Cermat Konsumsi Sayur dan Buah, Kunci Kendalikan Diabetes Secara Alami

Sayur dan buah dikenal sebagai sumber gizi penting yang kaya akan serat, vitamin, serta mineral yang dibutuhkan tubuh. Namun, bagi penderita diabetes, pemilihan jenis sayur dan buah harus lebih diperhatikan. Hal ini karena sebagian besar sayuran dan buah tertentu memiliki indeks glikemik tinggi dan kandungan karbohidrat yang bisa menyebabkan lonjakan kadar gula darah secara tiba-tiba. Dokter Tariq Mahmood dari Concepto Diagnostics, Inggris, menyarankan agar penderita diabetes mulai beralih ke pola makan berbasis nabati karena dapat membantu pengelolaan kadar gula darah secara lebih efektif.

Meskipun konsumsi sayuran sangat dianjurkan, penting untuk memilih jenis yang rendah karbohidrat. Umumnya, sayuran yang tumbuh di atas tanah memiliki karbohidrat lebih rendah dibandingkan dengan yang tumbuh di bawah tanah. Namun, pengecualian tetap ada, seperti labu butternut yang tetap tinggi karbohidrat meski tumbuh di atas tanah. Sayuran seperti brokoli, bayam, kangkung, kubis, paprika, dan timun dinilai lebih aman dikonsumsi. Sebaliknya, kentang, jagung, dan ubi jalar sebaiknya dibatasi karena kandungan karbohidratnya yang tinggi.

Sementara itu, untuk buah-buahan, penderita diabetes disarankan memilih buah segar seperti apel, avokad, pir, stroberi, dan jeruk keprok. Hindari buah dengan indeks glikemik tinggi, seperti semangka, pisang terlalu matang, dan nanas. Indeks glikemik akan meningkat seiring tingkat kematangan buah. Memastikan asupan nutrisi seimbang serta rutin memantau kadar gula darah menjadi bagian penting dalam menjaga kesehatan. Konsultasi dengan tenaga medis juga sangat disarankan sebelum menentukan pola makan.

Meneladani Pola Makan Sehat Rasulullah Saat Berpuasa

Puasa bukanlah hambatan untuk tetap menjaga pola makan sehat. Rasulullah telah memberikan contoh bagaimana mengonsumsi makanan yang tepat saat berbuka dan sahur agar tubuh tetap bugar. Hal ini menjadi pembahasan utama dalam kajian Tabligh Akbar yang digelar Universitas Airlangga pada Kamis, 20 Maret 2025, di Masjid Ulul Azmi Kampus C MERR. Acara ini diselenggarakan bekerja sama dengan DAI BEM FKM UNAIR 2025 dan menghadirkan narasumber Dr. Muhammad Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes.

Dalam kajian tersebut, Dr. Atoillah menjelaskan bahwa berbuka dengan makanan manis merupakan salah satu anjuran Rasulullah. Makanan manis mengandung karbohidrat yang diubah menjadi glukosa, yang kemudian masuk ke dalam sel otot dan digunakan sebagai energi. Contoh makanan manis yang baik dikonsumsi adalah nasi, umbi-umbian, dan buah-buahan. Rasulullah sendiri sering berbuka dengan ruthab atau kurma basah yang memiliki indeks glikemik rendah.

Makanan dengan indeks glikemik rendah lebih disarankan karena mencegah lonjakan glukosa dalam darah yang bisa membuat tubuh lemas dan mengantuk. Konsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat menyebabkan pankreas bekerja lebih keras untuk menyeimbangkan kadar gula darah, yang berujung pada rasa kantuk saat beribadah. Jika tidak ada ruthab, alternatif lain seperti tamr (kurma kering), pisang, atau bahkan air putih dapat menjadi pilihan berbuka yang sehat.

Dr. Atoillah menekankan bahwa Rasulullah tidak pernah memaksakan jenis makanan tertentu untuk berbuka, melainkan memberikan kebebasan dalam memilih makanan asalkan tidak berbahaya bagi tubuh. Fleksibilitas dalam memilih makanan sehat saat berbuka menjadi kunci agar puasa tetap lancar dan ibadah semakin khusyuk.