10 Kebiasaan Makan yang Bisa Membantu Menurunkan Berat Badan dengan Cepat

Menerapkan kebiasaan makan yang sehat bisa membantu Bunda untuk mencapai tubuh ideal. Mengonsumsi makanan sehat setiap hari bukan hanya mencegah berbagai penyakit, tetapi juga dapat menjaga berat badan tetap stabil. Kebiasaan makan yang benar tentunya berperan penting dalam proses penurunan berat badan. Salah satunya adalah dengan memilih piring yang lebih kecil saat makan. Penelitian menunjukkan bahwa makan dari piring kecil dapat memberi kesan makan lebih banyak, sehingga mengurangi jumlah kalori yang masuk ke tubuh.

Selain itu, makan sayuran terlebih dahulu bisa membantu Bunda merasa kenyang lebih cepat dan mengurangi asupan kalori. Mengonsumsi makanan dengan perlahan juga penting, karena tubuh membutuhkan waktu untuk memberi sinyal kenyang ke otak. Kebiasaan makan cepat dapat meningkatkan risiko makan berlebihan, yang berpotensi menambah berat badan.

Menghindari makanan ‘diet’ yang tidak sehat juga sangat dianjurkan, karena banyak makanan tersebut justru mengandung lebih banyak gula dan kalori. Memasak di rumah adalah pilihan cerdas, karena Bunda bisa mengontrol bahan dan porsi makanan. Jika makan di luar, pastikan memilih makanan bergizi yang lebih sehat.

Selain itu, mengonsumsi buah utuh dan memilih minyak sehat seperti minyak zaitun juga sangat bermanfaat. Asupan protein yang cukup akan membantu tubuh merasa kenyang lebih lama dan mempertahankan massa otot, yang penting saat menurunkan berat badan. Terakhir, minum air yang cukup dapat membantu mengurangi rasa lapar dan mengontrol kalori yang masuk ke tubuh.

Makanan Sehat untuk Anda yang Punya Jadwal Padat

Dengan jadwal yang sibuk, menjaga pola makan sehat sering kali menjadi tantangan. Namun, tubuh yang terus bekerja keras membutuhkan asupan nutrisi yang tepat untuk tetap bertenaga dan fokus. Untungnya, ada banyak pilihan makanan praktis yang bisa disiapkan sejak awal, tanpa menghabiskan banyak waktu di dapur. Dr. Vaishali Verma, seorang ahli gizi, merekomendasikan beberapa makanan sehat untuk mendukung aktivitas harian yang padat.

Buah dan sayuran segar adalah bahan makanan wajib untuk setiap hari. Kaya akan vitamin, mineral, dan serat, keduanya dapat mendukung sistem pencernaan, meningkatkan kekebalan tubuh, dan menjaga kesehatan kulit. Millets, yang bebas gluten, juga bisa menjadi pilihan cerdas, mengingat kandungannya yang kaya akan protein dan antioksidan. Selain itu, kacang dan legum seperti lentil atau kacang hijau merupakan sumber protein nabati yang penting untuk pemulihan tubuh.

Nasi kukus adalah pilihan karbohidrat yang lebih sehat daripada roti, karena memiliki indeks glikemik lebih rendah dan mudah dicerna. Untuk camilan, kacang almond dan kenari dapat menjadi pilihan yang baik. Kacang-kacangan ini kaya akan lemak sehat dan antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan otak dan jantung. Protein rendah lemak dari ayam tanpa kulit, ikan, telur rebus, atau tempe juga penting untuk menjaga keseimbangan energi.

Untuk menghindari makanan ringan yang tidak sehat, Anda bisa memilih camilan seperti granola atau buah segar. Selain itu, cukup minum air putih juga sangat penting agar tubuh tetap terhidrasi dan bertenaga. Jika Anda merasa kebutuhan nutrisi belum terpenuhi, suplemen seperti protein atau multivitamin bisa menjadi tambahan yang bermanfaat.

Cermat Konsumsi Sayur dan Buah, Kunci Kendalikan Diabetes Secara Alami

Sayur dan buah dikenal sebagai sumber gizi penting yang kaya akan serat, vitamin, serta mineral yang dibutuhkan tubuh. Namun, bagi penderita diabetes, pemilihan jenis sayur dan buah harus lebih diperhatikan. Hal ini karena sebagian besar sayuran dan buah tertentu memiliki indeks glikemik tinggi dan kandungan karbohidrat yang bisa menyebabkan lonjakan kadar gula darah secara tiba-tiba. Dokter Tariq Mahmood dari Concepto Diagnostics, Inggris, menyarankan agar penderita diabetes mulai beralih ke pola makan berbasis nabati karena dapat membantu pengelolaan kadar gula darah secara lebih efektif.

Meskipun konsumsi sayuran sangat dianjurkan, penting untuk memilih jenis yang rendah karbohidrat. Umumnya, sayuran yang tumbuh di atas tanah memiliki karbohidrat lebih rendah dibandingkan dengan yang tumbuh di bawah tanah. Namun, pengecualian tetap ada, seperti labu butternut yang tetap tinggi karbohidrat meski tumbuh di atas tanah. Sayuran seperti brokoli, bayam, kangkung, kubis, paprika, dan timun dinilai lebih aman dikonsumsi. Sebaliknya, kentang, jagung, dan ubi jalar sebaiknya dibatasi karena kandungan karbohidratnya yang tinggi.

Sementara itu, untuk buah-buahan, penderita diabetes disarankan memilih buah segar seperti apel, avokad, pir, stroberi, dan jeruk keprok. Hindari buah dengan indeks glikemik tinggi, seperti semangka, pisang terlalu matang, dan nanas. Indeks glikemik akan meningkat seiring tingkat kematangan buah. Memastikan asupan nutrisi seimbang serta rutin memantau kadar gula darah menjadi bagian penting dalam menjaga kesehatan. Konsultasi dengan tenaga medis juga sangat disarankan sebelum menentukan pola makan.

Pilihan Minuman Sehat untuk Anak: Air dan Susu Tetap yang Terbaik

Memastikan anak mendapatkan asupan gizi seimbang tidak hanya bergantung pada makanan, tetapi juga dari minuman yang mereka konsumsi sehari-hari. Healthy Eating Research (HER) menekankan pentingnya memilih minuman yang mendukung pertumbuhan anak dengan mempertimbangkan faktor hidrasi, kandungan kalori, kadar kalsium, serta kesehatan secara menyeluruh. Menurut Wakil Direktur HER, Megan Elsener Lott, air dan susu merupakan pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Air tidak hanya membantu menjaga hidrasi tanpa tambahan kalori atau gula, tetapi juga menjadi pilihan paling aman bagi kesehatan mereka. Sementara itu, susu mengandung 300 miligram kalsium per cangkir, yang berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang dan perkembangan tubuh anak.

Anak berusia 1–3 tahun membutuhkan asupan kalsium sebanyak 700 mg setiap hari, sementara anak usia 4–8 tahun memerlukan 1.000 mg per hari. Untuk anak yang berusia 9–18 tahun, kebutuhan kalsium harian yang disarankan adalah 1.300 mg. Untuk mencapainya, Megan merekomendasikan konsumsi dua cangkir susu bagi anak usia 2–3 tahun, 2,5 cangkir untuk anak usia 4–8 tahun, dan 3 cangkir untuk mereka yang berusia di atas 9 tahun. Susu rendah lemak atau tanpa lemak menjadi pilihan terbaik guna mengurangi asupan lemak jenuh. HER juga mengingatkan agar konsumsi susu alternatif berbasis nabati serta susu berperisa dibatasi karena sering kali mengandung tambahan gula atau pemanis buatan yang tidak diperlukan.

Untuk anak yang menyukai jus, HER menyarankan agar hanya memberikan jus 100 persen murni dalam batas yang dianjurkan. Jus tidak dianjurkan untuk bayi di bawah 6 bulan, sedangkan anak usia 6–12 bulan dapat mengonsumsinya dalam jumlah terbatas, yaitu 2–4 ons per hari. Anak usia 1–6 tahun sebaiknya tidak melebihi 4–6 ons per hari, sementara anak usia 7–18 tahun dapat mengonsumsi 8–12 ons. Minuman bersoda juga sebaiknya dihindari karena kandungan gula yang tinggi, kurangnya nilai gizi, serta potensi menyebabkan kerusakan gigi. Selain itu, soda sering kali mengandung kafein yang tidak diperlukan oleh tubuh anak dan dapat mengganggu pola tidur serta kesehatannya. Orang tua disarankan untuk tidak memperkenalkan soda kepada anak usia dini, sementara bagi anak yang lebih besar, konsumsi soda sebaiknya dibatasi dan tidak dijadikan kebiasaan.