Resto Ini Jual Menu Mie Sapi Bubble Tea yang Tuai Kontroversi

Sebuah restoran di Vietnam mendadak menjadi pusat perhatian setelah memperkenalkan menu mi terbaru yang unik dan inovatif. Restoran Yu Tang di Hanoi menawarkan hidangan mi sapi dengan sentuhan berbeda: kuah milk tea dan topping boba, atau bola tapioka khas bubble tea.

Meski tren bubble tea sudah populer selama beberapa tahun, minuman ini tetap digemari oleh berbagai kalangan. Bahkan, bola boba yang kenyal ini sering dikombinasikan dengan berbagai jenis makanan. Kini, Yu Tang mengubahnya menjadi hidangan mi sapi yang menghadirkan pengalaman kuliner tak biasa.

Dilansir dari Oddity Central (09/10), menu ini terinspirasi dari hidangan hot pot susu yang populer di Taiwan. Kuah mi menggunakan campuran kaldu sayuran, teh hitam, dan susu segar ala milk tea, sementara mi disajikan dengan boba dan potongan daging sapi yang direbus. Kombinasi unik antara kuah milk tea dan mi sapi ini sontak menarik perhatian warganet dan menjadi viral di media sosial.

Beberapa influencer kuliner di Vietnam telah mencoba hidangan ini, namun banyak yang kesulitan mendeskripsikan rasanya. Ada yang mengatakan bahwa rasa kuahnya mirip milk tea namun dengan tingkat kemanisan yang lebih rendah, sedangkan yang lain merasa tekstur kenyal dari boba kurang cocok jika dipadukan dengan mi dan daging sapi.

Menu eksentrik ini diluncurkan pada akhir September dan hanya tersedia di cabang Yu Tang di Hanoi. Kombinasi yang tidak biasa ini diyakini sebagai strategi pemasaran untuk menarik pelanggan baru ke restoran tersebut. Tak heran, inovasi ini memicu perdebatan, terutama bagi mereka yang menganggapnya sebagai hidangan yang aneh.

Harganya berkisar 98.000 VND, atau sekitar Rp 61.600 per porsi, dengan diskon hingga 20% bagi pengunjung yang membagikan pengalaman mereka menikmati hidangan unik ini di media sosial.

Harga Menu Restoran Di Negara Turki Melonjak, Makan di Luar Jadi Kemewahan

Pada 27 Oktober 2024, laporan terbaru mengungkapkan bahwa harga menu di restoran-restoran di Turki telah mengalami lonjakan signifikan. Kenaikan ini membuat makan di luar menjadi suatu kemewahan yang tidak terjangkau bagi banyak orang. Fenomena ini menyoroti dampak inflasi yang terus menerus dan tantangan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat Turki.

Lonjakan harga makanan di restoran sebagian besar disebabkan oleh inflasi yang tinggi dan meningkatnya biaya bahan baku. Dalam beberapa bulan terakhir, harga sayuran, daging, dan bahan pokok lainnya telah meningkat secara drastis. Selain itu, ketidakstabilan ekonomi dan fluktuasi nilai tukar lira Turki juga berkontribusi pada peningkatan biaya operasional restoran, yang pada akhirnya diteruskan kepada konsumen.

Dengan harga yang terus meningkat, banyak warga Turki mulai mengubah pola makan mereka. Makan di restoran menjadi jarang dilakukan, dan banyak orang beralih ke memasak di rumah untuk menghemat pengeluaran. Hal ini berimbas pada sektor pariwisata dan industri restoran, yang sebelumnya merupakan bagian penting dari perekonomian lokal.

Pemilik restoran menyatakan keprihatinan mereka mengenai dampak kenaikan harga ini terhadap bisnis mereka. Beberapa terpaksa menaikkan harga menu untuk menutupi biaya, sementara yang lain berjuang untuk tetap bertahan di tengah persaingan yang ketat. Banyak restoran yang menawarkan diskon atau menu khusus untuk menarik pelanggan, meskipun hal ini tidak sepenuhnya mengatasi masalah.

