Tips Sehat Berbuka Puasa untuk Menjaga Kesehatan Tubuh Selama Ramadhan

Memasuki bulan suci Ramadhan, umat Islam akan menjalani ibadah puasa selama satu bulan penuh. Selama berpuasa, pola makan tubuh akan berubah, yang semula tiga kali makan sehari menjadi dua kali makan utama, yaitu saat sahur dan berbuka. Perubahan ini memerlukan perhatian khusus terhadap asupan nutrisi yang tepat agar tubuh tetap sehat dan bugar.

Menurut Lailatul Muniroh SKM MKes, dosen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, banyak orang cenderung memilih makanan tinggi gula dan lemak untuk berbuka puasa, seperti gorengan dan minuman manis. Padahal, konsumsi berlebihan jenis makanan ini bisa berisiko bagi kesehatan tubuh. Selama berpuasa, metabolisme tubuh juga mengalami perubahan, menggunakan cadangan energi dari glikogen dan lemak untuk beraktivitas. Jika pola makan tidak seimbang, tubuh bisa mengalami penurunan metabolisme yang berisiko pada kenaikan berat badan.

Lailatul mengingatkan agar perubahan pola makan selama Ramadhan dilakukan dengan baik, karena dapat memberikan manfaat kesehatan seperti detoksifikasi tubuh dan pengelolaan berat badan. Namun, jika tidak diatur dengan bijak, bisa berisiko pada dehidrasi, gangguan pencernaan, dan peningkatan berat badan. Ia menyarankan untuk menjaga keseimbangan gizi, cukup minum air, dan tetap aktif bergerak untuk menjaga kesehatan tubuh.

Saat berbuka puasa, sebaiknya hindari makanan yang mengandung gula berlebihan, gorengan, makanan pedas, dan minuman berkafein. Mulailah berbuka dengan air putih atau infused water, kurma, dan buah segar sebelum mengonsumsi makanan utama yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, serta sayuran dan buah. Mengatur porsi makan secara bertahap dan seimbang akan membantu tubuh menyerap nutrisi secara optimal dan menghindari lonjakan gula darah yang drastis.

Cara Tepat Konsumsi Timun Agar Manfaatnya Maksimal Turunkan Kolesterol

Timun memang sering dianggap sebagai pelengkap lalapan atau acar, namun sebenarnya timun memiliki banyak manfaat, terutama untuk menurunkan kolesterol. Di dalam timun terkandung serat, kalium, dan antioksidan yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Agar manfaat timun bisa maksimal, cara mengonsumsinya juga perlu diperhatikan. Sebaiknya, timun dimakan dalam keadaan segar, karena jika sudah dimasak atau dipanaskan, kandungan gizinya akan berkurang. Pilih timun yang berwarna hijau segar dan hindari yang sudah layu atau kekuningan. Jangan lupa untuk mencuci timun dengan bersih agar terhindar dari kotoran atau pestisida.

Timun sangat mudah diolah dan bisa dimakan langsung begitu saja, dijadikan rujak, atau dicocol dengan sambal untuk lalapan. Selain itu, bisa juga dijadikan infused water agar air minum terasa lebih segar, atau bahkan dijadikan acar atau kimchi timun bagi yang suka rasa asam pedas.

Namun, jangan hanya mengandalkan timun saja untuk menurunkan kolesterol. Untuk hasil yang optimal, pola makan sehat harus diterapkan. Kurangi konsumsi makanan asin yang bisa meningkatkan tekanan darah dan perbanyak konsumsi buah, sayur, serta lauk yang rendah lemak. Selain itu, diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) juga bisa dicoba untuk menurunkan tekanan darah. Diet ini menekankan pada makanan kaya kalium, magnesium, dan kalsium, serta rendah garam, sementara makanan olahan, gorengan, dan makanan manis perlu dibatasi.

Intinya, meskipun timun memiliki manfaat yang baik, pola makan sehat dan gaya hidup yang teratur juga sangat penting. Pastikan untuk tetap rajin berolahraga, cukup tidur, dan minum air yang cukup agar tubuh tetap sehat.

