Makanan Penangkal Stres: Rahasia Sehat untuk Hidup Lebih Tenang

Stres dapat berdampak buruk pada kesehatan, termasuk meningkatkan risiko penyakit jantung. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan tubuh dalam mengelola stres sangat penting untuk mendukung kesejahteraan fisik dan mental. Salah satu cara efektif dalam mengurangi stres adalah dengan menerapkan pola makan sehat. Konsumsi makanan bergizi dapat membantu menstabilkan suasana hati, mengurangi kecemasan, serta menekan gejala depresi.

Ikan berlemak seperti salmon, tuna, makarel, dan sarden kaya akan nutrisi yang bermanfaat dalam meredakan stres, termasuk omega-3, L-triptofan, L-tirosin, dan vitamin D. Asam amino seperti L-triptofan dan L-tirosin memiliki peran penting dalam produksi neurotransmiter yang mengatur suasana hati, seperti serotonin dan dopamin. Studi menunjukkan bahwa pola makan yang kaya akan asam amino ini dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan mental, membantu meningkatkan mood, serta menekan gejala kecemasan dan depresi.

Selain itu, kacang-kacangan seperti lentil memiliki manfaat signifikan dalam menjaga stabilitas emosi. Mengandung L-triptofan, magnesium, serat, serta antioksidan seperti polifenol dan karotenoid, kacang-kacangan diketahui dapat mengurangi stres oksidatif serta peradangan dalam tubuh. Penelitian tahun 2022 menunjukkan bahwa individu yang rutin mengonsumsi kacang-kacangan memiliki risiko stres tinggi lebih rendah hingga 26%.

Buah-buahan seperti beri, pisang, jeruk, apel, dan pir juga memiliki peran penting dalam mengatasi stres. Kandungan antioksidan, vitamin, dan mineralnya membantu meningkatkan fungsi kognitif serta mengurangi kecemasan. Studi menunjukkan bahwa konsumsi buah secara rutin dapat menekan risiko stres sebesar 24% hingga 31%.

Nasi Tekor, Kuliner Tradisional Bali yang Hadirkan Nostalgia dalam Balutan Daun Pisang

Pulau Bali tidak hanya terkenal dengan keindahan alam dan budayanya, tetapi juga dengan kuliner tradisionalnya yang masih bertahan dari generasi ke generasi. Salah satu warung makan yang mempertahankan tradisi tersebut adalah Warung Nasi Tekor di Desa Kertalangu, Denpasar. Warung ini menawarkan pengalaman kuliner tempo dulu yang autentik, di mana seluruh sajian disiapkan dan disajikan dengan cara tradisional. Begitu memasuki warung, nuansa klasik langsung terasa melalui penggunaan bambu dan kayu sebagai elemen utama dekorasi, ditambah berbagai pernak-pernik bernuansa jadul yang semakin menghidupkan suasana khas Bali tempo dulu.

Nasi Tekor sendiri memiliki keunikan dalam penyajiannya. Tekor dalam bahasa Bali merujuk pada alas makan dari daun pisang yang dibentuk menyerupai kuncup segitiga. Pemanfaatan daun pisang ini tidak hanya sekadar mempertahankan nilai tradisi, tetapi juga memiliki manfaat fungsional. Daun pisang mampu mencegah kuah makanan menjadi terlalu kental serta memiliki sifat antimikroba yang baik untuk makanan. Resep autentik Nasi Tekor ini telah diperkenalkan oleh pemiliknya, Pande Nyoman Darta atau yang akrab disapa Pekak Tekor, sejak tahun 2015. Kehadiran warung ini tidak hanya sebagai tempat makan, tetapi juga sebagai bagian dari pelestarian kuliner khas Bali melalui Boga Bali Living Museum, yang berfungsi sebagai sarana interaksi, edukasi, dan pengenalan budaya.

Dalam satu porsi Nasi Tekor, pengunjung dapat menikmati berbagai hidangan khas yang berbahan dasar ayam, seperti ares ayam yang merupakan sayur dari batang pisang muda, sate ayam, telur ayam, dan serapah ayam, yaitu olahan daging ayam setengah basah yang kaya bumbu. Tak hanya itu, ada pula aneka jajanan tradisional seperti godoh pisang, godoh sele, godoh tape, dan limpang limpung yang semakin menambah kesan nostalgia. Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau, mulai dari Rp10 ribu hingga Rp20 ribu per porsi, sehingga dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Warung Nasi Tekor saat ini buka dari pukul 08.00 WITA hingga 17.00 WITA, namun ke depannya Pekak Tekor berencana memperpanjang jam operasional hingga malam hari agar lebih banyak pengunjung dapat menikmati hidangan tradisional ini.