Meskipun situasi saat ini tampak sulit, para ekonom berharap bahwa kebijakan pemerintah dapat membawa stabilitas ekonomi yang lebih baik ke depan. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan inflasi dapat ditekan dan harga makanan dapat stabil kembali. Jika kondisi membaik, masyarakat mungkin akan kembali menikmati pengalaman makan di luar tanpa harus khawatir tentang biaya yang membengkak.

Mengulik Omakase Sajian yang Disantap Erina Gudono yang Menjadi Viral

Pada 26 Oktober 2024, sajian omakase yang dinikmati oleh Erina Gudono, seorang influencer dan figur publik, viral di media sosial. Omakase, yang berarti “serahkan kepada koki,” adalah pengalaman bersantap Jepang di mana hidangan ditentukan oleh chef berdasarkan bahan segar dan musiman. Momen ini menarik perhatian publik, terutama di kalangan pecinta kuliner.

Pertama, momen Erina menikmati omakase tersebut diunggah ke platform media sosial, memicu berbagai reaksi dari netizen. Foto-foto dan video yang menampilkan presentasi menarik dan teknik memasak yang rumit membuat banyak orang penasaran untuk mencoba pengalaman yang sama. Viralitas ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam menentukan tren kuliner saat ini.

Selanjutnya, omakase yang dinikmati Erina dipuji karena keunikan dan rasa yang dihadirkan. Setiap hidangan disiapkan dengan teliti dan penuh kreativitas, menciptakan pengalaman bersantap yang tidak hanya memuaskan selera tetapi juga menggugah mata. Banyak penggemar kuliner merasa terinspirasi untuk mencoba omakase setelah melihat momen tersebut, meningkatkan permintaan akan restoran yang menawarkan pengalaman serupa.

Selain itu, fenomena ini juga menunjukkan bagaimana orang-orang semakin terbuka untuk mencoba jenis kuliner baru. Dengan semakin banyaknya restoran omakase yang bermunculan, terutama di kota-kota besar, masyarakat mulai menghargai seni dan teknik memasak yang ditawarkan. Hal ini berpotensi membawa perubahan positif dalam industri kuliner, mendorong inovasi dan kualitas.

Sebagai penutup, viralnya pengalaman omakase yang dinikmati Erina Gudono menggarisbawahi pentingnya peran media sosial dalam mempengaruhi selera dan pilihan kuliner masyarakat. Dengan semakin banyak orang yang tertarik untuk menjelajahi dunia kuliner, diharapkan akan muncul lebih banyak lagi restoran yang menawarkan pengalaman unik dan berkualitas, sehingga memperkaya pilihan gastronomi di Indonesia.

Mala Kuliner Pedas Khas China Populer Di Negara Myanmar

Pada 25 Oktober 2024, kuliner pedas khas China, yang dikenal sebagai mala, semakin populer di Myanmar. Fenomena ini menarik perhatian para pencinta makanan yang mencari cita rasa baru dan unik, serta menggugah selera dengan kombinasi bumbu dan rempah yang kaya.

Mala, yang berasal dari daerah Sichuan di China, terkenal karena rasa pedas dan aromanya yang menggugah selera. Hidangan ini umumnya terdiri dari berbagai bahan, termasuk sayuran, daging, dan seafood, yang dimasak dalam kuah berbumbu pedas yang mengandung lada Sichuan dan bumbu lainnya. Popularitas mala di Myanmar mencerminkan bagaimana kuliner dapat melintasi batas budaya dan menjadi bagian dari pengalaman kuliner lokal.

Restoran yang menyajikan mala mulai bermunculan di kota-kota besar Myanmar, terutama di Yangon dan Mandalay. Para pemilik restoran memperkenalkan variasi mala yang sesuai dengan selera lokal, seperti menambahkan bahan-bahan khas Myanmar. Ini memberikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat, yang ingin merasakan perpaduan antara tradisi kuliner China dan cita rasa lokal.

Selain itu, komunitas food blogger dan influencer di Myanmar juga berperan dalam mempromosikan mala melalui media sosial. Mereka membagikan pengalaman mencicipi hidangan ini, serta tips tentang tempat terbaik untuk menikmatinya. Ini membantu meningkatkan minat masyarakat dan membuat mala menjadi tren kuliner yang semakin meluas.

