Perpecahan di Balik Restoran Padang Pagi Sore: Ini 4 Faktanya

Jakarta memiliki banyak restoran Padang terkenal, salah satunya adalah Pagi Sore. Namun, ada hal menarik yang mungkin belum banyak diketahui, yaitu keberadaan dua restoran dengan nama yang sama tetapi memiliki logo berbeda. Ternyata, keduanya berasal dari pemilik yang sama sebelum akhirnya berpisah.

Rempah-rempah khas yang digunakan dalam masakan restoran ini selalu berhasil menggugah selera, terutama saat disantap dengan nasi putih hangat. Namun, di Jakarta Selatan, restoran ini memiliki dua versi yang berbeda—satu menggunakan warna merah, sedangkan yang lain berwarna hijau.

Meski terlihat berbeda, kedua restoran tersebut sebenarnya berasal dari satu usaha yang sama sebelum akhirnya mengalami perpecahan. Inilah beberapa fakta menarik mengenai perjalanan Pagi Sore.

1. Asal-usul dari Palembang

Meskipun dikenal sebagai restoran Padang, Pagi Sore sebenarnya bukan berasal dari Sumatera Barat seperti Padang atau Bukittinggi, melainkan didirikan pertama kali di Palembang.

Sejak awal, restoran ini menyajikan hidangan khas Minang dengan sedikit sentuhan berbeda, yang dikatakan memiliki pengaruh cita rasa khas Palembang. Berdasarkan informasi yang beredar, restoran pertama Pagi Sore berdiri di Jalan Jenderal Sudirman, Palembang, Sumatera Selatan. Pendiri restoran ini memiliki keturunan dari Bukittinggi, sehingga mereka berani membawa konsep rumah makan Padang ke kota tersebut.

2. Berdiri Sejak 1973

Pagi Sore pertama kali didirikan oleh dua sahabat, H. Lismar dan H. Sabirin, yang memiliki pengalaman dan keberanian untuk terjun ke bisnis kuliner.

Restoran ini resmi berdiri pada tahun 1973 dan langsung menarik banyak pelanggan. Seiring dengan meningkatnya popularitas, Pagi Sore berkembang pesat dan selalu ramai pengunjung.

Setelah 12 tahun beroperasi, mereka akhirnya membuka cabang pertama. Kesuksesan ini kemudian mendorong ekspansi yang lebih luas dalam waktu yang lebih singkat.

3. Pecah Kongsi pada 2003

Pada tahun 2003, terjadi perpecahan antara kedua pendiri Pagi Sore. Awalnya, mereka menjalankan bisnis bersama, tetapi akhirnya memilih untuk berpisah dan membagi usaha mereka masing-masing.

Inilah yang menyebabkan munculnya dua restoran Pagi Sore dengan logo berbeda—merah dan hijau. Meski alasan pasti di balik perpisahan ini tidak pernah diungkapkan secara jelas, sejak saat itu manajemen restoran terbagi dua dan dikelola secara terpisah. Baik H. Lismar maupun H. Sabirin mendirikan tim bisnis masing-masing dan menentukan arah pengelolaan restoran tanpa lagi berjalan bersama.

4. Ekspansi Bisnis oleh Keluarga

Setelah perpecahan, kedua restoran terus berkembang dan masing-masing memperluas jaringan mereka.

Pagi Sore berlogo merah diketahui menaungi restoran lain bernama Sari Indah, sebagaimana dikonfirmasi oleh cucu dari H. Sabirin.

Di sisi lain, Pagi Sore dengan logo hijau juga melakukan ekspansi melalui Nasi Kapau Kedai Pak Ciman, yang dikelola oleh anak H. Lismar, yakni H. Erwin. Meski kini masing-masing restoran memiliki resep khasnya sendiri, banyak pelanggan mengakui bahwa cita rasanya tetap memiliki kemiripan.

Demikianlah perjalanan Pagi Sore, salah satu restoran Padang yang populer di Indonesia, yang kini terbagi menjadi dua entitas dengan ciri khasnya masing-masing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *