Mengganti Nasi dengan Ubi Jalar: Solusi Sehat atau Risiko?

Seiring dengan tren hidup sehat, semakin banyak orang yang beralih mengganti nasi dengan ubi jalar dalam menu sehari-hari mereka. Ubi jalar memiliki kandungan pati sekitar 25 persen dan rendah lemak (sekitar 0,1 persen), serta kaya akan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Dengan kandungan gizi yang lengkap, ubi jalar sering kali dianggap sebagai alternatif sehat untuk nasi putih, memberikan manfaat lebih dalam diet harian.

Mengonsumsi ubi jalar secara teratur menawarkan banyak keuntungan. Selain memberikan energi, ubi jalar juga dapat mendukung fungsi ginjal, membantu menurunkan berat badan, mencegah flu, serta meningkatkan daya tahan tubuh berkat kandungan antioksidan dan anti-inflamasi. Ubi jalar juga dikenal dapat memperlancar pencernaan, berfungsi sebagai pencahar alami.

Namun, meskipun banyak manfaatnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menggantikan nasi sepenuhnya dengan ubi jalar. Penderita penyakit ginjal, misalnya, sebaiknya hati-hati karena kandungan kalium yang tinggi dalam ubi jalar bisa menjadi masalah, mengingat ginjal mereka tidak dapat memproses kalium dengan baik. Selain itu, bagi orang yang memiliki masalah lambung, konsumsi ubi jalar dalam jumlah besar bisa menyebabkan asam lambung naik, perut kembung, atau rasa tidak nyaman.

Jika memilih ubi jalar sebagai pengganti nasi, pastikan porsinya tidak berlebihan, terutama di malam hari. Hal ini penting untuk menghindari masalah pencernaan seperti refluks asam. Mengatur pola makan dengan menjaga keseimbangan kalori dan gizi tetap menjadi kunci utama untuk kesehatan tubuh.

Nasi Tekor, Kuliner Tradisional Bali yang Hadirkan Nostalgia dalam Balutan Daun Pisang

Pulau Bali tidak hanya terkenal dengan keindahan alam dan budayanya, tetapi juga dengan kuliner tradisionalnya yang masih bertahan dari generasi ke generasi. Salah satu warung makan yang mempertahankan tradisi tersebut adalah Warung Nasi Tekor di Desa Kertalangu, Denpasar. Warung ini menawarkan pengalaman kuliner tempo dulu yang autentik, di mana seluruh sajian disiapkan dan disajikan dengan cara tradisional. Begitu memasuki warung, nuansa klasik langsung terasa melalui penggunaan bambu dan kayu sebagai elemen utama dekorasi, ditambah berbagai pernak-pernik bernuansa jadul yang semakin menghidupkan suasana khas Bali tempo dulu.

Nasi Tekor sendiri memiliki keunikan dalam penyajiannya. Tekor dalam bahasa Bali merujuk pada alas makan dari daun pisang yang dibentuk menyerupai kuncup segitiga. Pemanfaatan daun pisang ini tidak hanya sekadar mempertahankan nilai tradisi, tetapi juga memiliki manfaat fungsional. Daun pisang mampu mencegah kuah makanan menjadi terlalu kental serta memiliki sifat antimikroba yang baik untuk makanan. Resep autentik Nasi Tekor ini telah diperkenalkan oleh pemiliknya, Pande Nyoman Darta atau yang akrab disapa Pekak Tekor, sejak tahun 2015. Kehadiran warung ini tidak hanya sebagai tempat makan, tetapi juga sebagai bagian dari pelestarian kuliner khas Bali melalui Boga Bali Living Museum, yang berfungsi sebagai sarana interaksi, edukasi, dan pengenalan budaya.

Dalam satu porsi Nasi Tekor, pengunjung dapat menikmati berbagai hidangan khas yang berbahan dasar ayam, seperti ares ayam yang merupakan sayur dari batang pisang muda, sate ayam, telur ayam, dan serapah ayam, yaitu olahan daging ayam setengah basah yang kaya bumbu. Tak hanya itu, ada pula aneka jajanan tradisional seperti godoh pisang, godoh sele, godoh tape, dan limpang limpung yang semakin menambah kesan nostalgia. Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau, mulai dari Rp10 ribu hingga Rp20 ribu per porsi, sehingga dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Warung Nasi Tekor saat ini buka dari pukul 08.00 WITA hingga 17.00 WITA, namun ke depannya Pekak Tekor berencana memperpanjang jam operasional hingga malam hari agar lebih banyak pengunjung dapat menikmati hidangan tradisional ini.