Jejak Rasa Martabak: Dari Timur Tengah ke Lidah Nusantara

Martabak merupakan salah satu kuliner jalanan yang sangat populer di Indonesia dan terdiri dari dua jenis utama, yaitu martabak manis dan martabak telur. Meski telah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia, tidak banyak yang tahu bahwa martabak sejatinya bukan makanan asli Tanah Air. Kata “martabak” berasal dari bahasa Arab, “murtabak,” yang berarti dilipat. Istilah ini mencerminkan teknik memasak martabak, yang memang dibuat dengan cara melipat adonan yang telah diisi dengan berbagai bahan.

Awal mula masuknya martabak ke Indonesia berasal dari pengaruh budaya Arab dan India yang dibawa oleh para pedagang Muslim. Seiring waktu, martabak mengalami proses akulturasi dan beradaptasi dengan cita rasa lokal, hingga menjadi makanan yang disukai berbagai kalangan masyarakat. Martabak manis, atau sering disebut juga “terang bulan,” memiliki tekstur lembut dengan pori-pori besar, terbuat dari campuran tepung, ragi, dan gula, lalu dipanggang di atas loyang bundar. Awalnya hanya diisi kacang tanah, keju, dan meses cokelat, kini topping-nya lebih bervariasi, dari Nutella hingga biskuit Oreo.

Sementara itu, martabak telur menawarkan rasa gurih dengan kulit tipis dan renyah, berisi campuran telur, daging cincang, daun bawang, dan bawang bombay, serta disajikan bersama acar dan cabai rawit. Ada pula varian martabak India atau martabak Mesir, yang hadir dengan rempah khas dan sering disantap bersama kuah kari. Dengan variasi isian dan topping yang beragam, martabak mencerminkan kekayaan budaya kuliner Indonesia dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan cita rasa lokal.

5 Makanan Kaki Lima Indonesia Masuk Daftar Terbaik versi TasteAtlas

Dalam daftar 50 makanan kaki lima terbaik versi TasteAtlas, sejumlah hidangan asal Indonesia turut menghiasi peringkat tersebut.Lima di antaranya bahkan berhasil masuk dalam 20 besar.
Keanekaragaman kuliner Indonesia tak hanya dihargai oleh penduduknya, tetapi juga patut dibanggakan di kancah internasional. Citarasa khas Indonesia yang kaya rempah sulit untuk ditemukan di negara lain, meski mereka berusaha meniru bahan-bahan yang serupa.

TasteAtlas, sebagai kurator kuliner kelas dunia, memiliki daftar makanan kaki lima terbaik. Di antara 50 makanan teratas, hidangan tradisional Indonesia turut menghiasi peringkat tersebut.

Setidaknya lima makanan khas Indonesia berhasil masuk dalam 20 besar, mulai dari siomay hingga sate Madura, yang dinobatkan sebagai sebagian makanan kaki lima terbaik di dunia.

Berikut adalah 5 makanan Indonesia yang masuk dalam daftar 50 Makanan Kaki Lima Terbaik versi TasteAtlas:

  1. Siomay
    Siomay berada di peringkat ketiga dengan rating 4,7 dalam daftar 50 Makanan Kaki Lima Terbaik versi TasteAtlas. Di situs resmi mereka, siomay disebut sebagai comfort food paling populer di Indonesia. Makanan ini, yang mirip dengan dimsum, dimasak dengan cara dikukus dan disajikan dalam keadaan hangat. Namun, komposisinya berbeda, mencakup otak-otak, siomay, tahu kukus, kentang kukus, kol kukus, dan pare. Keistimewaan siomay terletak pada bumbu kacang yang kental dan gurih, ditambah dengan kecap manis dan perasan jeruk limau yang menyegarkan.
  2. Batagor
    Batagor, yang sering dijual berdampingan dengan siomay, menempati urutan ke-15 dalam daftar makanan kaki lima terbaik. Nama Batagor merupakan singkatan dari baso tahu goreng, yang artinya makanan ini digoreng hingga renyah, meskipun sekilas mirip dengan siomay. Batagor berasal dari Bandung dan sudah dikenal sejak 1980-an, menggabungkan budaya kuliner Sunda dan China.
  3. Sate Kambing
    Selain sate sapi, sate kambing juga populer di Indonesia. Daging kambing memiliki aroma dan tekstur yang khas, yang memerlukan penanganan khusus dalam pengolahannya. Salah satu cara populer adalah dengan dibakar menjadi sate, yang banyak ditemukan di berbagai daerah. Sate kambing disajikan dengan bumbu kacang atau kecap pedas yang menggugah selera.
  4. Sate Babi
    Sate babi juga menjadi salah satu makanan kaki lima terlezat asal Indonesia. Hidangan sate, yang dapat menggunakan berbagai jenis daging, sangat populer di Indonesia. Sate babi menempati peringkat 20 dalam daftar makanan kaki lima terbaik, setelah sate kambing. Daging babi memiliki tekstur yang lembut, berada di antara daging sapi dan ayam, dan hanya tersedia di daerah dengan mayoritas non-Muslim.
  5. Sate Madura
    Sate Madura, meskipun berada di peringkat 21, sangat berpengaruh dalam mempopulerkan kuliner Indonesia. Sate ini menggunakan daging ayam atau kambing yang dibakar dengan cara unik—daging dipotong lebih tipis daripada sate pada umumnya. Teknik memasaknya membuat sate Madura tetap empuk dan tidak mudah hangus. Selain bumbu kacang, sate Madura disajikan dengan acar yang memberikan kesegaran pada setiap gigitan.

Mengenal Perbedaan Krecek dan Kikil dalam Kuliner Nusantara

Krecek dan kikil sering menjadi bahan utama dalam berbagai hidangan khas Indonesia, terutama yang bercita rasa gurih dan berbumbu kuat. Meskipun sama-sama berasal dari sapi, keduanya memiliki perbedaan yang cukup mencolok dari segi bahan dasar, tekstur, hingga cara pengolahan. Krecek merupakan hasil olahan kulit sapi yang telah dikeringkan, berbentuk lembaran tipis dengan tekstur renyah sebelum dimasak. Dalam kuliner tradisional, krecek sering digunakan dalam sambal goreng krecek yang menjadi pelengkap gudeg khas Yogyakarta. Sebaliknya, kikil berasal dari bagian kaki sapi yang kaya akan jaringan ikat dan kolagen, memberikan tekstur kenyal yang khas. Kikil umumnya diolah dalam berbagai hidangan berkuah seperti sop kaki sapi, tongseng, dan gulai.

Saat dimasak, perbedaan tekstur antara krecek dan kikil semakin terlihat. Krecek yang awalnya kering akan menyerap kuah dan menjadi lebih lembut setelah dimasak dalam bumbu santan atau pedas. Sementara itu, kikil tetap mempertahankan kekenyalannya meskipun sudah direbus dalam waktu lama, menciptakan sensasi menggigit yang unik. Dalam pengolahannya, krecek perlu direndam atau direbus agar tidak terlalu berminyak, sedangkan kikil memerlukan proses perebusan lama untuk menghasilkan tekstur yang empuk. Dari segi nutrisi, kikil lebih kaya akan protein dan kolagen yang bermanfaat bagi kesehatan kulit dan sendi, sedangkan krecek memiliki kandungan lemak lebih tinggi.

Perbedaan karakteristik ini menjadikan krecek dan kikil memiliki tempat tersendiri dalam kuliner Indonesia. Krecek dikenal dengan kerenyahannya sebelum dimasak dan sering digunakan dalam masakan Jawa, sementara kikil yang kenyal lebih cocok untuk hidangan berkuah. Meski berbeda, keduanya tetap menawarkan cita rasa lezat dan menjadi favorit dalam berbagai sajian tradisional.

Kolak Pisang, Takjil Tradisional yang Selalu Dinantikan Saat Ramadan

Kolak pisang, hidangan manis dengan kuah santan yang lezat, selalu menjadi pilihan utama sebagai takjil saat bulan Ramadan. Kehangatan dan rasa manisnya menjadikannya sajian yang selalu dirindukan untuk berbuka puasa. Tak hanya nikmat, kolak pisang juga memiliki nilai tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Misnawati, seorang warga di Jalan Rawamangun, Pekanbaru, mengungkapkan bahwa setiap tahun ia selalu membuat kolak pisang untuk keluarga. Menurutnya, hidangan ini dapat dikreasikan dengan berbagai bahan lain seperti singkong, labu kuning, dan kolang-kaling, sehingga memberikan variasi rasa dan tekstur yang semakin menggugah selera. Ia juga menambahkan bahwa di keluarganya, kolak pisang sudah menjadi menu andalan berbuka puasa karena mengenyangkan dan mudah dibuat.