Bakmi Gang Kelinci: Perjalanan Kuliner Legendaris Sejak 1957

Sejak pertama kali berdiri pada tahun 1957, Bakmi Gang Kelinci telah menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia yang dikenal dengan cita rasa khasnya. Resep turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi membuat keasliannya tetap terjaga hingga saat ini. Kenny Sukiman, pemilik generasi kedua Bakmi Gang Kelinci, menceritakan bahwa bisnis ini pertama kali dirintis oleh ibunya, Maya, yang awalnya berjualan di depan Bioskop Globe. Namun, akibat kebijakan pemilik gedung, ia terpaksa mencari tempat lain hingga akhirnya membuka usaha di rumah dengan saran dari kakek dan neneknya.

Dalam perjalanannya, usaha ini berkembang pesat hingga akhirnya berpindah ke belakang Kongsi Nomor 16, Pasar Baru, Jakarta. Popularitas Bakmi Gang Kelinci semakin meningkat, dan pada tahun 1975, keluarganya memutuskan untuk membuka gerai di lokasi yang lebih strategis. Meskipun mempertahankan resep asli, Kenny mengakui bahwa beberapa inovasi dilakukan dalam menu agar tetap relevan dengan selera pelanggan. Jika dahulu hanya menyajikan bakmi rebus, kini tersedia berbagai varian menu baru yang semakin beragam.

Saat ini, Bakmi Gang Kelinci menawarkan lebih dari seratus pilihan menu dengan harga yang tetap terjangkau. Salah satu menu andalannya adalah bakmi ayam seharga Rp38 ribu per porsi, atau Rp60 ribu untuk dua porsi dengan diskon Rp8 ribu. Kenny merekomendasikan bakmi spesial berbahan telur bebek yang memiliki tekstur lebih halus dan banyak diminati pelanggan. Selain bakmi, nasi goreng yang resepnya diwariskan dari sang ayah juga menjadi favorit banyak orang, menambah kekayaan cita rasa yang ditawarkan oleh Bakmi Gang Kelinci.

Bakso Solo Kidul Pasar: Legenda Kuliner Malang yang Bertahan Tiga Generasi

Kota Malang dikenal sebagai surga bagi pecinta bakso. Salah satu kuliner legendaris yang telah menjadi bagian dari sejarah kota ini adalah Bakso Solo Kidul Pasar, yang berdiri sejak tahun 1965. Warung bakso ini terkenal dengan cita rasa khasnya yang berasal dari kuah kaya rempah, meski pilihan isiannya lebih sederhana dibandingkan bakso Malang pada umumnya. Nama Bakso Solo Kidul Pasar sendiri diambil dari kisah pendirinya, almarhum Suparno, yang berasal dari Solo.

Awalnya, Suparno sempat berjualan bakso di Jember selama lima tahun, namun usahanya terhenti. Tak menyerah, ia memulai kembali bisnis baksonya di Malang, tepatnya di selatan Pasar Besar Malang—lokasi yang kemudian menginspirasi nama “Kidul Pasar.”

“Dulu, kakek memulai usaha ini dengan gerobak di pinggir jalan,” ujar Seto Sindu Mardi, cucu Suparno yang kini menjadi generasi ketiga penerus usaha keluarga tersebut. Seiring waktu, bisnis bakso ini terus berkembang. Pada tahun 1990, warung utama pindah ke Jalan Sartono SH, daerah Comboran, yang kini menjadi pusat utama usaha. Cabang lainnya kemudian dibuka di Jagalan, Jalan Halmahera (1996), Blimbing (1997), dan Karangploso (2015), yang dikelola oleh paman Sindu.

Di usia 25 tahun, Sindu mulai diberikan tanggung jawab untuk melanjutkan bisnis keluarga ini. Meski baru terlibat sekitar 30 persen dalam pengelolaan—terutama di bidang pemasaran dan penyelenggaraan acara—ia terus belajar untuk mempersiapkan diri. Sementara itu, operasional harian masih dikelola oleh ayahnya, Mardi Pawirosemito.

Warisan Ilmu dan Tantangan Generasi Ketiga

Bagi Sindu, bisnis ini bukan sekadar mata pencaharian, melainkan warisan keluarga yang harus dijaga dan dilestarikan. Di tengah keluarganya yang banyak berkarier sebagai dokter dan pegawai, ia memilih untuk meneruskan usaha bakso yang dirintis kakeknya.