Mala tidak hanya menarik bagi penggemar kuliner pedas, tetapi juga menjadi ajang sosialisasi. Banyak orang yang berkumpul di restoran untuk menikmati hidangan ini sambil berbincang dan berbagi cerita. Atmosfer yang hangat dan penuh keceriaan membuat pengalaman makan semakin menyenangkan.

Sebagai penutup, popularitas mala di Myanmar menunjukkan betapa kuliner dapat menjembatani perbedaan budaya dan memperkaya pengalaman gastronomi masyarakat. Dengan kombinasi rasa yang kuat dan suasana yang mengundang, mala berpotensi untuk menjadi salah satu hidangan favorit di negeri ini. Masyarakat Myanmar kini memiliki pilihan baru untuk menjelajahi kelezatan makanan pedas yang khas dari China.

Salt Bae Hadirkan Cokelat Kunafa Dubai, Ikut Meramaikan Tren Viral

Cokelat dengan isian kunafa dan pistachio sedang viral di media sosial, berkat merek cokelat asal Dubai yang mencuri perhatian banyak orang. Tak ingin ketinggalan tren, Salt Bae ikut meluncurkan varian cokelat serupa yang kini menjadi perbincangan.

Cokelat asal Dubai yang viral ini memadukan lapisan dark chocolate dengan isian kunafa dan pistachio, memberikan cita rasa manis yang kaya serta tekstur kunafa yang lembut. Cokelat tersebut mulai dikenal luas setelah diulas oleh sejumlah food vlogger, dan kini menjadi camilan yang digemari oleh banyak orang.

Permintaan akan cokelat viral ini meningkat pesat, dengan antrean panjang terlihat di toko cokelat merek Fix yang menjualnya. Bahkan, beberapa maskapai penerbangan telah memasukkan cokelat ini sebagai salah satu hidangan bagi penumpang mereka.

Tak heran, tren cokelat ini menyebar ke berbagai negara, dan banyak chef ternama serta toko kue yang mulai menyajikan versi mereka sendiri. Salah satu sosok yang turut mengikuti tren ini adalah Salt Bae, chef kontroversial yang terkenal di dunia internasional.

Melalui akun Instagram resminya @nusr_et, Salt Bae memperkenalkan inovasi baru di kafenya, Kapiciiiinoo. Selain memiliki restoran steak, Salt Bae telah memperluas bisnisnya dengan membuka kafe yang kini menghadirkan cokelat berisi kunafa dan pistachio ala Dubai.

Pada akhir bulan lalu, Salt Bae memamerkan versi cokelat viral tersebut, yang terbuat dari dark chocolate, kunafa, pistachio halus, dan potongan kacang pistachio. Proses pembuatan cokelat ini melibatkan pastry chef khusus yang ditugaskan untuk menghasilkan cokelat dengan desain dan rasa yang hampir identik dengan versi asli dari Fix.

Perbedaannya, cokelat buatan Salt Bae tidak memiliki lukisan abstrak dari cokelat yang dicampur dengan pewarna makanan. Namun, isian kunafa dan pistachio yang melimpah tetap menjadi daya tarik utama dari cokelat ini. Dalam konfirmasi di Instagram @kapicciiiinoo, cokelat yang digunakan dalam varian ini merupakan cokelat premium dari Belgia, yang dibuat secara manual setiap hari oleh chocolatier dengan teknik khusus.

Meski ikut meramaikan tren, Salt Bae kembali menuai kontroversi. Beberapa netizen mengkritiknya sebagai seorang peniru, menyebut bahwa ia hanya mengikuti inovasi yang dibuat oleh Fix.

“Salt Bae mulai meniru lagi. Siapapun yang menciptakan resep aslinya, seharusnya melihat ini,” tulis salah satu netizen dalam komentarnya.

Namun, beberapa netizen lain membela Salt Bae dengan mengatakan bahwa cokelat tersebut dapat menjadi alternatif bagi mereka yang tak ingin mengantri panjang di Dubai.

Kontroversi ini tidak mengurangi antusiasme pelanggan untuk mencicipi inovasi Salt Bae, dan cokelat kunafa pistachio ala Salt Bae diprediksi akan menjadi salah satu menu andalan di kafe miliknya.

Hanya Di Negara Thailand Daging Buaya Jadi Makanan Paling Populer

Bangkok, 22 Oktober 2024 – Thailand semakin dikenal sebagai destinasi kuliner yang unik, dengan daging buaya kini menjadi salah satu makanan paling populer di negara tersebut. Tren ini mencerminkan keberanian masyarakat Thailand dalam menjelajahi berbagai jenis kuliner eksotis.

Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan akan daging buaya telah meningkat secara signifikan. Restoran-restoran di Thailand kini mulai menawarkan berbagai hidangan berbasis daging buaya, mulai dari sate buaya hingga sup dan steak. “Rasa daging buaya mirip dengan daging ayam, tetapi lebih kaya dan bertekstur,” ungkap Chef Somchai, pemilik salah satu restoran terkenal.

Daging buaya juga dikenal memiliki manfaat kesehatan yang menarik. Kaya akan protein dan rendah lemak, daging ini menjadi pilihan sehat bagi banyak orang. Selain itu, daging buaya mengandung asam lemak omega-3 yang baik untuk kesehatan jantung. “Banyak orang mencari alternatif daging yang lebih sehat, dan buaya menjadi pilihan yang menarik,” tambah Chef Somchai.

Thailand memiliki budaya kuliner yang kaya dan beragam, sehingga daging buaya menjadi tambahan yang menarik dalam tradisi kuliner lokal. Di pasar-pasar tradisional, banyak pedagang yang menjual produk olahan daging buaya, menarik perhatian wisatawan dan penduduk setempat. “Ini adalah bagian dari pengalaman kuliner Thailand yang harus dicoba,” kata Lisa, seorang turis asal Australia.

Meski popularitasnya meningkat, pemeliharaan buaya juga menimbulkan tantangan, termasuk isu keberlanjutan dan kesejahteraan hewan. Beberapa aktivis lingkungan mulai menyerukan perlunya pengaturan yang lebih ketat terkait pemeliharaan dan perburuan buaya. “Kita harus memastikan bahwa praktik ini dilakukan dengan cara yang berkelanjutan,” ujar seorang aktivis lokal.

Dengan semakin populernya daging buaya sebagai makanan, Thailand menunjukkan keberaniannya dalam eksplorasi kuliner. Meskipun menawarkan banyak manfaat kesehatan dan rasa yang menarik, penting untuk tetap mempertimbangkan keberlanjutan dan kesejahteraan hewan. Bagi para penggemar kuliner, mencoba hidangan berbasis daging buaya adalah pengalaman unik yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Thailand.

Asinan Betawi yang Lahir Dari Perpaduan Lidah Arab Dan Tionghoa

Pada 21 Oktober 2024, kuliner Indonesia kembali menarik perhatian dengan kehadiran asinan Betawi, sebuah hidangan khas yang menjadi simbol perpaduan budaya dan cita rasa. Asinan ini dikenal karena kombinasi bahan-bahan yang unik dan bumbu yang kaya, mencerminkan pengaruh budaya Arab dan Tionghoa yang telah berkembang di Jakarta. Hidangan ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menggambarkan keragaman kuliner yang ada di Indonesia.

Asinan Betawi biasanya terbuat dari sayuran segar seperti mentimun, kol, dan wortel, yang kemudian direndam dalam campuran cuka, gula, dan bumbu rempah. Proses pembuatan yang sederhana namun penuh rasa ini membuat asinan menjadi hidangan yang populer di berbagai kalangan. Penggunaan bumbu yang khas, seperti cabai dan terasi, memberikan sensasi pedas dan asam yang sangat menggoda, menjadikan asinan Betawi sebagai pilihan yang sempurna untuk menyegarkan selera.

Sejarah asinan Betawi berakar dari interaksi budaya di Jakarta, yang sejak lama menjadi pusat pertemuan berbagai etnis. Pengaruh kuliner Arab terlihat dari penggunaan rempah-rempah yang kaya, sementara elemen Tionghoa dapat dilihat dalam cara penyajiannya yang estetis dan menggunakan bahan segar. Kombinasi ini menciptakan hidangan yang tidak hanya lezat tetapi juga menggambarkan keberagaman budaya yang ada di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, asinan Betawi mulai mendapatkan perhatian lebih luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Restoran dan kafe di Jakarta mulai menyajikan asinan sebagai bagian dari menu mereka, dan banyak pengunjung yang tertarik untuk mencoba hidangan ini. Selain sebagai makanan pembuka, asinan Betawi juga sering disajikan sebagai pelengkap dalam berbagai acara dan perayaan.

Dengan semakin populernya asinan Betawi, diharapkan lebih banyak orang dapat mengenal dan menghargai kekayaan kuliner Indonesia yang lahir dari perpaduan budaya ini. Hidangan ini menjadi simbol persatuan di tengah keragaman yang ada, dan terus menginspirasi generasi baru untuk menciptakan inovasi dalam dunia kuliner.

Tinutuan Kuliner Legendaris Yang Menggambarkan Kekayaan Budaya & Sejarah Sulawesi Utara

Manado — Tinutuan, atau yang dikenal sebagai bubur Manado, kembali mencuri perhatian sebagai salah satu kuliner legendaris yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah Sulawesi Utara. Hidangan yang terbuat dari beras, sayuran, dan rempah-rempah ini menjadi simbol keanekaragaman kuliner di daerah tersebut.

Tinutuan memiliki akar sejarah yang dalam, berasal dari tradisi masyarakat Minahasa yang mengedepankan prinsip keberagaman dan kebersamaan. Menurut para ahli sejarah, hidangan ini awalnya dibuat sebagai makanan sehari-hari yang menggabungkan berbagai bahan lokal, mencerminkan keragaman hasil pertanian di Sulawesi Utara. “Tinutuan adalah representasi dari masyarakat kita yang ramah dan kaya akan sumber daya,” kata seorang sejarawan lokal.

Kelezatan Tinutuan terletak pada bahan-bahan segar yang digunakan. Selain beras, hidangan ini biasanya mengandung sayuran seperti kangkung, labu, dan daun singkong, serta rempah-rempah yang kaya rasa. “Tinutuan tidak hanya enak, tetapi juga bergizi. Ini adalah makanan sehat yang mencerminkan gaya hidup masyarakat Minahasa,” ungkap seorang koki lokal.

Saat ini, Tinutuan semakin populer di kalangan wisatawan domestik maupun mancanegara. Banyak restoran di Manado dan sekitarnya menawarkan hidangan ini sebagai salah satu menu andalan. “Banyak pengunjung yang datang khusus untuk mencicipi Tinutuan. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata kuliner di daerah ini,” kata seorang pengelola restoran.

Tinutuan tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga menjadi bagian dari warisan budaya Sulawesi Utara. Setiap tahun, festival kuliner diadakan untuk merayakan hidangan ini, menarik perhatian para pecinta kuliner dari berbagai daerah. “Kami ingin agar Tinutuan tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri sebagai bagian dari budaya Indonesia,” tambah seorang penyelenggara festival.

Dengan cita rasa yang kaya dan nilai sejarah yang mendalam, Tinutuan adalah lebih dari sekadar hidangan; ia adalah simbol kekayaan budaya Sulawesi Utara. Menyantap Tinutuan berarti menikmati perjalanan melalui sejarah dan tradisi yang telah ada selama berabad-abad.

Mie Aceh Kuliner Tradisional Yang Kembali Bersinar Di Tengah Tren Kuliner Modern

Pada 9 Oktober 2024, Mie Aceh, salah satu hidangan tradisional Indonesia, kembali mendapatkan perhatian di tengah maraknya tren kuliner modern. Dengan rasa yang khas dan bahan-bahan berkualitas, mie ini semakin populer di kalangan generasi muda dan menjadi salah satu pilihan favorit di berbagai restoran dan kafe.

Mie Aceh dikenal dengan cita rasa yang pedas dan gurih, serta tekstur mie yang kenyal. Hidangan ini biasanya disajikan dengan berbagai pilihan protein, seperti daging sapi, udang, atau ayam, serta pelengkap seperti telur dan sayuran segar. Penyajian yang menarik, ditambah dengan bumbu yang kaya, menjadikan Mie Aceh semakin diminati oleh para penggemar kuliner.

Peningkatan popularitas Mie Aceh juga dipengaruhi oleh media sosial. Banyak food influencer dan penggiat kuliner yang mengunggah pengalaman mereka menikmati mie ini, membuatnya semakin viral. Foto-foto yang menarik dan video tutorial cara memasak Mie Aceh telah menyebar luas, menarik perhatian banyak orang untuk mencoba atau memasak hidangan ini di rumah.

Berbagai restoran dan kafe mulai memasukkan Mie Aceh ke dalam menu mereka, menjadikannya sebagai salah satu daya tarik utama. Beberapa tempat bahkan menyajikan variasi unik, seperti Mie Aceh goreng dengan tambahan bahan lokal. Inovasi ini berhasil menarik perhatian pengunjung yang ingin merasakan perpaduan antara tradisi dan modernitas.

Dengan kembali bersinarnya Mie Aceh di dunia kuliner, hidangan tradisional ini menunjukkan bahwa kuliner lokal masih memiliki tempat di hati masyarakat meskipun di tengah perkembangan kuliner modern. Kualitas rasa dan inovasi yang ditawarkan akan terus membuat Mie Aceh menjadi salah satu pilihan favorit di restoran dan kafe, melestarikan warisan kuliner Indonesia.

Rekomendasi Kuliner Khas Vietnam Yang Patut Dicoba Wisatawan

Hanoi — Vietnam dikenal sebagai salah satu destinasi kuliner terbaik di Asia, menawarkan berbagai hidangan lezat yang menggugah selera. Bagi wisatawan yang merencanakan perjalanan ke negara ini, berikut adalah beberapa rekomendasi kuliner khas Vietnam yang wajib dicoba.

Pho adalah salah satu hidangan paling terkenal di Vietnam. Makanan ini terdiri dari mie beras yang disajikan dalam kaldu daging sapi atau ayam yang kaya rasa, dilengkapi dengan irisan daun bawang, tauge, dan rempah segar. Setiap daerah di Vietnam memiliki versi pho yang unik, jadi pastikan untuk mencicipi beberapa varian saat berkunjung.

Banh Mi adalah sandwich Vietnam yang terdiri dari roti baguette yang diisi dengan berbagai bahan, seperti daging, sayuran, dan saus. Kombinasi rasa yang kaya dan tekstur yang renyah membuat banh mi menjadi pilihan sempurna untuk makanan cepat saji. Makanan ini sangat populer di seluruh Vietnam dan sering dijadikan sarapan atau camilan.

Goi Cuon atau lumpia segar adalah hidangan yang terbuat dari kulit nasi yang diisi dengan sayuran, udang, daging, dan mie vermicelli. Biasanya disajikan dengan saus kacang atau saus hoisin, goi cuon merupakan pilihan yang sehat dan menyegarkan. Hidangan ini sangat cocok dinikmati di siang hari.

Bun Cha adalah hidangan khas Hanoi yang terdiri dari mie bihun, daging babi bakar, dan kuah asam manis. Makanan ini biasanya disajikan dengan sayuran segar dan rempah-rempah. Rasanya yang unik dan kombinasi teksturnya membuat bun cha menjadi salah satu hidangan yang sangat disukai oleh wisatawan.

Untuk pencuci mulut, Che adalah pilihan yang tepat. Pudding manis ini terbuat dari berbagai bahan seperti kacang, ketan, dan santan, disajikan dingin. Che menawarkan variasi rasa yang berbeda dan merupakan cara yang sempurna untuk menutup santapan Anda.

Kuliner Vietnam menawarkan pengalaman rasa yang kaya dan beragam. Dengan mencoba berbagai hidangan khas, wisatawan tidak hanya akan menikmati makanan lezat, tetapi juga merasakan budaya dan tradisi yang mendalam. Pastikan untuk mencicipi hidangan-hidangan ini saat menjelajahi Vietnam, dan siapkan diri Anda untuk pengalaman kuliner yang tak terlupakan!