Makanan Sehat yang Dianjurkan untuk Penderita Stroke

Stroke merupakan penyakit berbahaya yang dapat mengancam nyawa. Namun, pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan menjalani gaya hidup sehat, khususnya pola makan yang seimbang. Menjaga pola makan sehat adalah langkah penting dalam proses pengobatan dan pemulihan penderita stroke. Salah satu cara yang dianjurkan adalah menjaga tekanan darah dan berat badan tetap stabil untuk mencegah risiko stroke berulang.

Menurut para ahli, penderita stroke disarankan untuk menghindari makanan yang tidak sehat, seperti daging olahan, makanan tinggi karbohidrat sederhana, serta makanan dan minuman manis. Makanan cepat saji dan gorengan juga harus dihindari karena dapat meningkatkan kolesterol, gula darah, serta tekanan darah, yang berisiko bagi penderita stroke. Sebaliknya, ada sejumlah makanan sehat yang sangat baik dikonsumsi oleh penderita stroke.

Makanan tinggi serat seperti oats, apel, dan sayuran hijau sangat disarankan karena mampu menurunkan kolesterol dan mendukung kesehatan jantung. Selain itu, ikan yang kaya akan omega-3 seperti salmon dan tuna dapat membantu menurunkan risiko stroke dengan mengontrol tekanan darah dan kolesterol. Buah-buahan dan sayuran yang kaya antioksidan serta serat juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan pembuluh darah dan mengurangi peradangan.

Produk olahan susu rendah lemak, seperti yogurt dan susu, bisa menjadi pilihan bagi penderita stroke yang kesulitan menelan. Makanan yang kaya kalium seperti kentang, pisang, dan bayam juga dianjurkan karena dapat membantu menurunkan tekanan darah. Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi ini adalah langkah penting dalam meningkatkan kualitas hidup penderita stroke serta mengurangi risiko kambuh.

Segar dan Menyehatkan: 8 Buah Rendah Karbohidrat yang Cocok untuk Diet

Karbohidrat memang menjadi sumber energi utama bagi tubuh, namun mengonsumsinya secara berlebihan bisa memicu gangguan kesehatan. Itulah mengapa pola makan rendah karbohidrat mulai banyak diminati, terutama untuk menurunkan berat badan, menyeimbangkan gula darah, dan menjaga metabolisme tetap stabil. Salah satu langkah praktis dalam menjalani diet ini adalah dengan memilih buah yang rendah kandungan karbohidrat namun tetap kaya akan nutrisi penting.

Beberapa buah yang tergolong rendah karbohidrat antara lain semangka, melon jingga, dan stroberi. Semangka misalnya, mengandung banyak air dan hanya memiliki sekitar 7,5 gram karbohidrat per 100 gram, menjadikannya pilihan camilan menyegarkan. Melon jingga juga tak kalah sehat karena mengandung sekitar 8 gram karbohidrat serta kaya vitamin A dan C. Stroberi dengan rasa manis alaminya pun menjadi favorit karena hanya mengandung sekitar 8 gram karbohidrat dan mengandung senyawa antiinflamasi.

Buah lain seperti peach dan alpukat juga mendukung pola makan rendah karbohidrat. Peach kaya akan vitamin C, sedangkan alpukat mengandung lemak sehat dan serat tinggi. Melon madu, blackberry, dan nanas melengkapi daftar buah sehat rendah karbohidrat yang tak hanya menyegarkan, tetapi juga memberikan banyak manfaat kesehatan. Dengan mengonsumsi buah-buahan ini, kamu tetap bisa menikmati rasa manis alami sekaligus menjaga keseimbangan asupan harian tanpa khawatir kelebihan karbohidrat.

Pola Makan Vegan dan Dampaknya terhadap Penuaan Biologis

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pola makan vegan berpotensi memperlambat penuaan biologis. Studi ini menunjukkan bahwa setelah delapan minggu mengadopsi pola makan berbasis tumbuhan, peserta mengalami penurunan usia biologis yang tercermin dalam kesehatan jantung, keseimbangan hormon, fungsi hati, serta sistem inflamasi dan metabolisme mereka. Sebaliknya, perubahan ini tidak ditemukan pada kelompok yang tetap mengonsumsi daging, telur, dan susu. Selain itu, peserta yang menjalani diet vegan mengalami penurunan berat badan rata-rata dua kilogram lebih banyak dibandingkan kelompok omnivora, diduga karena konsumsi kalori yang lebih rendah selama empat minggu pertama penelitian.

Para ahli berspekulasi bahwa penurunan berat badan mungkin turut berperan dalam perbedaan usia biologis yang diamati. Namun, mereka juga menekankan bahwa pola makan vegan dalam jangka panjang berisiko menyebabkan kekurangan nutrisi dan tidak selalu cocok untuk semua usia. Penelitian ini melibatkan 21 pasang saudara kembar identik berusia 39 tahun, di mana setengahnya menjalani pola makan vegan dan setengah lainnya tetap dengan pola makan omnivora. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok vegan mengalami perubahan signifikan dalam tingkat metilasi DNA, sebuah proses kimiawi yang dapat digunakan untuk mengukur usia biologis seseorang.

Meskipun demikian, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penelitian ini belum cukup untuk menyimpulkan hubungan langsung antara pola makan vegan dan penuaan biologis. Faktor lain seperti pengurangan asupan energi dan peningkatan konsumsi sayuran, buah, polong-polongan, serta kacang-kacangan juga dapat berkontribusi terhadap hasil yang diamati. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal BMC Medicine dan memberikan wawasan menarik mengenai hubungan antara pola makan, kesehatan, dan penuaan.

Meneladani Pola Makan Sehat Rasulullah Saat Berpuasa

Puasa bukanlah hambatan untuk tetap menjaga pola makan sehat. Rasulullah telah memberikan contoh bagaimana mengonsumsi makanan yang tepat saat berbuka dan sahur agar tubuh tetap bugar. Hal ini menjadi pembahasan utama dalam kajian Tabligh Akbar yang digelar Universitas Airlangga pada Kamis, 20 Maret 2025, di Masjid Ulul Azmi Kampus C MERR. Acara ini diselenggarakan bekerja sama dengan DAI BEM FKM UNAIR 2025 dan menghadirkan narasumber Dr. Muhammad Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes.

Dalam kajian tersebut, Dr. Atoillah menjelaskan bahwa berbuka dengan makanan manis merupakan salah satu anjuran Rasulullah. Makanan manis mengandung karbohidrat yang diubah menjadi glukosa, yang kemudian masuk ke dalam sel otot dan digunakan sebagai energi. Contoh makanan manis yang baik dikonsumsi adalah nasi, umbi-umbian, dan buah-buahan. Rasulullah sendiri sering berbuka dengan ruthab atau kurma basah yang memiliki indeks glikemik rendah.

Makanan dengan indeks glikemik rendah lebih disarankan karena mencegah lonjakan glukosa dalam darah yang bisa membuat tubuh lemas dan mengantuk. Konsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat menyebabkan pankreas bekerja lebih keras untuk menyeimbangkan kadar gula darah, yang berujung pada rasa kantuk saat beribadah. Jika tidak ada ruthab, alternatif lain seperti tamr (kurma kering), pisang, atau bahkan air putih dapat menjadi pilihan berbuka yang sehat.

Dr. Atoillah menekankan bahwa Rasulullah tidak pernah memaksakan jenis makanan tertentu untuk berbuka, melainkan memberikan kebebasan dalam memilih makanan asalkan tidak berbahaya bagi tubuh. Fleksibilitas dalam memilih makanan sehat saat berbuka menjadi kunci agar puasa tetap lancar dan ibadah semakin khusyuk.

Gandum: Superfood yang Bikin Sehat dan Kenyang Lebih Lama

Gandum semakin populer sebagai pilihan makanan sehat berkat segudang manfaat yang didukung penelitian ilmiah. Selain memberikan rasa kenyang lebih lama, gandum juga berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat, konsumsi gandum utuh dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung dengan cara mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL) yang sering menjadi penyebab utama gangguan kardiovaskular.

Bagi penderita diabetes atau mereka yang ingin menjaga kadar gula darah tetap stabil, gandum adalah pilihan yang tepat. Berdasarkan studi dari Jurnal Gizi dan Pangan, gandum memiliki indeks glikemik rendah sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah secara tiba-tiba. Selain itu, bagi yang ingin menurunkan berat badan, mengganti nasi dengan gandum bisa menjadi strategi yang efektif. Jurnal Teknologi Pertanian menemukan bahwa konsumsi gandum dapat memberikan efek kenyang lebih lama, membantu mengurangi asupan kalori, dan mendukung program diet secara alami.

Manfaat lain yang tak kalah penting adalah untuk kesehatan pencernaan. Berdasarkan riset dalam Jurnal Ilmu Gizi Indonesia, serat dalam gandum membantu memperlancar sistem pencernaan dan mencegah sembelit. Selain itu, serat ini juga berfungsi sebagai prebiotik yang mendukung kesehatan bakteri baik dalam usus. Tak hanya itu, gandum juga kaya akan antioksidan, seperti polifenol, yang menurut penelitian dalam Jurnal Kimia dan Kesehatan dapat melindungi tubuh dari bahaya radikal bebas dan penyakit degeneratif seperti kanker.

Dengan berbagai manfaat luar biasa ini, gandum menjadi pilihan makanan yang patut dikonsumsi secara rutin. Pastikan untuk memilih gandum utuh (whole wheat) agar khasiatnya bisa dirasakan secara maksimal dan tubuh tetap sehat serta bertenaga!

Atasi Sembelit Saat Puasa, Simak Tips Pola Makan yang Sehat

Sembelit merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan buang air besar secara teratur. Salah satu penyebab utama kondisi ini adalah kurangnya asupan serat dan cairan dalam tubuh. Selama menjalani puasa Ramadan, risiko sembelit bisa meningkat karena tubuh memiliki keterbatasan waktu dalam mendapatkan asupan makanan dan minuman yang cukup. Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk mengatur pola makan dengan tepat agar pencernaan tetap lancar.

Salah satu cara efektif mencegah sembelit adalah dengan memperbanyak konsumsi sayuran saat sahur dan berbuka. Sayuran yang kaya serat membantu memperlancar kerja sistem pencernaan sehingga buang air besar menjadi lebih mudah. Selain itu, biji-bijian utuh juga menjadi pilihan yang baik karena mengandung serat yang bermanfaat bagi usus. Mengganti nasi putih dengan beras merah atau mengonsumsi roti gandum bisa menjadi alternatif untuk menjaga kesehatan pencernaan.

Kacang-kacangan juga dapat menjadi solusi bagi yang mengalami sembelit. Selain mengandung protein tinggi, kacang-kacangan kaya akan serat yang membantu memperlancar proses pencernaan. Menjadikan kacang sebagai pengganti daging dalam menu makanan setidaknya sekali atau dua kali dalam seminggu bisa menjadi langkah tepat untuk menjaga kesehatan usus. Jika masih kesulitan mendapatkan cukup serat dari makanan, suplemen serat bisa menjadi pilihan, tetapi sebaiknya dikonsumsi sesuai anjuran dokter untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.

Selain itu, menjaga tubuh tetap terhidrasi sangat penting dalam mencegah sembelit. Mengonsumsi air putih dalam jumlah cukup membantu melunakkan tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan. Sebaiknya hindari minuman manis berlebihan karena dapat menambah kalori tanpa memberikan manfaat bagi pencernaan. Dengan menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang, risiko sembelit selama puasa dapat diminimalkan, sehingga tubuh tetap bugar dan nyaman menjalani ibadah.

Jaga Stamina Saat Puasa: Hindari Konsumsi Makanan Ini di Sahur dan Berbuka

Bulan Ramadan menjadi momen yang istimewa untuk meningkatkan ketakwaan sekaligus menjaga kesehatan tubuh. Selama menjalani puasa, pemilihan makanan yang tepat berperan penting agar tubuh tetap bertenaga sepanjang hari. Sayangnya, banyak orang tanpa sadar mengonsumsi makanan yang kurang baik saat sahur dan berbuka, yang justru dapat mengganggu metabolisme serta kenyamanan selama berpuasa.