“Kalau kakek dulu memulai dari nol, masa cucunya tidak mau melanjutkan? Saya pribadi tidak terpikir untuk menekuni bidang lain. Fokus saya tetap di bisnis ini,” ungkapnya. Sejak kecil, Sindu sudah akrab dengan suasana warung, termasuk membantu orang tuanya berbelanja ke pasar.

Ia menyadari bahwa generasi ketiga memiliki tantangan tersendiri dalam mempertahankan bisnis keluarga. “Generasi ketiga itu yang paling rentan. Risiko kegagalan tinggi, tapi kalau punya strategi dan komitmen, bisnis bisa terus bertahan,” jelasnya. Saat ini, Sindu tengah menyelesaikan studi S2 di Universitas Brawijaya Malang sambil tetap mempelajari seluk-beluk bisnis keluarga.

Setiap hari, Bakso Solo Kidul Pasar menghabiskan sekitar 80 kilogram daging sapi, di mana setiap kilogramnya dapat menghasilkan sekitar 80 butir bakso—tergantung kualitas daging yang digunakan. Untuk memenuhi selera pelanggan, warung ini terus berinovasi. Salah satu contohnya adalah penambahan menu pangsit goreng pada tahun 2006, yang awalnya dibuat untuk konsumsi pribadi, tetapi justru diminati pelanggan hingga kini.

“Mempertahankan bisnis bukan hanya soal menjaga resep turun-temurun, tetapi juga memahami ritme usaha, mulai dari produksi hingga pelayanan. Ada tradisi lama yang harus dipertahankan, tetapi kami juga perlu beradaptasi dengan cara baru agar tetap relevan,” kata Sindu.

Salah satu strategi yang diterapkan adalah mempelajari pola konsumsi pelanggan. Sebagai contoh, produksi bakso dikurangi pada hari Senin karena jumlah pelanggan biasanya lebih sedikit, sedangkan pada akhir pekan, produksinya ditingkatkan. Selain itu, faktor musim hujan dan masa liburan juga memengaruhi jumlah produksi.

Inovasi Digital dan Ekspansi ke Pasar Global

Untuk menjawab kebutuhan pelanggan di era digital, Bakso Solo Kidul Pasar mulai memanfaatkan platform online tanpa mengorbankan nilai-nilai tradisional bisnis keluarga. Sejak tahun 2023, mereka mulai memasarkan produk frozen yang dapat dikirim ke berbagai kota di Indonesia, bahkan hingga ke Italia dan Hong Kong.

“Awalnya, ada pelanggan dari luar kota yang ingin menikmati bakso kami. Papa sempat bertanya, ‘Le, ada yang pesan frozen, gimana?’ Akhirnya, kami coba jalankan, meski awalnya banyak tantangan,” ujar Sindu.

Selain layanan frozen, promosi bisnis ini kini memanfaatkan media sosial seperti Instagram, TikTok, dan website resmi. Namun, Sindu tetap mempertahankan metode promosi klasik, seperti dari mulut ke mulut, yang selama ini terbukti efektif. “Kami tidak menggunakan gimmick berlebihan. Prinsip kami adalah pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan,” jelasnya.

Meski banyak bisnis kuliner yang berkembang melalui sistem franchise, Bakso Solo Kidul Pasar memutuskan untuk tetap dikelola oleh keluarga. Pesan sang kakek agar tidak melibatkan pihak luar dalam pengelolaan usaha ini menjadi prinsip yang terus dijaga. “Papa sangat idealis, dan saya juga. Kami lebih memilih menjaga kualitas dan cita rasa daripada membuka cabang sembarangan. Kalau ada rezeki untuk buka cabang baru, kami akan melakukannya dengan cara yang benar,” tegas Sindu.

Meski kini tersedia layanan pembelian online, sebagian besar pelanggan tetap memilih datang langsung ke warung untuk merasakan cita rasa bakso yang autentik sambil menikmati suasana khasnya. “Banyak pelanggan luar kota yang datang ke sini setelah melihat rekomendasi di media sosial. Setelah makan, mereka mengunggah pengalaman mereka, dan itu membantu promosi kami secara organik,” tutup Sindu.

Gen Z Ogah Masak, Industri Kuliner Makin Berkembang Pesat!

