebagai bagian dari warisan kuliner yang dicintai masyarakat Cirebon. Bahkan, tak jarang wisatawan sengaja datang ke Cirebon hanya untuk menikmati kelezatan hidangan ini. Dengan cita rasa yang autentik dan sejarah panjang yang menyertainya, docang terus menjadi salah satu kuliner yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Bagi siapa pun yang ingin merasakan kuliner Cirebon yang sesungguhnya, docang adalah pilihan yang tepat. Selain menawarkan kenikmatan rasa, hidangan ini juga memberikan gambaran tentang kekayaan budaya dan tradisi masyarakat Cirebon yang selalu menjaga warisan leluhur mereka.

Jelajahi 11 Makanan Khas Papua Selatan, Keanekaragaman Kuliner Indonesia Timur yang Menggugah Selera

Jakarta – Papua Selatan, dengan segala kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya, tak hanya menyimpan keindahan alam yang memukau, tetapi juga kuliner yang patut untuk dijelajahi. Bagi para pecinta kuliner, menggali rasa unik dari daerah yang terletak di ujung timur Indonesia ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Dengan bahan-bahan lokal seperti sagu, ikan, dan rempah-rempah, hidangan dari Papua Selatan menawarkan cita rasa otentik yang tidak ditemukan di tempat lain.

Kuliner Papua Selatan bukan hanya soal rasa, tetapi juga mengandung nilai budaya dan sejarah yang menarik untuk dipelajari. Makanan-makanan khasnya mencerminkan kebijaksanaan lokal dalam memanfaatkan alam sekitar. Jika Anda berencana untuk menjelajahi Indonesia lebih dalam, berikut adalah 11 makanan khas Papua Selatan yang wajib ada dalam daftar kuliner Anda!

  1. Papeda – Makanan Pokok yang Menggugah Selera

Papeda adalah hidangan yang menjadi makanan pokok bagi banyak masyarakat Papua Selatan. Dibuat dari tepung sagu yang dimasak hingga kental dan kenyal, papeda biasanya disajikan bersama ikan kuah kuning atau sambal. Rasanya yang tawar berpadu sempurna dengan gurihnya ikan dan pedasnya sambal, menciptakan sensasi rasa yang unik.

  1. Keladi Tumbuk – Hidangan Sehat dan Lezat

Keladi tumbuk, terbuat dari talas yang direbus dan dihaluskan, menjadi hidangan lezat dengan tekstur lembut. Dikenal karena rendah gula dan karbohidrat, keladi tumbuk cocok untuk mereka yang mencari makanan sehat namun tetap menggugah selera. Nikmati dengan sambal atau ikan suwir asap untuk tambahan cita rasa.

  1. Ikan Bungkus – Pepes Ikan yang Menggoda

Ikan bungkus adalah ikan segar yang dibumbui rempah-rempah khas Papua Selatan, dibungkus dengan daun pisang, dan dikukus hingga aroma rempahnya menyebar. Proses pengukusan ini membuat daging ikan menjadi lembut dan kaya rasa, sering disajikan dengan nasi hangat untuk memanjakan lidah.

  1. Sagu Lempeng – Camilan Manis yang Tak Terlupakan

Sagu lempeng adalah camilan manis yang terbuat dari tepung sagu, santan, dan gula, yang digoreng atau dipanggang hingga renyah di luar dan lembut di dalam. Rasanya yang manis gurih membuatnya menjadi pilihan camilan tradisional yang sangat populer di Papua Selatan.

  1. Ulat Sagu – Kuliner Ekstrem yang Wajib Dicoba

Bagi pencinta kuliner ekstrim, ulat sagu menjadi sajian yang menarik. Makanan ini terbuat dari larva kumbang sagu yang hidup di pohon sagu, dibungkus daun pisang dan dimasak dengan tepung sagu. Meskipun terdengar tidak biasa, ulat sagu punya rasa gurih dan tekstur lembut yang menjadi favorit di kalangan penduduk lokal.

