Dari Dapur Ibu ke Pasar Dunia: Kisah Telur Gabus Kata Oma yang Bikin Rindu Rumah

Berawal dari niat tulus seorang ibu yang ingin menghadirkan camilan sehat untuk keluarganya, siapa sangka telur gabus buatan rumah itu justru berkembang menjadi produk camilan yang kini dikenal hingga ke luar negeri. Furiyanti, sang anak sekaligus pendiri Kata Oma, tak pernah menyangka bahwa resep sederhana dari ibunya akan digemari banyak orang. Pada awalnya, telur gabus ini hanya dinikmati oleh keluarga dan kerabat dekat, namun pada 2016 beberapa rekan kerjanya mulai memesan lewat sistem pre-order. Produk ini sempat diberi nama “Cocok,” namun dua tahun kemudian diganti menjadi “Kata Oma” karena memiliki nilai sentimental yang kuat dan makna emosional tentang kehangatan sosok nenek.

Menurut Furiyanti, Kata Oma bukan sekadar camilan, tetapi juga sarana untuk membangkitkan kenangan akan rumah dan kasih sayang keluarga. Cita rasa rumahan yang otentik membuat produk ini cepat meraih hati konsumen. Dengan empat pilihan rasa unik—keju, gula aren, balado, dan telur asin—Kata Oma berhasil menjangkau pasar yang lebih luas. Bergabungnya Kata Oma ke dalam naungan Unifam pada tahun 2024 semakin membuka peluang, termasuk dalam distribusi ke supermarket dan ekspansi digital yang berhasil menarik ribuan mitra seller. Kini, produk tersebut telah dipasarkan ke Amerika Serikat, Australia, Filipina, dan Malaysia, serta tengah dalam proses ekspansi ke Korea Selatan, Vietnam, Singapura, dan Kamboja. Perjalanan panjang ini menjadi bukti bahwa camilan sederhana pun bisa menembus pasar global jika diiringi dengan dedikasi dan nilai kekeluargaan yang kuat.

Perut Punai: Camilan Manis Khas Bengkulu yang Unik dan Bikin Ketagihan

Bengkulu memiliki beragam kuliner tradisional yang memanjakan lidah, salah satunya adalah Perut Punai. Meski namanya terdengar unik, makanan ini sama sekali tidak menggunakan daging burung punai. Perut Punai merupakan camilan berbahan dasar ketan yang memiliki rasa manis dengan tekstur kenyal, sehingga banyak digemari oleh masyarakat setempat. Hidangan ini kerap disajikan dalam berbagai acara adat dan perayaan keluarga di Bengkulu.

Nama Perut Punai diambil dari bentuk kuenya yang menyerupai perut burung punai—bulat lonjong dan lembut di bagian dalam. Kuliner ini telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Bengkulu sejak zaman dahulu dan terus dilestarikan secara turun-temurun. Selain menjadi sajian wajib dalam acara seperti pernikahan dan kenduri, kue ini juga sering disantap sebagai camilan saat bersantai bersama keluarga.

Bahan utama untuk membuat Perut Punai sangat sederhana dan mudah ditemukan, antara lain beras ketan, santan, gula merah, kelapa parut, serta daun pandan. Proses pembuatannya dimulai dengan mencuci bersih beras ketan, lalu merendamnya selama beberapa jam agar teksturnya menjadi lebih lembut. Setelah itu, ketan dikukus hingga matang dan dicampur dengan santan serta sedikit garam untuk memberikan rasa gurih.

Sementara itu, isian dibuat dari gula merah yang dicairkan dan dicampur dengan kelapa parut. Campuran ini dimasak hingga mengental dan mengeluarkan aroma harum yang khas. Selanjutnya, adonan ketan yang telah matang diambil secukupnya, diisi dengan campuran gula merah dan kelapa, kemudian dibentuk lonjong menyerupai perut burung punai. Adonan yang sudah dibentuk dibungkus menggunakan daun pisang agar tetap lembut dan memiliki aroma khas. Terakhir, Perut Punai dikukus kembali atau dipanggang sebentar untuk memberikan cita rasa yang lebih lezat dan daya tahan yang lebih lama.

Saat ini, Perut Punai masih bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional Bengkulu. Popularitasnya pun semakin meningkat seiring dengan upaya pemerintah daerah dan para pelaku usaha kecil menengah (UKM) dalam mempromosikan kuliner khas ini melalui berbagai festival makanan dan promosi pariwisata. Bahkan, beberapa pengusaha telah mengemas Perut Punai dengan tampilan yang lebih modern agar menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara.

Dengan rasa manis yang khas, tekstur lembut, dan keunikan bentuknya, Perut Punai berhasil memikat hati banyak orang. Diharapkan, kuliner tradisional ini dapat terus dilestarikan dan semakin dikenal luas sebagai salah satu ikon kuliner Bengkulu yang membanggakan.