Sarapan di hotel kini telah mengalami transformasi yang signifikan, beralih dari sekadar waktu makan pagi menjadi pengalaman kuliner yang penuh petualangan. Menurut Chief Operating Officer (COO) Topotels Hotels and Resorts, Rudin, tren sarapan yang dulu identik dengan konsep buffet kini mulai bergeser menuju live cooking dan semi live cooking. “Saat ini, tamu tidak hanya sekadar menikmati hidangan, mereka ingin melihat langsung proses memasak yang terjadi di depan mata mereka. Ini tidak hanya meningkatkan pengalaman makan, tetapi juga menciptakan sensasi unik dan petualangan rasa yang lebih mendalam,” ujar Rudin.
Perubahan tren ini juga dipengaruhi oleh dua faktor utama: efisiensi dan keberlanjutan. Konsep buffet yang sering kali menyebabkan pemborosan makanan kini dianggap kurang ramah lingkungan. Sebagai alternatif, banyak hotel kini memilih untuk mengadopsi konsep semi live cooking, yang lebih mengutamakan penyajian hidangan dengan lebih efisien dan mengurangi sampah makanan. “Meskipun setiap konsep memiliki kelebihan tersendiri, live cooking memberikan pengalaman yang lebih personal dan menarik bagi para tamu,” tambah Rudin.
Lebih dari sekadar tempat untuk menginap, hotel kini berfungsi sebagai destinasi kuliner itu sendiri. “Setiap hotel harus memiliki daya tarik khusus atau unique selling point, termasuk dalam hal penyajian makanan,” tegas Rudin. Salah satu contoh sukses adalah Aruna Senggigi Resort and Convention di Lombok, yang berhasil menarik perhatian dengan konsep sarapan di taman dan angkringan di tepi pantai, memberikan suasana yang tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga mata.
Yonto Wongso, CEO Topotels Hotels and Resorts, menambahkan bahwa kuliner kini menjadi faktor penentu dalam kesuksesan penjualan hotel. “Sarapan tidak lagi hanya soal menu makanan, tetapi juga bagaimana menciptakan pengalaman yang lebih menyeluruh, termasuk memperkenalkan cita rasa lokal yang autentik. Banyak tamu dari luar daerah ingin mencicipi hidangan khas setempat, dan kami berusaha menghadirkan rasa warung tradisional ke dalam setting hotel tanpa terikat pada cara penyajian F&B yang terlalu formal,” kata Yonto.
Menanggapi perkembangan ini, banyak hotel yang mulai mengadopsi konsep fusion food, menggabungkan cita rasa khas Indonesia dengan berbagai masakan internasional seperti Jepang, Korea, Oriental, dan Eropa. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan variasi menu, tetapi juga memberikan pengalaman sarapan yang lebih beragam dan menggugah selera, yang pastinya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para tamu yang mencari sesuatu yang baru dalam setiap suapan.