  1. Kue Bagea – Camilan Tradisional untuk Oleh-Oleh

Kue bagea adalah camilan khas yang terbuat dari tepung sagu dan kenari, memiliki rasa manis dengan tekstur sedikit keras. Sering dijadikan oleh-oleh, kue ini dapat dinikmati bersama secangkir kopi atau teh, menjadi teman santai yang sempurna.

  1. Cacing Laut – Makanan Unik Penuh Khasiat

Cacing laut, yang dimasak dengan bumbu rica-rica pedas, merupakan hidangan khas Papua Selatan yang dipercaya dapat meningkatkan stamina. Meski memiliki tekstur kenyal, banyak orang yang menyukai hidangan ini karena manfaat kesehatannya yang luar biasa.

  1. Sambal Colo-Colo – Sambal Segar dengan Rasa Asam

Sambal colo-colo adalah sambal segar yang terbuat dari potongan kasar bawang merah, cabai, tomat, dan jeruk nipis. Sambal ini sangat cocok disajikan dengan hidangan ikan bakar atau papeda, memberikan sensasi rasa segar dan pedas yang menyegarkan.

  1. Sagu Sep – Olahan Sagu yang Menggugah Selera

Sagu sep adalah hidangan berbahan dasar sagu yang dicampur dengan kelapa parut dan bumbu, lalu dibungkus daun pisang dan dibakar. Rasanya gurih dengan aroma yang menggoda, disajikan dengan sayuran seperti kangkung, menciptakan perpaduan rasa yang lezat.

  1. Aunu Senebre – Ikan Teri dan Talas yang Gurih

Aunu senebre adalah campuran ikan teri goreng dengan daun talas yang direbus, parutan kelapa, dan bumbu. Hidangan ini memiliki rasa gurih dengan sentuhan pedas dari daun talas, sempurna untuk disajikan bersama nasi atau umbi-umbian.

  1. Keripik Keladi – Camilan Renyah yang Nikmat

Keripik keladi, yang terbuat dari irisan ubi keladi yang digoreng, menjadi camilan renyah yang pas untuk menemani aktivitas sehari-hari. Dengan rasa pedas, manis, gurih, atau asin, keripik ini menawarkan rasa yang bervariasi sesuai selera.

Setiap hidangan dari Papua Selatan mencerminkan kekayaan kuliner nusantara yang tak terbantahkan. Jika Anda berkesempatan mengunjungi Papua Selatan, pastikan untuk mencicipi kelezatan masakan tradisional yang tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga membawa Anda pada perjalanan budaya yang tak terlupakan.

Kuliner Indonesia di Selandia Baru Melesat: Peluang Besar Promosi Wisata dalam Top 3 Berita Hari Ini

Jakarta – Salah satu berita utama hari ini adalah perkembangan pesat kuliner Indonesia di Selandia Baru. Tantowi Yahya, Duta Besar RI untuk Selandia Baru, mengungkapkan bahwa jumlah restoran Indonesia di negara tersebut telah meningkat dari tiga menjadi 14 dalam beberapa tahun terakhir.

“Restoran-restoran ini beragam, mulai dari fine dining permanen, kafetaria, food truck, hingga warung. Makanan Indonesia kini dinikmati tidak hanya oleh komunitas kita, tetapi juga oleh masyarakat lokal dan wisatawan asing yang tertarik dengan cita rasa Indonesia,” ujar Tantowi Yahya dalam pertemuan virtual bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada Kamis, 3 Juni 2021.

Peluang Promosi Kuliner Indonesia di Selandia Baru

Menurut Tantowi Yahya, keberadaan restoran Indonesia yang semakin banyak ini merupakan peluang besar untuk mempromosikan kuliner dan budaya Indonesia di Selandia Baru. Restoran-restoran ini tersebar di berbagai lokasi strategis dengan segmentasi pasar yang beragam, menjadikan kuliner Indonesia semakin dikenal.

Berita lainnya yang menarik perhatian adalah kejadian unik yang melibatkan seorang presenter BBC. Foto Shaun Ley, yang tampak formal dengan jas, kemeja, dan dasi saat membawakan berita pada Rabu, 4 Mei 2021, pukul 11 malam waktu Inggris, viral karena dia ternyata mengenakan celana pendek di bawah meja.

