Berkunjung ke Yogyakarta belum lengkap rasanya tanpa mencicipi gudeg, dan salah satu warung gudeg yang terkenal adalah Gudeg Yu Djum. Sejarah warung ini dimulai jauh sebelum 1950, ketika Djuwariyah, yang lebih dikenal dengan sebutan Yu Djum, menjajakan gudeg dengan pikulan. Awalnya, Yu Djum berkeliling menjual gudeg dari rumah ke rumah, melewati alun-alun dan Malioboro, sebelum akhirnya berjualan di Kampung Widjilan yang menjadi lokasi tetapnya. Seiring berjalannya waktu, para pelanggan setia mulai menunggu Yu Djum di sana, sehingga ia memutuskan untuk menyewa lapak kecil dan akhirnya memiliki warung permanen pada 1985.
Selama lebih dari 70 tahun, Gudeg Yu Djum memiliki ciri khas yang membedakannya dari warung gudeg lainnya. Salah satu keunikan Gudeg Yu Djum adalah jenis gudeg kering yang lebih tahan lama daripada gudeg basah. Gudeg kering ini bahkan bisa disimpan hingga dua minggu di dalam freezer, menjadikannya oleh-oleh yang praktis untuk wisatawan. Gudeg kering ini dibuat dari nangka yang berasal dari Prembun, Jawa Tengah, yang memiliki kandungan air lebih sedikit, sehingga lebih cocok untuk pembuatan gudeg. Telur bebek yang digunakan juga berasal dari Jawa Timur, dan areh khusus dibuat di Yogyakarta untuk menambah cita rasa.
Meskipun telah berdiri lama, Gudeg Yu Djum tetap menghadapi tantangan, salah satunya adalah dampak pandemi Covid-19. Selama pandemi, penutupan tempat wisata di Yogyakarta menyebabkan penurunan pelanggan. Namun, pada tahun 2022, situasi mulai membaik, dan Gudeg Yu Djum bahkan membuka cabang baru di Jakarta, setelah sebelumnya memiliki lebih dari 20 cabang di Yogyakarta. Cabang ini diharapkan dapat memenuhi kerinduan pelanggan yang ingin menikmati Gudeg Yu Djum tanpa harus pergi ke Yogyakarta.