Berdasarkan sejarah, kolak pisang berasal dari Jawa dan telah dikenal sejak abad ke-14. Nama “kolak” diyakini berasal dari kata Arab “khalaka” yang berarti “menciptakan” atau “memperbaiki”. Istilah ini mungkin merujuk pada proses pembuatan kolak yang memerlukan kesabaran dan ketelitian agar menghasilkan cita rasa yang sempurna.

Selain rasanya yang nikmat, kolak pisang juga kaya manfaat. Kandungan karbohidrat dalam pisang memberikan energi setelah berpuasa seharian, sementara seratnya membantu melancarkan pencernaan. Oleh karena itu, tak heran jika banyak keluarga di Indonesia menjadikannya menu wajib selama Ramadan. Lebih dari sekadar hidangan takjil, kolak pisang juga menjadi simbol kebersamaan yang mempererat hubungan keluarga saat berbuka puasa.

Tren Kuliner 2025: Fusion Food, Perpaduan Rasa yang Menggoda Lidah


Fusion Food 2025: Tren Kuliner Unik yang Siap Mengguncang Dunia

Dunia kuliner terus berkembang, dan tahun 2025 diprediksi menjadi era kejayaan bagi fusion food! Konsep makanan ini mengombinasikan berbagai elemen rasa dari beragam budaya, menciptakan cita rasa unik yang menggugah selera. Dari taco dengan sentuhan Jepang hingga pizza dengan cita rasa kari India, tren ini akan mendominasi industri kuliner tahun ini.

Mengapa Fusion Food Begitu Menarik?

Fusion food bukan sekadar hidangan biasa, melainkan sebuah eksplorasi rasa yang menghadirkan kejutan di setiap suapan. Inilah beberapa alasan mengapa makanan ini semakin digemari:

1. Paduan Rasa & Tekstur yang Menggugah Selera

Bayangkan kelezatan dari hidangan yang menyatukan pedas khas bumbu Korea, gurihnya keju Italia, hingga manisnya saus BBQ Amerika—sensasi unik yang menciptakan pengalaman kuliner tak terlupakan.

2. Sensasi Tak Terduga di Setiap Gigitan

Fusion food tidak terikat oleh aturan masakan tradisional. Kreativitas menjadi elemen utama, sehingga setiap suapan selalu menghadirkan kombinasi rasa yang mengejutkan.

3. Fleksibel dan Selalu Inovatif

Siapa sangka rendang bisa berpadu sempurna dengan burger? Atau kebab yang dipadukan dengan nasi Padang? Keunikan ini membuat fusion food selalu terasa segar dan inovatif.

4. Refleksi Keanekaragaman Budaya

Makanan adalah simbol universal yang menyatukan banyak budaya. Fusion food menjadi cerminan bagaimana kuliner dari berbagai negara dapat berpadu harmonis dalam satu hidangan.

Tren Fusion Food yang Diprediksi Booming di 2025

Inovasi di dunia fusion food terus berkembang pesat. Berikut beberapa tren kuliner yang diperkirakan akan populer tahun ini:

1. Perpaduan Rasa dari Berbagai Negara

Kombinasi unik seperti taco dengan sentuhan Korea-Jepang, pizza dengan rasa kari India, atau semur dengan bumbu khas Karibia akan semakin banyak ditemukan di berbagai restoran.

2. Dominasi Kuliner Meksiko

Masakan Meksiko semakin digemari secara global! Berbagai varian taco dengan isian yang unik, mulai dari daging asap hingga seafood, akan menjadi primadona tahun ini.

3. Eksplorasi Rasa Pedas dan Rempah Eksotis

Pencinta makanan pedas bersiaplah! Bumbu Sichuan, miso, asam jawa, hingga kelapa akan banyak digunakan dalam berbagai hidangan fusion untuk menghadirkan sensasi pedas yang menggoda.