Presenter BBC Ketahuan Pakai Celana Pendek Saat Siaran Langsung

Shaun Ley menyampaikan berita tentang aturan perjalanan baru akibat pandemi COVID-19 dan krisis politik Israel dengan wajah serius. Namun, fokus penonton beralih ketika kamera menyorot dari samping, memperlihatkan penampilannya yang tidak biasa tersebut.

Isu Sampah Plastik Menjelang Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Topik lain yang menjadi perhatian menjelang Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2021 adalah masalah sampah plastik. Rosa Vivien, Direktur Jenderal PLSB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, menjelaskan bahwa pemerintah mengatasi isu ini dengan tiga pendekatan: perubahan perilaku melalui zero waste, teknologi, dan ekonomi sirkular.

Upaya Mengatasi Sampah Plastik dengan Ekonomi Sirkular

Menurut Rosa Vivien, pendekatan ekonomi sirkular bisa menjadi solusi yang efektif. Sampah plastik diolah kembali untuk menghasilkan nilai ekonomi baru, yang sekaligus mengurangi timbunan sampah dan berdampak positif bagi lingkungan.

Kesimpulan

Berita hari ini mencakup perkembangan pesat kuliner Indonesia di Selandia Baru, insiden unik yang melibatkan presenter BBC Shaun Ley, dan upaya pemerintah mengatasi masalah sampah plastik menjelang Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Semua topik ini memberikan gambaran menarik tentang isu-isu yang tengah menjadi perhatian publik.

Kuliner Indonesia Berkembang di Selandia Baru, Kemenparekraf Manfaatkan Peluang Promosi Wisata

Burhan, pemilik Restoran Garuda di Selandia Baru, mengisahkan tentang suksesnya bisnis kulinernya yang kini mengelola tiga food truck dan satu restoran. Menu andalan seperti nasi goreng dan mi goreng sangat diminati oleh warga lokal.

Burhan menyatakan bahwa pelaku kuliner berperan penting dalam mempromosikan Indonesia di Selandia Baru. Dia sangat antusias berkolaborasi dengan Kemenparekraf untuk memperkenalkan kuliner dan destinasi wisata Indonesia, serta berharap adanya dukungan promosi berupa materi flyer dari pemerintah.

Presenter BBC Ketahuan Pakai Celana Pendek Saat Siaran Langsung di Televisi

Shaun Ley, yang bergabung dengan BBC sejak 1990 dan lahir di Devon, Inggris, dikenal sering menghadirkan momen-momen unik. Selain insiden celana pendek, pada tahun 2019, ia juga pernah mengalami kejadian lucu saat laba-laba merayap di lensa kamera saat ia mewawancarai seorang konselor di Glasgow.

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021, Sampah Plastik Masih Jadi Tantangan Bersama

Plastik awalnya digunakan untuk mengurangi penggunaan kertas yang merusak hutan, namun ternyata memunculkan masalah lingkungan baru yang bertahan lama. Sampah plastik mencemari tanah, udara, dan laut akibat penggunaan yang tidak bijak.

Rosa Vivien menekankan bahwa pendekatan ekonomi sirkular menawarkan solusi yang saling menguntungkan. Sampah plastik diolah untuk menghasilkan nilai ekonomi baru, mengurangi jumlah sampah, dan memberikan dampak positif pada lingkungan.

Berbagai topik menarik ini terangkum dalam Top 3 Berita Hari Ini, mencerminkan isu-isu yang sedang hangat dan relevan bagi masyarakat.

Novotel Lombok Hadirkan Pengalaman Kuliner Global untuk Malam Pergantian Tahun 2025

Hotel Novotel Lombok, yang terkenal dengan fasilitas premium dan pemandangan alam yang menakjubkan, akan menggelar sebuah acara kuliner yang menampilkan pengalaman gastronomi dari berbagai belahan dunia. Menyambut tahun baru, event ini akan menghadirkan berbagai hidangan khas internasional, memberi kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan cita rasa global dalam satu lokasi. Diharapkan, acara ini akan menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Lombok selama musim liburan.

Acara kuliner internasional ini akan menawarkan berbagai pilihan hidangan dari Eropa, Asia, Amerika, dan Timur Tengah. Para tamu bisa menikmati beragam masakan dari berbagai negara, mulai dari pasta Italia, sushi Jepang, hingga hidangan khas Timur Tengah seperti kebab dan hummus. Hotel Novotel Lombok juga menambahkan cita rasa lokal dengan menyajikan masakan tradisional Indonesia, memberikan pengalaman kuliner yang lengkap dan menggugah selera. Semua hidangan akan disiapkan dengan bahan-bahan berkualitas tinggi untuk memastikan rasa yang istimewa.

Selain sajian kuliner, acara ini juga dirancang untuk menghibur seluruh keluarga. Selain menikmati hidangan lezat, pengunjung dapat menyaksikan pertunjukan musik langsung, tarian tradisional, serta berbagai aktivitas yang akan menambah kemeriahan suasana malam tahun baru. Hotel ini juga menyediakan area khusus untuk anak-anak, lengkap dengan berbagai permainan dan kegiatan seru agar seluruh keluarga dapat menikmati acara tersebut. Dengan segala tawaran yang menarik, acara ini diperkirakan akan menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin merayakan pergantian tahun dengan cara yang unik.

Event kuliner global ini juga bertujuan untuk mendukung sektor pariwisata Lombok yang terus berkembang pasca-pandemi. Dengan menghadirkan variasi kuliner internasional, Novotel Lombok berharap dapat menarik lebih banyak wisatawan dari luar negeri maupun domestik, sekaligus meningkatkan kunjungan ke berbagai destinasi wisata yang ada di Lombok. Selain itu, acara ini juga menjadi kesempatan untuk memperkenalkan budaya dan kuliner lokal Lombok kepada dunia, melalui kolaborasi makanan internasional dan tradisi kuliner Indonesia.

Dengan tema kuliner internasional, Novotel Lombok menawarkan pengalaman yang tak terlupakan untuk merayakan malam pergantian tahun 2025. Event ini memberikan kesempatan langka bagi para pengunjung untuk menikmati masakan internasional dalam suasana yang meriah dan penuh semangat. Dengan berbagai hiburan dan hidangan lezat, Novotel Lombok siap menyuguhkan pengalaman tahun baru yang berwarna, dengan cita rasa global bagi setiap orang yang hadir.

Sambut Malam Pergantian Tahun 2025, Hotel Novotel Lombok Gelar Event Wisata Kuliner Global

Hotel Novotel Lombok, yang dikenal dengan fasilitas mewah dan pemandangan indahnya, akan menyelenggarakan acara wisata kuliner yang berfokus pada pengalaman gastronomi internasional. Dalam rangka menyambut pergantian tahun, event ini akan menyuguhkan berbagai makanan khas dari berbagai belahan dunia, memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk menikmati cita rasa global dalam satu tempat. Acara ini diharapkan menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Lombok selama musim liburan.

Event wisata kuliner global ini akan menyajikan berbagai pilihan hidangan dari Eropa, Asia, Amerika, dan Timur Tengah. Para tamu dapat mencicipi beragam menu dari berbagai negara, mulai dari pasta Italia, sushi Jepang, hingga hidangan khas Timur Tengah seperti kebab dan hummus. Novotel Lombok menambahkan sentuhan lokal dengan menyajikan masakan khas Indonesia, memberikan pengalaman kuliner yang lengkap dan menggugah selera. Semua hidangan akan disajikan dengan bahan-bahan terbaik, memastikan kualitas dan rasa yang tak tertandingi.

Tidak hanya menawarkan makanan lezat, acara ini juga dirancang untuk menjadi hiburan bagi seluruh keluarga. Selain kuliner, pengunjung dapat menikmati pertunjukan musik live, tarian tradisional, dan berbagai aktivitas yang akan memeriahkan suasana malam pergantian tahun. Hotel ini juga menyediakan area khusus untuk anak-anak, dengan berbagai permainan dan acara menarik agar seluruh keluarga bisa menikmati malam tersebut. Acara ini diperkirakan akan menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin merayakan tahun baru dengan cara yang berbeda.

