Gen Z Ogah Masak, Industri Kuliner Makin Berkembang Pesat!

Tren konsumsi makanan di kalangan generasi Z dan milenial terus meningkat, memberikan dampak positif bagi pertumbuhan bisnis kuliner di Indonesia. Menurut Stefanie Kurniadi, seorang pebisnis yang tergabung dalam Foodizz Academy, kebiasaan lebih memilih membeli makanan dibanding memasak sendiri semakin umum ditemukan, terutama di kota-kota besar.

“Di kota besar ada dua faktor utama yang mendorong tren ini, yaitu gaya hidup dan ketersediaan makanan,” ungkap Stefanie dalam konferensi pers BlueBand Master Cake Margarine 500 gram di Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Gaya Hidup dan Kemudahan Akses Jadi Faktor Utama

Gaya hidup modern yang serba cepat membuat generasi Z dan milenial cenderung lebih praktis dalam memenuhi kebutuhan makanan. Banyak dari mereka memiliki jadwal yang padat, baik karena pekerjaan maupun aktivitas sosial, sehingga waktu untuk memasak menjadi terbatas.

Tak hanya sekadar memenuhi kebutuhan dasar, makanan kini juga menjadi bagian dari gaya hidup dan hiburan. Bagi kelompok yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, membeli makanan bukan hanya sekadar mengisi perut, tetapi juga cara menikmati momen dan mencoba berbagai variasi kuliner.

Dari sisi ketersediaan, banyaknya pilihan makanan di kota-kota besar semakin memanjakan konsumen. “Sekarang, setiap kali bangun pagi, cukup buka handphone, pilihan makanan sudah tersedia dengan sangat banyak. Hal yang sama terjadi untuk makan siang dan makan malam,” jelas Stefanie.

Masyarakat urban kini tak hanya mencari makanan utama, tetapi juga camilan sebagai teman beraktivitas di siang dan sore hari. Inilah yang membuat bisnis kuliner semakin berkembang pesat, karena permintaan terhadap makanan dan minuman terus meningkat.

Peluang dan Hambatan dalam Industri Kuliner di Era Digital

Tren ini membuka peluang besar bagi para pelaku usaha kuliner di Indonesia. Bahkan, bisnis makanan bisa dimulai dari skala rumahan, misalnya dengan berjualan dari teras rumah sebelum berkembang lebih luas.

Namun, dengan besarnya peluang, persaingan di industri kuliner juga semakin ketat. Kualitas menjadi faktor utama yang harus diperhatikan oleh setiap pelaku usaha agar bisa bertahan di tengah banyaknya pilihan makanan yang tersedia.

“Kompetisi di industri makanan sangat ketat dan bisa menegangkan. Oleh karena itu, pelaku usaha harus memastikan bahwa mereka unggul dalam hal rasa, kualitas, dan inovasi,” pungkas Stefanie.

Dengan pola konsumsi yang terus berkembang, para pengusaha kuliner di Indonesia memiliki peluang emas untuk memperluas bisnis mereka, terutama dengan memanfaatkan platform digital untuk menjangkau lebih banyak pelanggan. 🚀🍽️