Jejak Rasa Martabak: Dari Timur Tengah ke Lidah Nusantara

Martabak merupakan salah satu kuliner jalanan yang sangat populer di Indonesia dan terdiri dari dua jenis utama, yaitu martabak manis dan martabak telur. Meski telah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia, tidak banyak yang tahu bahwa martabak sejatinya bukan makanan asli Tanah Air. Kata “martabak” berasal dari bahasa Arab, “murtabak,” yang berarti dilipat. Istilah ini mencerminkan teknik memasak martabak, yang memang dibuat dengan cara melipat adonan yang telah diisi dengan berbagai bahan.

Awal mula masuknya martabak ke Indonesia berasal dari pengaruh budaya Arab dan India yang dibawa oleh para pedagang Muslim. Seiring waktu, martabak mengalami proses akulturasi dan beradaptasi dengan cita rasa lokal, hingga menjadi makanan yang disukai berbagai kalangan masyarakat. Martabak manis, atau sering disebut juga “terang bulan,” memiliki tekstur lembut dengan pori-pori besar, terbuat dari campuran tepung, ragi, dan gula, lalu dipanggang di atas loyang bundar. Awalnya hanya diisi kacang tanah, keju, dan meses cokelat, kini topping-nya lebih bervariasi, dari Nutella hingga biskuit Oreo.

Sementara itu, martabak telur menawarkan rasa gurih dengan kulit tipis dan renyah, berisi campuran telur, daging cincang, daun bawang, dan bawang bombay, serta disajikan bersama acar dan cabai rawit. Ada pula varian martabak India atau martabak Mesir, yang hadir dengan rempah khas dan sering disantap bersama kuah kari. Dengan variasi isian dan topping yang beragam, martabak mencerminkan kekayaan budaya kuliner Indonesia dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan cita rasa lokal.

Cimol Bojot AA Hadir di Tebet: Inovasi Camilan Bandung yang Bikin Antrean

Gerai Cimol Bojot, yang awalnya terkenal di Bandung, kini merambah ke Jakarta dan langsung menarik antrean panjang dari para pelanggan. Cimol ini dikenal karena teksturnya yang kenyal dan lembut, ditambah varian isian seperti mozarella dan daging yang menggugah selera.

Cimol sendiri merupakan jajanan favorit di Indonesia, dibuat dari tepung kanji yang dibentuk bulat kemudian digoreng hingga menghasilkan tekstur chewy dan gurih. Pada awalnya, cimol hanya disajikan dengan taburan bumbu bubuk bermacam rasa seperti jagung bakar, BBQ, dan pedas. Namun, seiring berjalannya waktu, inovasi mulai muncul dari Cimol Bojot.

Dikisahkan, popularitas camilan ini bermula dari ide pedagang asal Bandung bernama Bojot, yang dikenal dengan beragam olahan aci. Ia pun menciptakan varian baru dengan menaburkan bawang goreng pada cimol yang telah digoreng, sehingga menambah cita rasa unik pada setiap gigitannya.

Salah satu versi yang kini viral adalah Cimol Bojot AA. Meskipun awalnya hanya tersedia di Bandung, gerai ini kini telah membuka cabang di Jakarta. Kehadirannya di ibu kota berhasil mencuri perhatian, meskipun dijajakan hanya melalui gerobak kaki lima, sehingga menarik minat pelanggan dari berbagai kalangan usia.

Di kawasan Tebet, terdapat dua gerobak Cimol Bojot AA. Tim detikfood sempat mengunjungi salah satu outlet yang berlokasi di Jl. Tebet Raya, tepat seberang Azko Tebet Raya. Ketika dikunjungi pada pukul 19.17 WIB, antrean terlihat sepi karena outlet sedang tutup sementara, mengingat stok batch pertama telah habis.

Menurut salah satu pegawai, outlet di Tebet melakukan restock dua kali setiap hari, dengan batch kedua disiapkan tepat pukul 20.00 WIB. Ketersediaan cimol pun sangat terbatas karena semua bahan diimpor langsung dari Bandung.

Saat kembali pada pukul 20.00 WIB, gerobak sudah dipadati pelanggan. Untungnya, varian andalan seperti cimol isi mozarella dan daging masih tersedia. Tersedia beragam jenis cimol mulai dari versi original, isi beef, isi mozarella, isi ayam, hingga campuran, dengan harga berkisar antara Rp6.000 hingga Rp22.000 per porsi, tergantung ukuran dan varian yang dipilih.

DetikFood sendiri mencoba varian cimol mix, kombinasi antara isi mozarella dan beef, dengan porsi besar seharga Rp21.000. Selain itu, pelanggan juga dapat memilih dari lima pilihan bumbu—asin pedas, ayam bawang, jagung bakar, balado, dan barbeque—serta menambahkan topping daun jeruk dan bawang goreng untuk cita rasa ekstra.

Setiap porsi biasanya dikemas dalam wadah plastik mangkuk thinwall berukuran 300 ml, berisi sekitar 10 buah cimol yang terdiri dari campuran varian mozarella dan beef. Pesanan kami disajikan dengan bumbu asin pedas, tambahan topping daun jeruk, dan tingkat kepedasan level 3.

Cimol paling nikmat disantap saat baru saja digoreng. Walaupun ukurannya kecil, tekstur adonannya yang kenyal dan chewy sangat memanjakan, tanpa membuat lengket di langit-langit mulut. Meskipun adonan terasa agak tebal, jumlah isian yang melimpah menjadikannya sepadan untuk dinikmati.

Pada varian mozarella, isian keju tidak terlalu meleleh namun tetap lembut, sehingga bumbu asin pedas yang dominan tidak mengganggu keseimbangan rasa. Menurut kami, varian beef memiliki sensasi makan yang lebih unik, menyerupai bakso dengan lapisan aci. Daging sapi yang digunakan terasa padat dan rasanya jelas, meski bumbunya sederhana, namun seimbang dengan adonan aci yang gurih pedas. Penambahan topping daun jeruk juga memberikan aroma khas yang menambah kompleksitas rasa.

Disarankan untuk segera menyantap cimol Bojot AA setelah disajikan, karena jika dibiarkan terlalu lama, adonannya akan mengeras. Datang lebih awal juga sangat dianjurkan agar bisa mendapatkan varian favorit sebelum kehabisan.

Outlet Cimol Bojot AA dapat ditemukan di dua lokasi di Jakarta Selatan, yaitu di Tebet Raya, Jl. Tebet Raya No.30d, Tebet Barat, serta di Tebet Timur Dalam Raya, Jl. Tebet Timur Dalam Raya No.47, Tebet.

Untuk informasi lebih lengkap, Anda dapat membaca artikel DetikFood berjudul “Rela Antre Demi Cimol Bojot AA yang Kini Buka di Tebet”. Jangan lupa juga untuk mengunduh aplikasi Detikcom guna mendapatkan update berita terkini.