Event wisata kuliner global ini juga bertujuan untuk mendukung sektor pariwisata Lombok, yang terus berkembang pasca-pandemi. Dengan menghadirkan wisata kuliner yang beragam, Novotel Lombok berharap dapat menarik lebih banyak wisatawan internasional dan domestik, serta meningkatkan kunjungan ke destinasi wisata di Lombok. Acara ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan budaya dan kuliner lokal Lombok kepada dunia, melalui penggabungan makanan internasional dan tradisi kuliner Indonesia.

Dengan tema wisata kuliner global, Novotel Lombok menyuguhkan pengalaman tak terlupakan untuk malam pergantian tahun 2025. Acara ini menawarkan kesempatan langka bagi wisatawan untuk menikmati kuliner internasional dalam suasana yang menyenangkan dan penuh semangat. Dengan berbagai pertunjukan dan hidangan lezat, Novotel Lombok siap memberikan pengalaman tahun baru yang penuh warna dan cita rasa global bagi setiap pengunjung yang hadir.

Pernikahan Vegan Bikin Tamu Kelaparan, Begini Reaksi Pengantin yang Tak Terduga

Jakarta – Sebuah pernikahan dengan tema vegan baru-baru ini menarik perhatian publik setelah kisahnya viral di Reddit. Pasangan pengantin ini berusaha memberikan sentuhan unik pada acara pernikahan mereka dengan menyajikan hidangan berbahan dasar sayuran dan buah. Namun, apa yang dimaksudkan sebagai langkah untuk mengedepankan gaya hidup sehat justru berakhir dengan ketidaknyamanan, baik bagi mereka sendiri maupun para tamu yang hadir.

Pasangan ini, yang telah menghabiskan sekitar $15.000 (sekitar Rp 238 juta) untuk acara tersebut, tidak memberitahukan tamu mengenai pilihan menu vegan yang mereka sajikan. Beberapa hidangan yang dipilih termasuk mushroom wellington, truffle risotto, dan roasted vegetable tarts. Pengantin wanita menjelaskan, “Kami tidak mencantumkan bahwa makanan tersebut vegan di undangan karena ingin tamu menikmati makanan tanpa prasangka. Semua hidangan kami buat semaksimal mungkin agar tetap lezat dan memuaskan.”

Sayangnya, rencana tersebut tidak berjalan sesuai harapan. Keluarga dekat mereka, termasuk saudara dan sepupu, segera menyadari menu tersebut berbahan dasar tumbuhan dan mulai merasa tidak nyaman. Salah satu saudara langsung memesan pizza dalam jumlah besar, yang kemudian dibagikan kepada tamu dengan pengumuman terbuka, “Makanan asli untuk siapa saja yang menginginkannya!”

Pengantin wanita sangat kecewa dengan tindakan ini, dan menceritakan, “Saya sangat malu. Para katering pun merasa canggung, dan banyak tamu yang bahkan belum mencicipi hidangan yang kami rencanakan dengan hati-hati.” Ketika pengantin tersebut mengkonfrontasi saudaranya, ternyata alasan pemesanan pizza adalah karena beberapa anggota keluarga merasa makanan vegan hanya terdiri dari sayuran dan tidak cukup memuaskan.

Namun, yang lebih menyakitkan bagi pengantin adalah sikap para tamu yang tidak menghargai usahanya. Bahkan, ibu mertuanya memposting di media sosial tentang bagaimana pizza “menyelamatkan” acara pernikahan, sementara menyindir pengantin wanita yang dianggap memaksakan diet vegan kepada para tamu.

Setelah acara selesai, pengantin wanita yang berusia 28 tahun itu mengungkapkan rasa frustasi dan menangis di kamar mandi. Sang suami pun terpaksa mengusir beberapa anggota keluarga yang dianggap merusak suasana. “Sekarang separuh keluarga kami menyebut kami sombong dan mengatakan kami merusak pernikahan dengan ‘memaksakan keyakinan kami’,” keluh sang pengantin. Ia merasa kecewa karena tidak ada yang memberi kesempatan untuk menikmati hidangan vegan yang sudah mereka persiapkan dengan penuh perhatian.

Kisah pernikahan vegan ini menyisakan pelajaran bagi pasangan yang berniat menggelar pernikahan dengan tema khusus, bahwa terkadang, keinginan untuk menyajikan sesuatu yang berbeda bisa memicu ketegangan jika tidak disesuaikan dengan ekspektasi tamu.

7 Tren Kuliner yang Harus Ditinggalkan Menurut Chef dan Foodies

Jakarta – Menjelang akhir tahun, dunia kuliner sedang ramai membahas berbagai tren makanan yang tengah populer. Namun, tidak semua tren ini dianggap layak untuk terus bertahan. Beberapa profesional kuliner dan chef berbicara tentang sejumlah tren yang dinilai sudah saatnya untuk dihilangkan. Dari menu digital hingga makanan fusion yang membingungkan, simak ulasan mengenai tren kuliner yang tidak perlu ada lagi, menurut pakar.

  1. Lembaran Emas yang Tak Perlu Ada
    Lembaran emas yang bisa dimakan atau edible gold leaf pernah menjadi simbol kemewahan pada hidangan. Banyak chef menggunakan emas sebagai garnish untuk memberi kesan mewah. Namun, menurut Raji Krishnan, seorang profesional iklan dari India, penggunaan emas pada makanan tidak menambah kenikmatan rasa. Malah, menurutnya, itu hanya pemborosan yang tidak perlu, karena tidak ada dampak positif terhadap cita rasa atau tampilan hidangan.
  2. Menu Digital yang Tidak Efektif
    Menu digital, yang diperkenalkan selama pandemi Covid-19, kini masih sering ditemui di berbagai restoran. Konsep ini memang dirancang untuk mengurangi kontak fisik, namun bagi Mahesh Sankaran, seorang ahli IT, menu digital justru memiliki kelemahan. Informasi yang sulit dibaca karena harus di-scroll dan tidak adanya gambar membuat menu digital dianggap kurang efektif. Sankaran lebih memilih menu konvensional yang dicetak, yang lebih mudah dibaca dan dipahami.
  3. Menampilkan Nilai Kalori yang Membebani
    Beberapa restoran kini menampilkan informasi tentang nilai kalori pada menu mereka untuk mendukung pola hidup sehat. Namun, bagi traveler Urmi Chakraborty, ini justru membuatnya merasa tidak nyaman. “Saya bisa memahami jika ada informasi alergi, tetapi nilai kalori yang tertera membuat saya merasa bersalah saat memesan makanan,” ungkapnya. Menurutnya, informasi ini tidak seharusnya menjadi beban saat makan di luar.
  4. Menu Dekonstruksi yang Tidak Praktis
    Menu dekonstruksi yang memisahkan elemen-elemen makanan menjadi bagian-bagian terpisah telah menjadi tren beberapa tahun terakhir. Namun, beberapa orang merasa kurang puas dengan gaya penyajian ini. Reem Khokhar, seorang jurnalis di India, mengaku tidak suka dengan cara penyajian seperti ini, yang menurutnya justru menghilangkan esensi dari sebuah hidangan yang harusnya dinikmati secara utuh.
  5. Tampilan Berasap yang Hanya Sekadar Gimmick
    Beberapa chef sengaja menambahkan efek visual seperti asap, busa, atau bahkan harus memukul-mukul hidangan sebelum dimakan untuk menarik perhatian pelanggan, terutama untuk foto-foto di media sosial. Namun, menurut Lavanya Rao, seorang desainer di Singapura, banyak orang hanya ingin menikmati makanan yang enak tanpa harus terganggu oleh gimmick yang berlebihan. Baginya, rasa yang baik jauh lebih penting daripada tampilan yang mewah.
  6. Satu Bahan yang Terlalu Diistimewakan
    Tren mengandalkan satu bahan utama dalam sebuah hidangan, seperti truffle, madu, atau keju yang dilelehkan, sering kali menjadi kebiasaan di banyak restoran. Namun, Chef Romeo Morello dari Castellana Hong Kong mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap penggunaan bahan yang tidak selalu cocok dengan hidangan. Meskipun bahan-bahan ini populer, mereka terkadang tidak pas dari segi rasa dan tekstur dengan makanan yang disajikan.
  7. Fusion Food yang Justru Membingungkan
    Makanan fusion yang menggabungkan berbagai elemen kuliner dari berbagai budaya memang sedang tren. Namun, kadang kala, kombinasi bahan yang tidak cocok justru membuat hidangan menjadi rancu dan membingungkan. Seorang penggemar wine di Prancis, Sheetal Munshaw, menilai bahwa fusion food sering kali hanya memadukan bahan-bahan yang tidak harmonis, yang akhirnya menghasilkan rasa yang tidak terduga dan tidak enak.

