Meneladani Pola Makan Sehat Rasulullah Saat Berpuasa

Puasa bukanlah hambatan untuk tetap menjaga pola makan sehat. Rasulullah telah memberikan contoh bagaimana mengonsumsi makanan yang tepat saat berbuka dan sahur agar tubuh tetap bugar. Hal ini menjadi pembahasan utama dalam kajian Tabligh Akbar yang digelar Universitas Airlangga pada Kamis, 20 Maret 2025, di Masjid Ulul Azmi Kampus C MERR. Acara ini diselenggarakan bekerja sama dengan DAI BEM FKM UNAIR 2025 dan menghadirkan narasumber Dr. Muhammad Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes.

Dalam kajian tersebut, Dr. Atoillah menjelaskan bahwa berbuka dengan makanan manis merupakan salah satu anjuran Rasulullah. Makanan manis mengandung karbohidrat yang diubah menjadi glukosa, yang kemudian masuk ke dalam sel otot dan digunakan sebagai energi. Contoh makanan manis yang baik dikonsumsi adalah nasi, umbi-umbian, dan buah-buahan. Rasulullah sendiri sering berbuka dengan ruthab atau kurma basah yang memiliki indeks glikemik rendah.

Makanan dengan indeks glikemik rendah lebih disarankan karena mencegah lonjakan glukosa dalam darah yang bisa membuat tubuh lemas dan mengantuk. Konsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat menyebabkan pankreas bekerja lebih keras untuk menyeimbangkan kadar gula darah, yang berujung pada rasa kantuk saat beribadah. Jika tidak ada ruthab, alternatif lain seperti tamr (kurma kering), pisang, atau bahkan air putih dapat menjadi pilihan berbuka yang sehat.

Dr. Atoillah menekankan bahwa Rasulullah tidak pernah memaksakan jenis makanan tertentu untuk berbuka, melainkan memberikan kebebasan dalam memilih makanan asalkan tidak berbahaya bagi tubuh. Fleksibilitas dalam memilih makanan sehat saat berbuka menjadi kunci agar puasa tetap lancar dan ibadah semakin khusyuk.

Gandum: Superfood yang Bikin Sehat dan Kenyang Lebih Lama

Gandum semakin populer sebagai pilihan makanan sehat berkat segudang manfaat yang didukung penelitian ilmiah. Selain memberikan rasa kenyang lebih lama, gandum juga berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat, konsumsi gandum utuh dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung dengan cara mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL) yang sering menjadi penyebab utama gangguan kardiovaskular.

Bagi penderita diabetes atau mereka yang ingin menjaga kadar gula darah tetap stabil, gandum adalah pilihan yang tepat. Berdasarkan studi dari Jurnal Gizi dan Pangan, gandum memiliki indeks glikemik rendah sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah secara tiba-tiba. Selain itu, bagi yang ingin menurunkan berat badan, mengganti nasi dengan gandum bisa menjadi strategi yang efektif. Jurnal Teknologi Pertanian menemukan bahwa konsumsi gandum dapat memberikan efek kenyang lebih lama, membantu mengurangi asupan kalori, dan mendukung program diet secara alami.

Manfaat lain yang tak kalah penting adalah untuk kesehatan pencernaan. Berdasarkan riset dalam Jurnal Ilmu Gizi Indonesia, serat dalam gandum membantu memperlancar sistem pencernaan dan mencegah sembelit. Selain itu, serat ini juga berfungsi sebagai prebiotik yang mendukung kesehatan bakteri baik dalam usus. Tak hanya itu, gandum juga kaya akan antioksidan, seperti polifenol, yang menurut penelitian dalam Jurnal Kimia dan Kesehatan dapat melindungi tubuh dari bahaya radikal bebas dan penyakit degeneratif seperti kanker.

Dengan berbagai manfaat luar biasa ini, gandum menjadi pilihan makanan yang patut dikonsumsi secara rutin. Pastikan untuk memilih gandum utuh (whole wheat) agar khasiatnya bisa dirasakan secara maksimal dan tubuh tetap sehat serta bertenaga!

Ayam Taliwang: Warisan Kuliner Lombok dari Diplomasi Kerajaan

Ayam Taliwang, hidangan khas Lombok, Nusa Tenggara Barat, memiliki sejarah panjang yang berakar pada peristiwa antara Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Karangasem. Pada tahun 1630, pasukan dari Kerajaan Taliwang dikirim ke Lombok untuk membantu Selaparang dalam konflik melawan Karangasem. Para prajurit ini membawa serta juru masak mereka, yang bertugas menyiapkan makanan bagi para pemimpin perang. Mereka kemudian menetap di daerah yang kini dikenal sebagai Karang Taliwang. Demi menciptakan perdamaian, juru masak tersebut menyajikan ayam bakar berbumbu khas kepada Raja Karangasem. Hidangan ini menjadi simbol diplomasi yang membantu meredakan ketegangan antara kedua kerajaan.

Dikutip dari THE SAGES JOURNAL: Culinary Science and Business (2023), ayam taliwang memiliki ciri khas berupa ayam kampung muda yang dibakar utuh dengan bumbu pedas kaya rempah. Proses memasaknya menggunakan cabai merah kering, bawang merah, bawang putih, tomat, terasi goreng, serta kencur, menghasilkan cita rasa pedas autentik. Biasanya, ayam taliwang disajikan dengan nasi putih hangat dan plecing kangkung, menciptakan kombinasi rasa pedas, gurih, dan segar.

Hidangan ini mulai dikenal luas di Lombok pada tahun 1960-an, salah satunya berkat Nini Manawiyah, yang menjual nasi ayam di rumahnya di Karang Taliwang. Popularitasnya terus meningkat hingga tahun 1980-an, ketika banyak restoran mulai memasukkan ayam taliwang ke dalam menu mereka. Kini, hidangan ini tidak hanya menjadi ikon kuliner Lombok, tetapi juga dikenal luas di berbagai kota besar Indonesia. Sebagai bagian dari warisan budaya masyarakat Sasak, ayam taliwang terus dijaga keberadaannya dan tetap menjadi kebanggaan kuliner Nusantara.

Atasi Sembelit Saat Puasa, Simak Tips Pola Makan yang Sehat

Sembelit merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan buang air besar secara teratur. Salah satu penyebab utama kondisi ini adalah kurangnya asupan serat dan cairan dalam tubuh. Selama menjalani puasa Ramadan, risiko sembelit bisa meningkat karena tubuh memiliki keterbatasan waktu dalam mendapatkan asupan makanan dan minuman yang cukup. Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk mengatur pola makan dengan tepat agar pencernaan tetap lancar.

Salah satu cara efektif mencegah sembelit adalah dengan memperbanyak konsumsi sayuran saat sahur dan berbuka. Sayuran yang kaya serat membantu memperlancar kerja sistem pencernaan sehingga buang air besar menjadi lebih mudah. Selain itu, biji-bijian utuh juga menjadi pilihan yang baik karena mengandung serat yang bermanfaat bagi usus. Mengganti nasi putih dengan beras merah atau mengonsumsi roti gandum bisa menjadi alternatif untuk menjaga kesehatan pencernaan.

Kacang-kacangan juga dapat menjadi solusi bagi yang mengalami sembelit. Selain mengandung protein tinggi, kacang-kacangan kaya akan serat yang membantu memperlancar proses pencernaan. Menjadikan kacang sebagai pengganti daging dalam menu makanan setidaknya sekali atau dua kali dalam seminggu bisa menjadi langkah tepat untuk menjaga kesehatan usus. Jika masih kesulitan mendapatkan cukup serat dari makanan, suplemen serat bisa menjadi pilihan, tetapi sebaiknya dikonsumsi sesuai anjuran dokter untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.

Selain itu, menjaga tubuh tetap terhidrasi sangat penting dalam mencegah sembelit. Mengonsumsi air putih dalam jumlah cukup membantu melunakkan tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan. Sebaiknya hindari minuman manis berlebihan karena dapat menambah kalori tanpa memberikan manfaat bagi pencernaan. Dengan menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang, risiko sembelit selama puasa dapat diminimalkan, sehingga tubuh tetap bugar dan nyaman menjalani ibadah.

Manfaat Mentimun untuk Menurunkan Kolesterol di Bulan Puasa

Mentimun, yang sering dijadikan lalapan atau campuran dalam berbagai hidangan seperti es kuwut, ternyata memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Salah satu manfaatnya yang luar biasa adalah kemampuannya untuk menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh. Apalagi selama bulan puasa, pola makan sering kali menjadi tidak terkendali, dengan konsumsi makanan berlemak, manis, dan tinggi kolesterol yang berlebihan. Kolesterol yang tinggi bisa menyebabkan masalah serius, seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Selain itu, kadar kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko gangguan pembuluh darah dan memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.