Fusion Food yang Sudah Populer

Di Indonesia sendiri, beberapa hidangan fusion sudah lebih dulu menarik perhatian, seperti:

  • Kebab Nasi Padang
  • Burger Rendang
  • Pizza Rendang
  • Lumpia Rendang
  • Steak Tempe

Sementara di Amerika, Korean Kimchi BBQ Burgers menjadi salah satu menu favorit berkat perpaduan manisnya saus BBQ Korea, pedasnya kimchi, serta daging burger yang juicy.

Tips Menikmati Fusion Food dengan Cermat

Meskipun menggoda, tetap bijak dalam memilih fusion food. Perhatikan keseimbangan komposisi bahan, nilai gizinya, dan pastikan tidak ada bahan yang bertentangan dengan preferensi atau dietmu.

Fusion food bukan sekadar tren sesaat, melainkan sebuah petualangan kuliner yang terus berkembang. Siap menjelajahi rasa-rasa baru di tahun 2025? 🌟🍽️

Boboko: Warung Khas Indonesia yang Hadirkan Cita Rasa Nusantara di Jantung Oslo

Kuliner Indonesia semakin mendapat tempat di kancah internasional, dan kini, kelezatannya bisa dinikmati di Norwegia dengan kehadiran Boboko, restoran khas Indonesia yang resmi dibuka di Oslo. Mengusung konsep warung tradisional, Boboko menyajikan berbagai hidangan Nusantara dengan rasa otentik, memperkenalkan cita rasa khas Indonesia kepada masyarakat Norwegia.

Peresmian restoran ini digelar pada Kamis, 30 Januari 2025, ditandai dengan pemotongan pita oleh Duta Besar RI untuk Norwegia, Teuku Faizasyah, bersama dengan salah satu pemilik Boboko, Diana. Sebagai bentuk rasa syukur, acara ini juga dimeriahkan dengan pemotongan tumpeng, sebuah tradisi khas Indonesia.

Acara pembukaan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Wakil Wali Kota Oslo Julianne Ofstad, Dean Korps Diplomatik sekaligus Dubes Kroasia Andrea Gustović-Ercegovac, serta perwakilan dari pemerintah, pengusaha, dan masyarakat Norwegia. Dengan lokasinya yang strategis di VIA Village, kawasan kuliner dan bisnis di pusat Oslo, Boboko berpotensi menjadi destinasi favorit bagi pencinta makanan Indonesia di Norwegia.

Nama Boboko sendiri berasal dari bahasa Sunda, yang berarti wadah penyimpanan makanan, melambangkan semangat berbagi dan kehangatan dalam budaya kuliner Indonesia.

Menurut Diana, Boboko bukan sekadar restoran, tetapi juga tempat yang menghubungkan orang-orang melalui makanan dan cinta kasih. Meski namanya berasal dari budaya Sunda, Boboko menawarkan beragam hidangan khas dari berbagai daerah di Indonesia, seperti nasi goreng ayam dan kambing, bakmi goreng, ayam penyet, sate ayam, sate maranggi, nasi padang rendang dan gulai, iga bakar, Indomie, cireng, cilok, batagor, tempe goreng, soto Betawi, gado-gado, es cendol, dan es teler.

Salah satu keunikan Boboko terletak pada otentisitas rasanya. Untuk menjaga cita rasa asli Indonesia, restoran ini menggunakan bumbu dan rempah khas yang diimpor dari Belanda, karena bahan-bahan tersebut sulit ditemukan di Norwegia. Bahkan, Diana menanam kunyit sendiri untuk memastikan kualitas terbaik dalam setiap hidangan yang disajikan.

Dubes Teuku Faizasyah menyambut baik kehadiran Boboko dan menilai restoran ini sebagai kelanjutan dari suksesnya Festival Indonesia Spice Up Oslo yang digelar tahun lalu. Ia pun menegaskan bahwa Boboko akan semakin memperkaya pengalaman kuliner masyarakat Norwegia terhadap masakan Indonesia.

“Jika pepatah mengatakan dari mata turun ke hati, maka dalam konteks ini, dari rasa turun ke hati,” ujarnya.

Rencananya, Festival Indonesia Spice Up Oslo akan kembali digelar pada Mei 2025, semakin memperkenalkan kelezatan kuliner Nusantara di kancah global. Dengan kehadiran Boboko, kini masyarakat Oslo memiliki kesempatan menikmati kehangatan dan kelezatan makanan Indonesia di negeri Skandinavia.