Tren konsumsi makanan di kalangan generasi Z dan milenial terus meningkat, memberikan dampak positif bagi pertumbuhan bisnis kuliner di Indonesia. Menurut Stefanie Kurniadi, seorang pebisnis yang tergabung dalam Foodizz Academy, kebiasaan lebih memilih membeli makanan dibanding memasak sendiri semakin umum ditemukan, terutama di kota-kota besar.

“Di kota besar ada dua faktor utama yang mendorong tren ini, yaitu gaya hidup dan ketersediaan makanan,” ungkap Stefanie dalam konferensi pers BlueBand Master Cake Margarine 500 gram di Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Gaya Hidup dan Kemudahan Akses Jadi Faktor Utama

Gaya hidup modern yang serba cepat membuat generasi Z dan milenial cenderung lebih praktis dalam memenuhi kebutuhan makanan. Banyak dari mereka memiliki jadwal yang padat, baik karena pekerjaan maupun aktivitas sosial, sehingga waktu untuk memasak menjadi terbatas.

Tak hanya sekadar memenuhi kebutuhan dasar, makanan kini juga menjadi bagian dari gaya hidup dan hiburan. Bagi kelompok yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, membeli makanan bukan hanya sekadar mengisi perut, tetapi juga cara menikmati momen dan mencoba berbagai variasi kuliner.

Dari sisi ketersediaan, banyaknya pilihan makanan di kota-kota besar semakin memanjakan konsumen. “Sekarang, setiap kali bangun pagi, cukup buka handphone, pilihan makanan sudah tersedia dengan sangat banyak. Hal yang sama terjadi untuk makan siang dan makan malam,” jelas Stefanie.

Masyarakat urban kini tak hanya mencari makanan utama, tetapi juga camilan sebagai teman beraktivitas di siang dan sore hari. Inilah yang membuat bisnis kuliner semakin berkembang pesat, karena permintaan terhadap makanan dan minuman terus meningkat.

Peluang dan Hambatan dalam Industri Kuliner di Era Digital

Tren ini membuka peluang besar bagi para pelaku usaha kuliner di Indonesia. Bahkan, bisnis makanan bisa dimulai dari skala rumahan, misalnya dengan berjualan dari teras rumah sebelum berkembang lebih luas.

Namun, dengan besarnya peluang, persaingan di industri kuliner juga semakin ketat. Kualitas menjadi faktor utama yang harus diperhatikan oleh setiap pelaku usaha agar bisa bertahan di tengah banyaknya pilihan makanan yang tersedia.

“Kompetisi di industri makanan sangat ketat dan bisa menegangkan. Oleh karena itu, pelaku usaha harus memastikan bahwa mereka unggul dalam hal rasa, kualitas, dan inovasi,” pungkas Stefanie.

Dengan pola konsumsi yang terus berkembang, para pengusaha kuliner di Indonesia memiliki peluang emas untuk memperluas bisnis mereka, terutama dengan memanfaatkan platform digital untuk menjangkau lebih banyak pelanggan. 🚀🍽️

Perut Punai: Camilan Manis Khas Bengkulu yang Unik dan Bikin Ketagihan

Bengkulu memiliki beragam kuliner tradisional yang memanjakan lidah, salah satunya adalah Perut Punai. Meski namanya terdengar unik, makanan ini sama sekali tidak menggunakan daging burung punai. Perut Punai merupakan camilan berbahan dasar ketan yang memiliki rasa manis dengan tekstur kenyal, sehingga banyak digemari oleh masyarakat setempat. Hidangan ini kerap disajikan dalam berbagai acara adat dan perayaan keluarga di Bengkulu.

Nama Perut Punai diambil dari bentuk kuenya yang menyerupai perut burung punai—bulat lonjong dan lembut di bagian dalam. Kuliner ini telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Bengkulu sejak zaman dahulu dan terus dilestarikan secara turun-temurun. Selain menjadi sajian wajib dalam acara seperti pernikahan dan kenduri, kue ini juga sering disantap sebagai camilan saat bersantai bersama keluarga.

Bahan utama untuk membuat Perut Punai sangat sederhana dan mudah ditemukan, antara lain beras ketan, santan, gula merah, kelapa parut, serta daun pandan. Proses pembuatannya dimulai dengan mencuci bersih beras ketan, lalu merendamnya selama beberapa jam agar teksturnya menjadi lebih lembut. Setelah itu, ketan dikukus hingga matang dan dicampur dengan santan serta sedikit garam untuk memberikan rasa gurih.

Sementara itu, isian dibuat dari gula merah yang dicairkan dan dicampur dengan kelapa parut. Campuran ini dimasak hingga mengental dan mengeluarkan aroma harum yang khas. Selanjutnya, adonan ketan yang telah matang diambil secukupnya, diisi dengan campuran gula merah dan kelapa, kemudian dibentuk lonjong menyerupai perut burung punai. Adonan yang sudah dibentuk dibungkus menggunakan daun pisang agar tetap lembut dan memiliki aroma khas. Terakhir, Perut Punai dikukus kembali atau dipanggang sebentar untuk memberikan cita rasa yang lebih lezat dan daya tahan yang lebih lama.

Saat ini, Perut Punai masih bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional Bengkulu. Popularitasnya pun semakin meningkat seiring dengan upaya pemerintah daerah dan para pelaku usaha kecil menengah (UKM) dalam mempromosikan kuliner khas ini melalui berbagai festival makanan dan promosi pariwisata. Bahkan, beberapa pengusaha telah mengemas Perut Punai dengan tampilan yang lebih modern agar menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara.

Dengan rasa manis yang khas, tekstur lembut, dan keunikan bentuknya, Perut Punai berhasil memikat hati banyak orang. Diharapkan, kuliner tradisional ini dapat terus dilestarikan dan semakin dikenal luas sebagai salah satu ikon kuliner Bengkulu yang membanggakan.

Nikmati Berbuka Puasa dengan Cita Rasa Nusantara dan Timur Tengah di Artotel Casa Kuningan

Menyambut bulan Ramadan yang penuh berkah, Artotel Casa Kuningan di Jakarta Selatan menghadirkan pengalaman berbuka puasa yang istimewa bertajuk “Waktunya Indonesia Berbuka”. Mengusung konsep “Like a Local”, acara ini mengajak para tamu menikmati aneka hidangan khas Nusantara yang autentik, disajikan dalam suasana hangat dan nyaman di restoran La Gazette yang terletak di Lobby Level hotel.

Para tamu dapat mencicipi berbagai kuliner tradisional Indonesia, seperti asinan bogor, gado-gado, opor ayam, iga bakar, coto makassar, dan soto tangkar. Selain sajian khas Nusantara, tersedia juga menu khas Timur Tengah, seperti nasi briyani dan beef tikka masala, yang menghadirkan perpaduan cita rasa yang kaya dan beragam.

Tak lengkap rasanya berbuka puasa tanpa hidangan takjil. Artotel Casa Kuningan menyediakan beragam pilihan takjil, mulai dari buah kurma, aneka bubur manis, kolak, es buah, hingga jajanan pasar yang menggugah selera. Salah satu menu favorit yang banyak disukai adalah nasi liwet khas Sunda, yang disajikan dengan ikan asin dan lalapan, menghadirkan cita rasa gurih yang khas.

Untuk menjaga kepuasan para tamu, hotel bintang empat ini memastikan setiap hidangan disiapkan dengan bahan berkualitas tinggi dan standar kebersihan yang ketat. Agar pengalaman berbuka semakin berkesan, menu yang disajikan akan berganti setiap minggunya, sehingga tamu dapat menikmati variasi rasa yang berbeda setiap kali berkunjung.

Paket berbuka puasa ini ditawarkan dengan harga Rp 288.000 nett per orang. Namun, bagi tamu yang melakukan reservasi sebelum 28 Februari 2025, tersedia harga khusus early bird senilai Rp 249.000 nett per orang. Selain itu, tersedia juga promo spesial “Buy 8 Get 1 Free”, di mana setiap pemesanan untuk delapan orang akan mendapatkan satu paket tambahan secara gratis.

Jangan lewatkan kesempatan menikmati hidangan lezat dan suasana berbuka yang berkesan ini! Paket berbuka puasa di Artotel Casa Kuningan tersedia mulai 1 hingga 30 Maret 2025. Segera lakukan reservasi agar tidak kehabisan tempat.

Bakery Jepang Ini Sajikan Roti Mochi dan Cheesetart yang Bikin Nagih

Bagi pencinta roti Jepang, ada satu tempat yang wajib dikunjungi di Gading Serpong. Tadaima Bakehouse, bakery yang terkenal dengan roti Jepang yang lembut dan milky, kini hadir di Ruko North Sorrento Nomor 5. Bakery ini awalnya viral di Pluit sebelum akhirnya memperluas jangkauannya dengan membuka cabang di Menara FIF TB Simatupang dan Mall Kota Kasablanka (Kokas).

Begitu memasuki toko, nuansa minimalis dan hangat langsung terasa. Di lantai bawah, pengunjung akan disambut dengan beragam pilihan roti Jepang yang tersusun rapi di rak, siap untuk dipilih dan dinikmati.

Konsep dan Filosofi di Balik Tadaima Bakehouse

Tadaima Bakehouse merupakan bakery yang mengusung konsep roti khas Jepang dengan tekstur yang lembut, fluffy, dan kaya rasa susu. Nama “Tadaima” sendiri diambil dari bahasa Jepang yang berarti “Saya Pulang.” Ungkapan ini biasanya digunakan oleh orang Jepang saat mereka kembali ke rumah.

Dalam wawancara dengan YouTube YUKK Indonesia (20/12/2024), Ayu (Manajer) dan Rosa (Social Media Specialist) menjelaskan bahwa mereka ingin membawa konsep ini ke dalam kehidupan pelanggan. “Kami ingin Tadaima Bakehouse hadir di setiap rumah, sesuai dengan tagline kami ‘Bakery for Every Home’,” ujar Ayu.

Dari Usaha Rumahan Hingga Jadi Bakery Populer

Tadaima Bakehouse berawal dari usaha rumahan yang lahir di tengah pandemi pada Juni 2020. Saat itu, toko fisik belum ada, dan mereka hanya berjualan secara online. Produk pertama yang mereka tawarkan adalah milk bun, roti lembut yang tengah viral saat itu.

Seiring waktu, Tadaima Bakehouse mulai mengembangkan produk, termasuk varian roti satuan yang dijual di berbagai bazar. Berkat respons positif dari pelanggan, akhirnya mereka berani membuka toko sendiri.

Dalam sehari, bakery ini mampu memproduksi sekitar 3.000 hingga 5.000 roti, menggunakan bahan-bahan premium tanpa tambahan pengawet. Uniknya, semua isian roti dibuat sendiri alias homemade, sehingga kualitas rasa tetap terjaga.

Beberapa pilihan roti yang bisa ditemukan di Tadaima Bakehouse antara lain choco cheese, dark chocolate, milky cheese, ham & cheese, smoked beef, Japanese milk buns, mochi milk buns, shokupan, hingga snow cream buns.

Roti Mochi, Favorit yang Selalu Dicari

Di antara berbagai pilihan roti yang tersedia, Mochi Bread atau roti mochi menjadi salah satu menu yang paling viral dan banyak dicari. Roti ini memiliki tekstur lembut dengan isian mochi yang kenyal dan lumer di dalamnya.

Tersedia dalam beberapa varian rasa seperti cokelat, kacang, cokelat kacang, milky cheese, milky ube, dan matcha kacang merah. Harga per buahnya sekitar Rp 20 ribu.

Tim shotbysaini mencoba Chocolate Mochi Bread, salah satu menu favorit pelanggan. Sensasi pertama saat menggigit roti ini adalah teksturnya yang lembut, milky, dan tidak bikin seret.

Cokelatnya langsung terasa, bukan hanya dari selai yang menjadi isian, tetapi juga dari taburan bubuk cokelat di bagian luar. Rasa manisnya pas, tidak berlebihan. Ketika mencapai bagian tengah, isi mochi yang lembut dan kenyal semakin memperkaya rasa.

Untuk pilihan rasa yang lebih unik, varian Milky Ube Mochi Bread bisa menjadi pilihan. Isian pasta ube (ubi ungu) di dalamnya memberikan rasa manis yang lembut dengan sedikit sentuhan gurih yang menyeimbangkan keseluruhan rasa.

Hokkaido Cheesetart, Menu Baru yang Menggoda

Tak hanya roti, Tadaima Bakehouse juga menghadirkan Hokkaido Cheesetart, mengikuti tren pastry yang tengah populer. Cheesetart ini tersedia dalam dua varian, yaitu klasik (Rp 55 ribu) dan pistachio (Rp 65 ribu).

Disajikan dalam kondisi dingin, cheesetart ini dikemas dalam kotak segitiga yang praktis. Untuk menikmati tekstur lebih lumer, disarankan memanaskannya selama 20 detik di microwave.

Cheesetart klasik memiliki rasa keju yang cukup kuat, berpadu dengan jejak rasa milky dari susu sapi berkualitas. Sementara itu, base-nya dibuat dari remah biskuit yang lembut, memberikan keseimbangan tekstur.

Ketika dimakan dalam satu suapan, cheesetart ini benar-benar meleleh di mulut, memberikan pengalaman menikmati dessert khas Jepang yang otentik.

Menikmati Roti dengan Paket Bundling Kopi

Selain menyediakan roti dan pastry, Tadaima Bakehouse Gading Serpong juga memiliki area santap di lantai 2. Suasana mini kafe ini mengusung desain serba kayu dengan nuansa cokelat yang hangat, cocok untuk menikmati roti dengan suasana santai.

Bagi yang ingin menikmati roti dengan minuman, tersedia paket bundling kopi dan roti. Harga paketnya mulai dari Rp 74 ribu, termasuk dua minuman kopi dan dua pilihan roti.

Beberapa pilihan minuman kopi yang tersedia antara lain Tokyo Latte, Matcha Coffee, Cappuccino, Earl Grey Latte, Caramel Latte, dan Brown Sugar Latte. Kopi juga bisa dibeli secara satuan dengan harga mulai dari Rp 28 ribuan.

Salah satu menu yang menarik adalah Brown Sugar Latte, yang memiliki rasa manis yang cukup dominan, mirip dengan es kopi susu kekinian. Sementara itu, bagi pecinta kopi tanpa gula, Tokyo Latte bisa menjadi pilihan. Kopi ini hanya menggunakan campuran espresso dan susu, tanpa tambahan pemanis, sehingga rasa asam khas Arabica lebih terasa.

Lokasi dan Jam Operasional

Bagi yang ingin mencoba langsung roti dan pastry khas Jepang ini, Tadaima Bakehouse bisa dikunjungi di Gading Serpong atau cabang lainnya. Bakery ini buka mulai pukul 08.00 hingga 21.00.

Jadi, jika Anda ingin menikmati roti Jepang yang lembut dan autentik, Tadaima Bakehouse bisa menjadi pilihan tepat untuk memuaskan selera.

Cimol Bojot AA Hadir di Tebet: Inovasi Camilan Bandung yang Bikin Antrean

Gerai Cimol Bojot, yang awalnya terkenal di Bandung, kini merambah ke Jakarta dan langsung menarik antrean panjang dari para pelanggan. Cimol ini dikenal karena teksturnya yang kenyal dan lembut, ditambah varian isian seperti mozarella dan daging yang menggugah selera.

Cimol sendiri merupakan jajanan favorit di Indonesia, dibuat dari tepung kanji yang dibentuk bulat kemudian digoreng hingga menghasilkan tekstur chewy dan gurih. Pada awalnya, cimol hanya disajikan dengan taburan bumbu bubuk bermacam rasa seperti jagung bakar, BBQ, dan pedas. Namun, seiring berjalannya waktu, inovasi mulai muncul dari Cimol Bojot.

Dikisahkan, popularitas camilan ini bermula dari ide pedagang asal Bandung bernama Bojot, yang dikenal dengan beragam olahan aci. Ia pun menciptakan varian baru dengan menaburkan bawang goreng pada cimol yang telah digoreng, sehingga menambah cita rasa unik pada setiap gigitannya.

Salah satu versi yang kini viral adalah Cimol Bojot AA. Meskipun awalnya hanya tersedia di Bandung, gerai ini kini telah membuka cabang di Jakarta. Kehadirannya di ibu kota berhasil mencuri perhatian, meskipun dijajakan hanya melalui gerobak kaki lima, sehingga menarik minat pelanggan dari berbagai kalangan usia.

Di kawasan Tebet, terdapat dua gerobak Cimol Bojot AA. Tim detikfood sempat mengunjungi salah satu outlet yang berlokasi di Jl. Tebet Raya, tepat seberang Azko Tebet Raya. Ketika dikunjungi pada pukul 19.17 WIB, antrean terlihat sepi karena outlet sedang tutup sementara, mengingat stok batch pertama telah habis.

Menurut salah satu pegawai, outlet di Tebet melakukan restock dua kali setiap hari, dengan batch kedua disiapkan tepat pukul 20.00 WIB. Ketersediaan cimol pun sangat terbatas karena semua bahan diimpor langsung dari Bandung.

Saat kembali pada pukul 20.00 WIB, gerobak sudah dipadati pelanggan. Untungnya, varian andalan seperti cimol isi mozarella dan daging masih tersedia. Tersedia beragam jenis cimol mulai dari versi original, isi beef, isi mozarella, isi ayam, hingga campuran, dengan harga berkisar antara Rp6.000 hingga Rp22.000 per porsi, tergantung ukuran dan varian yang dipilih.

DetikFood sendiri mencoba varian cimol mix, kombinasi antara isi mozarella dan beef, dengan porsi besar seharga Rp21.000. Selain itu, pelanggan juga dapat memilih dari lima pilihan bumbu—asin pedas, ayam bawang, jagung bakar, balado, dan barbeque—serta menambahkan topping daun jeruk dan bawang goreng untuk cita rasa ekstra.

Setiap porsi biasanya dikemas dalam wadah plastik mangkuk thinwall berukuran 300 ml, berisi sekitar 10 buah cimol yang terdiri dari campuran varian mozarella dan beef. Pesanan kami disajikan dengan bumbu asin pedas, tambahan topping daun jeruk, dan tingkat kepedasan level 3.

Cimol paling nikmat disantap saat baru saja digoreng. Walaupun ukurannya kecil, tekstur adonannya yang kenyal dan chewy sangat memanjakan, tanpa membuat lengket di langit-langit mulut. Meskipun adonan terasa agak tebal, jumlah isian yang melimpah menjadikannya sepadan untuk dinikmati.

Pada varian mozarella, isian keju tidak terlalu meleleh namun tetap lembut, sehingga bumbu asin pedas yang dominan tidak mengganggu keseimbangan rasa. Menurut kami, varian beef memiliki sensasi makan yang lebih unik, menyerupai bakso dengan lapisan aci. Daging sapi yang digunakan terasa padat dan rasanya jelas, meski bumbunya sederhana, namun seimbang dengan adonan aci yang gurih pedas. Penambahan topping daun jeruk juga memberikan aroma khas yang menambah kompleksitas rasa.

Disarankan untuk segera menyantap cimol Bojot AA setelah disajikan, karena jika dibiarkan terlalu lama, adonannya akan mengeras. Datang lebih awal juga sangat dianjurkan agar bisa mendapatkan varian favorit sebelum kehabisan.

Outlet Cimol Bojot AA dapat ditemukan di dua lokasi di Jakarta Selatan, yaitu di Tebet Raya, Jl. Tebet Raya No.30d, Tebet Barat, serta di Tebet Timur Dalam Raya, Jl. Tebet Timur Dalam Raya No.47, Tebet.

Untuk informasi lebih lengkap, Anda dapat membaca artikel DetikFood berjudul “Rela Antre Demi Cimol Bojot AA yang Kini Buka di Tebet”. Jangan lupa juga untuk mengunduh aplikasi Detikcom guna mendapatkan update berita terkini.

Keladi Tumbuk: Kuliner Tradisional Papua yang Lezat dan Menggugah Selera

Berkunjung ke Papua tak lengkap rasanya tanpa mencicipi berbagai kuliner khasnya, salah satunya adalah keladi tumbuk. Hidangan tradisional ini dikenal sebagai makanan pengganti nasi yang menjadi favorit masyarakat Bumi Cenderawasih.

Keladi tumbuk dibuat dari talas yang direbus hingga matang, kemudian ditumbuk hingga halus. Mengutip dari Ensiklopedikuliner.pmb.lipi.go.id, keladi tumbuk biasanya disajikan pada malam hari dan dulunya hanya dikonsumsi sebagai makanan sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu, hidangan ini mulai dijual di berbagai daerah di Papua dan menjadi bagian dari wisata kuliner yang wajib dicoba.

Proses Pembuatan dan Cita Rasa
Untuk membuat keladi tumbuk, talas yang telah direbus ditumbuk bersama gula, mentega, dan kelapa parut yang telah dikukus. Setelah tercampur merata, adonan dicetak hingga dingin dan siap disajikan. Biasanya, keladi tumbuk dipotong dalam bentuk kotak-kotak besar sebelum disantap.

Hidangan ini memiliki tekstur yang halus dengan cita rasa cenderung tawar, sehingga sering dinikmati bersama aneka sayur dan lauk. Sayur yang umum disajikan sebagai pelengkap meliputi sayur pakis atau kangkung yang dipadukan dengan bunga pepaya. Sementara itu, lauk pendampingnya bervariasi, mulai dari ikan suwir asap, ikan rica-rica yang pedas, hingga ikan kuah kuning khas Papua. Tak lupa, sambal pedas turut disajikan untuk menambah sensasi rasa yang lebih menggugah selera.

Dengan perpaduan rasa yang sederhana namun kaya akan cita rasa alami, keladi tumbuk menjadi salah satu kuliner tradisional yang wajib dicoba saat menjelajahi keindahan budaya Papua.