Saat sahur, penting untuk memilih makanan yang memberikan energi tahan lama serta tidak menyebabkan tubuh cepat merasa lemas atau lapar. Begitu pula ketika berbuka, makanan yang dikonsumsi harus membantu tubuh pulih dari seharian menahan lapar dan haus tanpa memberikan efek negatif pada sistem pencernaan. Beberapa jenis makanan yang sering dikonsumsi justru berisiko menimbulkan gangguan seperti kembung, kelelahan, hingga lonjakan kadar gula darah yang drastis.

Makanan berminyak seperti gorengan, meskipun menggugah selera, sebaiknya dihindari karena sulit dicerna dan dapat menyebabkan perut terasa berat. Konsumsi makanan tinggi gula juga perlu dikontrol, sebab lonjakan gula darah secara tiba-tiba bisa membuat tubuh cepat lemas setelah berbuka. Selain itu, makanan pedas berpotensi meningkatkan produksi asam lambung, sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan saat berpuasa. Minuman bersoda juga tidak disarankan karena kandungan gulanya yang tinggi serta gas yang dapat menyebabkan kembung. Demikian pula makanan instan, yang cenderung tinggi natrium dan rendah nutrisi, sehingga kurang ideal untuk menjaga stamina saat berpuasa.

Agar ibadah puasa tetap lancar dan tubuh tetap sehat, penting untuk lebih selektif dalam memilih makanan. Menghindari makanan berminyak, manis berlebihan, serta yang sulit dicerna dapat membantu tubuh tetap bugar sepanjang hari. Dengan pola makan yang lebih sehat, puasa tidak hanya memberikan manfaat spiritual tetapi juga meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Alternatif Sumber Kalsium: Buah-Buahan yang Kaya Nutrisi

Susu dikenal sebagai sumber utama kalsium yang direkomendasikan, tetapi sebenarnya ada banyak buah yang juga mengandung mineral penting ini. Kalsium berperan besar dalam menjaga kekuatan tulang dan gigi serta mendukung fungsi otot. Menurut National Health Service Inggris, orang dewasa membutuhkan sekitar 700 miligram kalsium per hari. Hampir 99 persen kalsium dalam tubuh tersimpan di tulang dan gigi, berperan dalam mempertahankan kepadatan tulang serta mencegah osteoporosis. Selain itu, kalsium juga mendukung kontraksi dan relaksasi otot, serta memperkuat email gigi untuk melindungi dari bakteri dan asam.

Jika tidak menyukai susu atau memiliki intoleransi laktosa, beberapa buah bisa menjadi alternatif sumber kalsium. Kiwi, misalnya, mengandung sekitar 60 mg kalsium per buah dan kaya akan vitamin C yang baik untuk kulit serta produksi kolagen. Pepaya juga memiliki kandungan kalsium sekitar 30 mg per 100 gram, serta kaya vitamin A dan C yang mendukung kesehatan mata dan kekebalan tubuh. Rasberi menyediakan sekitar 32 mg kalsium dalam setengah cangkirnya dan memiliki serat tinggi yang baik untuk pencernaan. Jeruk, yang dikenal sebagai sumber vitamin C, juga mengandung 43 mg kalsium per 100 gram dan membantu menjaga kesehatan otot serta sistem imun. Lemon pun memiliki kandungan kalsium sekitar 26 mg per 100 gram, selain memberikan manfaat vitamin C dan serat.

Meski bermanfaat, konsumsi buah kaya kalsium secara berlebihan dapat menimbulkan efek samping seperti kembung, diare, atau refluks asam, terutama pada buah dengan tingkat keasaman tinggi seperti jeruk dan lemon. Buah beri yang dikonsumsi dalam jumlah berlebihan juga bisa memiliki efek pencahar. Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsinya dalam jumlah seimbang agar tetap mendapatkan manfaatnya tanpa risiko gangguan pencernaan.