Ayam Taliwang: Warisan Kuliner Lombok dari Diplomasi Kerajaan

Ayam Taliwang, hidangan khas Lombok, Nusa Tenggara Barat, memiliki sejarah panjang yang berakar pada peristiwa antara Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Karangasem. Pada tahun 1630, pasukan dari Kerajaan Taliwang dikirim ke Lombok untuk membantu Selaparang dalam konflik melawan Karangasem. Para prajurit ini membawa serta juru masak mereka, yang bertugas menyiapkan makanan bagi para pemimpin perang. Mereka kemudian menetap di daerah yang kini dikenal sebagai Karang Taliwang. Demi menciptakan perdamaian, juru masak tersebut menyajikan ayam bakar berbumbu khas kepada Raja Karangasem. Hidangan ini menjadi simbol diplomasi yang membantu meredakan ketegangan antara kedua kerajaan.

Dikutip dari THE SAGES JOURNAL: Culinary Science and Business (2023), ayam taliwang memiliki ciri khas berupa ayam kampung muda yang dibakar utuh dengan bumbu pedas kaya rempah. Proses memasaknya menggunakan cabai merah kering, bawang merah, bawang putih, tomat, terasi goreng, serta kencur, menghasilkan cita rasa pedas autentik. Biasanya, ayam taliwang disajikan dengan nasi putih hangat dan plecing kangkung, menciptakan kombinasi rasa pedas, gurih, dan segar.

Hidangan ini mulai dikenal luas di Lombok pada tahun 1960-an, salah satunya berkat Nini Manawiyah, yang menjual nasi ayam di rumahnya di Karang Taliwang. Popularitasnya terus meningkat hingga tahun 1980-an, ketika banyak restoran mulai memasukkan ayam taliwang ke dalam menu mereka. Kini, hidangan ini tidak hanya menjadi ikon kuliner Lombok, tetapi juga dikenal luas di berbagai kota besar Indonesia. Sebagai bagian dari warisan budaya masyarakat Sasak, ayam taliwang terus dijaga keberadaannya dan tetap menjadi kebanggaan kuliner Nusantara.

Jaga Stamina Saat Puasa: Hindari Konsumsi Makanan Ini di Sahur dan Berbuka

Bulan Ramadan menjadi momen yang istimewa untuk meningkatkan ketakwaan sekaligus menjaga kesehatan tubuh. Selama menjalani puasa, pemilihan makanan yang tepat berperan penting agar tubuh tetap bertenaga sepanjang hari. Sayangnya, banyak orang tanpa sadar mengonsumsi makanan yang kurang baik saat sahur dan berbuka, yang justru dapat mengganggu metabolisme serta kenyamanan selama berpuasa.

Saat sahur, penting untuk memilih makanan yang memberikan energi tahan lama serta tidak menyebabkan tubuh cepat merasa lemas atau lapar. Begitu pula ketika berbuka, makanan yang dikonsumsi harus membantu tubuh pulih dari seharian menahan lapar dan haus tanpa memberikan efek negatif pada sistem pencernaan. Beberapa jenis makanan yang sering dikonsumsi justru berisiko menimbulkan gangguan seperti kembung, kelelahan, hingga lonjakan kadar gula darah yang drastis.

Makanan berminyak seperti gorengan, meskipun menggugah selera, sebaiknya dihindari karena sulit dicerna dan dapat menyebabkan perut terasa berat. Konsumsi makanan tinggi gula juga perlu dikontrol, sebab lonjakan gula darah secara tiba-tiba bisa membuat tubuh cepat lemas setelah berbuka. Selain itu, makanan pedas berpotensi meningkatkan produksi asam lambung, sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan saat berpuasa. Minuman bersoda juga tidak disarankan karena kandungan gulanya yang tinggi serta gas yang dapat menyebabkan kembung. Demikian pula makanan instan, yang cenderung tinggi natrium dan rendah nutrisi, sehingga kurang ideal untuk menjaga stamina saat berpuasa.

Agar ibadah puasa tetap lancar dan tubuh tetap sehat, penting untuk lebih selektif dalam memilih makanan. Menghindari makanan berminyak, manis berlebihan, serta yang sulit dicerna dapat membantu tubuh tetap bugar sepanjang hari. Dengan pola makan yang lebih sehat, puasa tidak hanya memberikan manfaat spiritual tetapi juga meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.