Dengan tren kuliner yang terus berkembang, para pakar menyarankan untuk lebih selektif dalam mengikuti tren-tren yang sebenarnya hanya memanfaatkan gimmick atau tren sementara. Sebagai konsumen, kita seharusnya lebih memilih makanan yang mengutamakan rasa dan pengalaman makan yang memuaskan, bukan sekadar mengikuti tren yang terkadang hanya mengejar perhatian semata.

Cokelat Dubai Ini Punya Isian Mengejutkan: Ulat Sagu Hidup!

Cokelat Dubai kini kembali mencuri perhatian di media sosial, dengan berbagai varian kreasi yang beragam. Namun, sebuah kreasi baru yang viral justru membuat banyak orang merasa tercengang—cokelat Dubai isi ulat sagu hidup! Ya, Anda tidak salah baca. Cokelat yang semula dikenal dengan isian manis dan mewah kini menyuguhkan sesuatu yang jauh lebih ekstrem, yakni ulat sagu yang bergerak di dalamnya.

Cokelat Dubai sendiri memiliki banyak variasi isi, mulai dari kunafa pistachio dengan pasta tahini, hingga berbagai jenis bahan mewah lainnya. Namun, kreasi yang satu ini, yang dibuat oleh seorang pengguna TikTok dengan akun anonim, berhasil membuat heboh dunia maya. Dalam video berdurasi 14 detik yang diunggah pada 19 Desember 2024, ia menunjukkan bagaimana cokelat Dubai dapat diisi dengan ulat sagu hidup.

Proses pembuatan cokelat Dubai isi ulat sagu ini cukup sederhana. Pertama, ia mencetak cokelat dengan cetakan bulat yang memiliki sisi bergerigi. Setelah cokelat mengeras, ia memasukkan ulat sagu besar yang masih bergerak ke dalam cetakan cokelat. Tak hanya itu, ulat sagu tersebut bahkan dibiarkan hidup-hidup sebelum akhirnya ditutupi kembali dengan lapisan cokelat yang lebih banyak. Dalam video tersebut, sang pembuat cokelat mengklaim bahwa rasanya tetap enak meski terdengar cukup ekstrem bagi banyak orang.

Sang kreator mengungkapkan bahwa ia sudah terbiasa mengonsumsi ulat sagu, bahkan sering memakannya sebagai lauk tambahan atau sebagai topping mie instan. Baginya, rasa dari ulat sagu yang hidup tidak terlalu mengganggu, meski banyak orang yang merasa merinding saat melihatnya. Ia juga mencatat bahwa banyak netizen yang merasa terkejut dan jijik melihat kreasi ini, sementara beberapa orang bahkan mengaku lebih memilih cokelat Dubai dengan isian bihun daripada ulat sagu.

Kreasi nyeleneh ini berhasil menarik perhatian netizen, yang beragam memberikan reaksi. Ada yang merasa geli dan tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya, namun ada juga yang menganggapnya sebagai ide yang sangat berani. Tentu saja, banyak yang merasa terkejut dan berpendapat bahwa cokelat Dubai dengan ulat sagu adalah suatu hal yang jauh dari ekspektasi mereka tentang cokelat yang lezat.

Bagi sebagian orang, inovasi kuliner yang melibatkan bahan-bahan tidak biasa memang menjadi daya tarik tersendiri. Namun, untuk yang lainnya, menikmati cokelat dengan isian yang lebih konvensional mungkin masih menjadi pilihan utama. Bagaimanapun, fenomena ini menunjukkan betapa kreativitas dalam dunia kuliner dapat melahirkan beragam ide yang bisa menciptakan kegembiraan, kebingungan, dan bahkan rasa jijik.