Sejarah Bakso: Makanan Khas yang Menjadi Ikon Kuliner Indonesia

Pada tanggal 22 Desember 2024, bakso, hidangan yang menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia, tetap digemari oleh masyarakat dari berbagai daerah di tanah air. Makanan yang terdiri dari bola daging yang disajikan dalam kuah kaldu ini memiliki sejarah yang panjang dan beragam. Bakso diyakini berasal dari tradisi kuliner Tionghoa yang kemudian disesuaikan dengan selera lokal. Meskipun memiliki pengaruh budaya luar, bakso kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas kuliner Indonesia. Perjalanan bakso dari makanan tradisional hingga menjadi hidangan yang populer di seluruh Indonesia menggambarkan betapa dinamisnya pengaruh budaya di negara ini.

Bakso pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada awal abad ke-20 oleh para pedagang Tionghoa yang menjual hidangan ini di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Seiring berjalannya waktu, bakso mengalami penyesuaian dengan selera masyarakat lokal dan menyebar ke berbagai daerah. Salah satu faktor yang membuat bakso diterima dengan cepat adalah rasanya yang lezat dan harga yang terjangkau. Hidangan ini menjadi pilihan praktis bagi banyak orang, terutama sebagai makanan kaki lima yang mudah ditemukan di hampir setiap sudut kota, sehingga menjadi camilan jalanan yang favorit.

Selain menjadi makanan populer di warung-warung pinggir jalan, bakso kini juga sering disajikan dalam berbagai acara, mulai dari makan siang keluarga hingga pesta besar. Variasi penyajian bakso, seperti bakso cuanki, bakso malang, hingga bakso mercon, semakin membuat hidangan ini digemari oleh berbagai kalangan. Bahkan, bakso telah beradaptasi dengan tren kuliner masa kini, dengan hadirnya inovasi seperti bakso isi keju, telur, atau rasa pedas yang menambah daya tariknya.

Di era digital saat ini, bakso semakin mudah dijangkau melalui layanan pemesanan online. Kemudahan ini, ditambah dengan pilihan berbagai topping dan jenis bakso yang tersedia, semakin memperkuat posisinya sebagai makanan favorit masyarakat Indonesia. Kini, bakso tidak hanya bisa ditemukan di warung tradisional, tetapi juga di restoran atau kedai modern yang menyajikan bakso dengan sentuhan kreatif. Modernisasi dalam dunia kuliner ini turut berperan dalam meningkatnya popularitas bakso di kalangan generasi muda.

Bakso kini telah menjadi salah satu simbol kuliner Indonesia yang dikenal luas, bahkan di negara-negara seperti Malaysia dan Singapura, meskipun dengan variasi rasa yang berbeda. Namun, di Indonesia, bakso tetap memiliki tempat yang istimewa di hati masyarakat. Sebagai hidangan yang sederhana namun kaya rasa, bakso telah mampu bertahan dan berkembang selama bertahun-tahun, menjadikannya simbol perpaduan budaya yang lezat dan menggugah selera.

Secara keseluruhan, perjalanan bakso dari makanan tradisional hingga menjadi hidangan yang digemari oleh banyak orang menunjukkan bagaimana sebuah makanan dapat berkembang dan beradaptasi seiring berjalannya waktu. Saat ini, bakso bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari budaya kuliner Indonesia yang terus lestari. Dengan inovasi yang terus berkembang, bakso diperkirakan akan terus menjadi hidangan favorit yang dapat ditemukan di setiap sudut jalanan dan rumah makan di Indonesia pada masa yang akan datang.

Diaspora KJRI Istanbul Promosikan Budaya Dan Kuliner Indonesia Lewat Pasar Senggol

Istanbul – Diaspora Indonesia di Istanbul, yang berkolaborasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), sukses menyelenggarakan acara “Pasar Senggol” yang bertujuan mempromosikan budaya dan kuliner Indonesia. Acara ini menjadi wadah bagi warga lokal dan komunitas internasional untuk mengenal lebih dekat keanekaragaman budaya Indonesia.

Acara Pasar Senggol ini diadakan di salah satu lokasi strategis di Istanbul, menarik banyak pengunjung yang ingin menikmati suasana khas Indonesia. Berbagai pertunjukan seni, seperti tarian tradisional dan musik gamelan, ditampilkan untuk memberikan pengalaman budaya yang autentik. Penampilan tersebut tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan edukasi tentang tradisi dan nilai-nilai budaya Indonesia.

