https://shotbysaini.com

Nasi Ulam: Warisan Kuliner dengan Cita Rasa dan Sejarah Panjang

Nasi ulam adalah salah satu hidangan khas yang mencerminkan kekayaan budaya kuliner Nusantara. Hidangan ini memiliki sejarah panjang yang berasal dari tradisi kuliner Melayu dan Tionghoa peranakan, serta berkembang di berbagai wilayah seperti Indonesia dan Malaysia. Berbeda dengan nasi uduk yang dimasak dengan santan, nasi ulam diolah dengan campuran rempah seperti serai, lengkuas, jahe, dan daun salam untuk menghasilkan aroma harum serta rasa gurih yang khas. Hidangan ini dikenal sejak zaman kerajaan-kerajaan lama di Sumatera dan Semenanjung Malaya, di mana masyarakatnya memanfaatkan rempah dan dedaunan segar untuk meningkatkan cita rasa serta manfaat kesehatan dalam makanan sehari-hari.

Di Indonesia, nasi ulam berkembang di berbagai daerah, terutama dalam kuliner suku Betawi dan Melayu Sumatera, bahkan juga ditemukan di Bali. Nasi ulam Betawi memiliki dua jenis varian, yakni nasi ulam berkuah yang umum di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, serta nasi ulam kering yang lebih sering ditemukan di Jakarta Selatan. Nasi ulam berkuah biasanya disajikan dengan siraman kuah semur tahu atau kentang, sementara versi keringnya tetap memiliki rasa gurih tanpa tambahan kuah. Kedua varian ini sama-sama disajikan dengan berbagai pelengkap seperti bubuk kacang tanah, bihun, serundeng, kemangi, emping, serta lauk seperti telur, tahu, tempe, dan perkedel.

Keberadaan nasi ulam hingga saat ini membuktikan bahwa kuliner tradisional mampu bertahan dan berkembang seiring waktu. Hidangan ini bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol perpaduan budaya serta kearifan lokal dalam mengolah bahan-bahan alami yang tersedia. Dengan cita rasa yang khas dan sejarah yang kaya, nasi ulam terus menjadi bagian penting dari warisan kuliner Nusantara yang patut dilestarikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *