Rahasia Kaledo Stereo Tetap Diminati, Cita Rasa Autentik Jadi Kunci

Wahyuni, pemilik Kaledo Stereo, mengungkapkan rahasia di balik kesuksesan usahanya dalam mempertahankan popularitas kuliner khas Palu. Menurutnya, menjaga cita rasa autentik adalah kunci utama agar tetap diminati oleh masyarakat. Kaledo sendiri merupakan hidangan berkuah seperti sup, tetapi berbeda dari kebanyakan sup lainnya karena tidak menggunakan santan. Sebagai gantinya, kuahnya dibuat dengan asam Jawa mentah yang menciptakan perpaduan rasa asam, gurih, dan pedas yang khas serta menggugah selera.

Proses memasak kaki sapi sebagai bahan utama Kaledo memerlukan waktu hingga empat jam untuk menghasilkan daging yang benar-benar empuk dan mudah disantap. Selain itu, sumsum yang terdapat dalam tulang kaki sapi menjadi salah satu daya tarik utama hidangan ini. Untuk menikmatinya, pelanggan dapat menggunakan sedotan yang disediakan agar bisa merasakan sensasi sumsum yang lembut dan kaya rasa. Kaledo biasanya disantap bersama nasi putih atau singkong rebus, tergantung selera masing-masing pelanggan.

Dengan porsi yang besar dan mengenyangkan, pelanggan hanya perlu membayar Rp70.000 untuk menikmati seporsi Kaledo yang lezat. Saat ini, Kaledo Stereo memiliki dua cabang yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso dan Jalan Pue Bongo, Palu. Bahkan, Wahyuni tengah bersiap membuka cabang baru di kawasan pegunungan agar pelanggan bisa menikmati hidangan khas ini dengan suasana alam yang lebih sejuk dan berbeda. Keunikan cita rasa dan pengalaman kuliner yang ditawarkan menjadikan Kaledo Stereo sebagai salah satu tujuan favorit pencinta kuliner di Palu.

Pengunjung Keliru Tuduh Warung Jual Makanan Babi

Seorang pengunjung memberikan ulasan tidak akurat tentang sebuah warung makan di Sabah, Malaysia, menuduh warung tersebut menjual makanan berbahan babi. Padahal, klaim tersebut tidak berdasar.

Google Review seringkali menjadi referensi penting bagi banyak orang dalam memilih tempat makan. Ulasan yang akurat dan jujur sangat memengaruhi reputasi restoran, sehingga penting bagi pengunjung untuk memberikan feedback yang benar dan sopan.

Namun, sebuah warung makan bernama Nasi Kukus D’RanauBah baru-baru ini mengalami kerugian akibat ulasan menyesatkan. Dikutip dari WoB (22/06/24), pengunjung tersebut mengklaim bahwa warungnya menyajikan menu babi, yang sebenarnya tidak benar.

Merespons tuduhan tersebut, pemilik warung memberikan klarifikasi dengan tenang. Mereka menjelaskan bahwa menu ‘sinalau’ yang disebutkan adalah daging asap dari sapi, bukan babi. ‘Sinalau’ berasal dari bahasa Dusun yang berarti ‘diasapi’.

“Assalamualaikum cik, kedai ini 100% halal dan pemiliknya beragama Islam. Sinalau dalam bahasa Dusun artinya ‘diasapi’, bukan babi. Kami hanya menjual sinalau dari daging sapi,” jelas pemilik warung. “Silakan cari tahu lebih lanjut tentang makna sinalau dalam bahasa Dusun. Mohon maaf atas kesalahpahaman ini,” tambahnya.

Klarifikasi ini dibagikan di Facebook dan segera mendapat perhatian banyak netizen. Banyak yang mengecam pengunjung karena tidak melakukan riset yang cukup sebelum memberikan ulasan.

“Setidaknya lakukan riset atau tanyakan dulu kepada pemilik sebelum menulis ulasan. Jangan hanya untuk viral,” komentar salah satu netizen.