Tidak lengkap rasanya jika acara ini tidak menampilkan kuliner khas Indonesia. Stand-stand makanan menawarkan berbagai hidangan lezat, mulai dari nasi goreng, rendang, sate, hingga jajanan tradisional seperti klepon dan kue cubir. Banyak pengunjung yang mengungkapkan kekaguman mereka terhadap rasa dan keunikan masakan Indonesia, yang menjadi daya tarik tersendiri dalam acara ini.

Pasar Senggol juga menjadi kesempatan bagi diaspora untuk memperkuat jaringan dan komunitas. Diskusi dan interaksi antara warga Indonesia dan masyarakat lokal dilakukan dengan hangat, memperkuat hubungan antarbudaya. KJRI Istanbul berperan aktif dalam memfasilitasi komunikasi dan kerjasama antara komunitas Indonesia dan berbagai pihak di Turki.

Acara ini juga berfungsi sebagai promosi pariwisata Indonesia. Pengunjung diberikan informasi tentang destinasi wisata populer di Indonesia, serta paket perjalanan yang ditawarkan oleh agen perjalanan. Kegiatan ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan asing untuk mengunjungi Indonesia dan mengeksplorasi keindahan alam serta kekayaan budayanya.

Pasar Senggol yang diselenggarakan oleh diaspora KJRI Istanbul berhasil menciptakan momen yang memperkuat identitas budaya Indonesia di luar negeri. Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat internasional dapat lebih mengenal dan menghargai warisan budaya serta kuliner Indonesia, sekaligus meningkatkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Turki.

Roti Milk Bun Thailand Tren Kuliner Global yang Menggoda

Jakarta – Tren kudapan asal Thailand, Milk Bun, sedang ramai diperbincangkan di Indonesia. Roti manis yang dikenal dengan tekstur lembut dan rasa susu yang kuat ini telah menjadi viral di media sosial. Banyak pecinta kuliner Indonesia yang tertarik mencoba kudapan ini, hingga menciptakan antrean panjang di berbagai gerai roti. Popularitasnya yang mendadak ini tidak lepas dari pengaruh tren kuliner global yang terus berkembang.

Milk Bun atau roti susu sebenarnya telah lama menjadi bagian dari budaya kuliner Thailand. Dengan tekstur yang fluffy dan rasa manis susu yang khas, Milk Bun biasanya dinikmati sebagai camilan atau sarapan ringan. Seiring perkembangan zaman, banyak toko roti di Thailand yang memodifikasi Milk Bun dengan berbagai isian dan topping, menjadikannya lebih menarik di mata konsumen. Kreasi ini kemudian viral berkat popularitas influencer kuliner di Asia.

Tren kuliner di Indonesia selalu cepat menyerap makanan-makanan mancanegara, terutama yang viral di media sosial. Milk Bun menarik perhatian karena memiliki citarasa yang cocok dengan selera masyarakat Indonesia yang gemar makanan manis. Selain itu, teksturnya yang lembut dan ukurannya yang pas sebagai kudapan, membuatnya cocok dijadikan oleh-oleh atau camilan sehari-hari.

Media sosial berperan besar dalam menjadikan Milk Bun populer di Indonesia. Para food influencer dan content creator di Instagram, TikTok, hingga YouTube berlomba-lomba membuat konten tentang Milk Bun, menampilkan cara membuat hingga tempat-tempat terbaik untuk mencicipi roti ini. Akibatnya, permintaan terhadap Milk Bun pun melonjak, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Melihat antusiasme masyarakat, Milk Bun diprediksi akan menjadi tren kuliner yang bertahan lama di Indonesia. Beberapa gerai roti lokal bahkan sudah mulai membuat versi lokal Milk Bun dengan berbagai inovasi rasa, seperti cokelat, matcha, hingga keju. Inovasi ini membuat Milk Bun semakin diminati dan berpotensi menjadi salah satu produk favorit di industri roti Indonesia.

Milk Bun dari Thailand menjadi salah satu contoh bagaimana tren kuliner global dapat dengan cepat diadopsi dan berkembang di Indonesia. Dengan cita rasa yang menggoda dan dukungan dari media sosial, Milk Bun tidak hanya menjadi kudapan viral, tetapi juga berpotensi menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia di masa mendatang.