Soto Tangkar: Warisan Kuliner Betawi dari Masa Kolonial

Soto tangkar merupakan salah satu kuliner khas Betawi yang lahir dari kreativitas masyarakat dalam mengolah iga sapi menjadi hidangan berkuah yang kaya rasa. Berbeda dengan soto lainnya yang umumnya memiliki kuah bening atau kuning, soto tangkar menggunakan santan, tetapi tetap memiliki cita rasa ringan dan tidak terlalu kental. Sejarah soto tangkar berakar dari masa penjajahan Belanda, ketika para meneer mengadakan pesta dan memotong sapi untuk hidangan mereka. Bagian utama daging sapi dikonsumsi oleh kaum kolonial, sementara bagian kepala, iga, dan jeroan diberikan kepada para pekerja. Dengan keterbatasan bahan, masyarakat Betawi mengolah iga sapi tersebut menjadi hidangan berkuah yang lezat dengan menambahkan berbagai bumbu seperti lada, kunyit, serai, daun salam, dan santan.

Dalam bahasa Betawi, “tangkar” berarti iga sapi, yang menjadi bahan utama dalam hidangan ini. Pada masa itu, masyarakat setempat hanya mampu membeli bagian iga yang mengandung sedikit daging, karena potongan daging lainnya sudah diambil oleh Belanda. Namun, mereka mampu mengolahnya menjadi hidangan bercita rasa khas yang kemudian dikenal sebagai soto tangkar. Seiring waktu, soto tangkar tidak lagi dianggap sebagai makanan rakyat kecil, tetapi berkembang menjadi kuliner khas yang diminati oleh berbagai kalangan.

Kini, soto tangkar tetap menjadi salah satu hidangan ikonik Betawi yang mudah ditemukan di berbagai rumah makan maupun festival kuliner Nusantara. Keunikan rasa dan sejarah panjangnya membuat hidangan ini tetap lestari dan terus dinikmati oleh masyarakat dari berbagai generasi. Dari makanan sederhana pada masa kolonial, soto tangkar kini menjadi bagian penting dari warisan kuliner Indonesia.

Boboko: Warung Khas Indonesia yang Hadirkan Cita Rasa Nusantara di Jantung Oslo

Kuliner Indonesia semakin mendapat tempat di kancah internasional, dan kini, kelezatannya bisa dinikmati di Norwegia dengan kehadiran Boboko, restoran khas Indonesia yang resmi dibuka di Oslo. Mengusung konsep warung tradisional, Boboko menyajikan berbagai hidangan Nusantara dengan rasa otentik, memperkenalkan cita rasa khas Indonesia kepada masyarakat Norwegia.

Peresmian restoran ini digelar pada Kamis, 30 Januari 2025, ditandai dengan pemotongan pita oleh Duta Besar RI untuk Norwegia, Teuku Faizasyah, bersama dengan salah satu pemilik Boboko, Diana. Sebagai bentuk rasa syukur, acara ini juga dimeriahkan dengan pemotongan tumpeng, sebuah tradisi khas Indonesia.

Acara pembukaan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Wakil Wali Kota Oslo Julianne Ofstad, Dean Korps Diplomatik sekaligus Dubes Kroasia Andrea Gustović-Ercegovac, serta perwakilan dari pemerintah, pengusaha, dan masyarakat Norwegia. Dengan lokasinya yang strategis di VIA Village, kawasan kuliner dan bisnis di pusat Oslo, Boboko berpotensi menjadi destinasi favorit bagi pencinta makanan Indonesia di Norwegia.

Nama Boboko sendiri berasal dari bahasa Sunda, yang berarti wadah penyimpanan makanan, melambangkan semangat berbagi dan kehangatan dalam budaya kuliner Indonesia.

Menurut Diana, Boboko bukan sekadar restoran, tetapi juga tempat yang menghubungkan orang-orang melalui makanan dan cinta kasih. Meski namanya berasal dari budaya Sunda, Boboko menawarkan beragam hidangan khas dari berbagai daerah di Indonesia, seperti nasi goreng ayam dan kambing, bakmi goreng, ayam penyet, sate ayam, sate maranggi, nasi padang rendang dan gulai, iga bakar, Indomie, cireng, cilok, batagor, tempe goreng, soto Betawi, gado-gado, es cendol, dan es teler.

Salah satu keunikan Boboko terletak pada otentisitas rasanya. Untuk menjaga cita rasa asli Indonesia, restoran ini menggunakan bumbu dan rempah khas yang diimpor dari Belanda, karena bahan-bahan tersebut sulit ditemukan di Norwegia. Bahkan, Diana menanam kunyit sendiri untuk memastikan kualitas terbaik dalam setiap hidangan yang disajikan.

Dubes Teuku Faizasyah menyambut baik kehadiran Boboko dan menilai restoran ini sebagai kelanjutan dari suksesnya Festival Indonesia Spice Up Oslo yang digelar tahun lalu. Ia pun menegaskan bahwa Boboko akan semakin memperkaya pengalaman kuliner masyarakat Norwegia terhadap masakan Indonesia.

“Jika pepatah mengatakan dari mata turun ke hati, maka dalam konteks ini, dari rasa turun ke hati,” ujarnya.

Rencananya, Festival Indonesia Spice Up Oslo akan kembali digelar pada Mei 2025, semakin memperkenalkan kelezatan kuliner Nusantara di kancah global. Dengan kehadiran Boboko, kini masyarakat Oslo memiliki kesempatan menikmati kehangatan dan kelezatan makanan Indonesia di negeri Skandinavia.