Meski obat-obatan untuk menurunkan kolesterol tersedia di apotek, harganya cenderung mahal dan belum tentu efektif. Oleh karena itu, konsumsi mentimun bisa menjadi alternatif alami yang lebih terjangkau. Berdasarkan jurnal dari Perpustakaan Nasional Kedokteran Amerika tahun 2017, mengonsumsi mentimun sebanyak 500 mg per hari dapat membantu menurunkan kolesterol jahat. Mentimun mengandung banyak antioksidan, termasuk flavonoid, yang terbukti efektif dalam menurunkan kolesterol dan melindungi tubuh dari penyakit jantung. Selain itu, mentimun juga rendah kalori dan dapat memberikan efek hidrasi yang baik bagi tubuh, menjadikannya pilihan ideal untuk menjaga kesehatan selama bulan puasa.

Maka dari itu, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan tubuh dengan mengontrol makanan yang dikonsumsi. Terlebih di bulan puasa, kita diajarkan untuk tidak berlebihan dalam makan, agar tidak hanya mendapatkan pahala, tetapi juga menjaga keselamatan tubuh dari risiko kesehatan yang lebih besar. Dengan memanfaatkan bahan alami seperti mentimun, kita dapat menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah masalah kesehatan yang dapat muncul akibat pola makan yang tidak sehat.

Nasi Ulam: Warisan Kuliner dengan Cita Rasa dan Sejarah Panjang

Nasi ulam adalah salah satu hidangan khas yang mencerminkan kekayaan budaya kuliner Nusantara. Hidangan ini memiliki sejarah panjang yang berasal dari tradisi kuliner Melayu dan Tionghoa peranakan, serta berkembang di berbagai wilayah seperti Indonesia dan Malaysia. Berbeda dengan nasi uduk yang dimasak dengan santan, nasi ulam diolah dengan campuran rempah seperti serai, lengkuas, jahe, dan daun salam untuk menghasilkan aroma harum serta rasa gurih yang khas. Hidangan ini dikenal sejak zaman kerajaan-kerajaan lama di Sumatera dan Semenanjung Malaya, di mana masyarakatnya memanfaatkan rempah dan dedaunan segar untuk meningkatkan cita rasa serta manfaat kesehatan dalam makanan sehari-hari.

Di Indonesia, nasi ulam berkembang di berbagai daerah, terutama dalam kuliner suku Betawi dan Melayu Sumatera, bahkan juga ditemukan di Bali. Nasi ulam Betawi memiliki dua jenis varian, yakni nasi ulam berkuah yang umum di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, serta nasi ulam kering yang lebih sering ditemukan di Jakarta Selatan. Nasi ulam berkuah biasanya disajikan dengan siraman kuah semur tahu atau kentang, sementara versi keringnya tetap memiliki rasa gurih tanpa tambahan kuah. Kedua varian ini sama-sama disajikan dengan berbagai pelengkap seperti bubuk kacang tanah, bihun, serundeng, kemangi, emping, serta lauk seperti telur, tahu, tempe, dan perkedel.

Keberadaan nasi ulam hingga saat ini membuktikan bahwa kuliner tradisional mampu bertahan dan berkembang seiring waktu. Hidangan ini bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol perpaduan budaya serta kearifan lokal dalam mengolah bahan-bahan alami yang tersedia. Dengan cita rasa yang khas dan sejarah yang kaya, nasi ulam terus menjadi bagian penting dari warisan kuliner Nusantara yang patut dilestarikan.

Susu Kedelai: Pilihan Sehat Sebagai Alternatif Susu Sapi

Susu kedelai merupakan minuman sehat yang dapat menjadi alternatif bagi Anda yang ingin berhenti mengonsumsi susu sapi. Sebagai sumber nutrisi yang kaya, susu kedelai dibuat dari kacang kedelai atau tepung kedelai, menjadikannya pilihan yang tepat bagi mereka yang mencari opsi lebih sehat. Selain itu, susu kedelai juga bebas dari kandungan susu hewani, sehingga cocok bagi orang yang memiliki alergi terhadap produk susu atau intoleransi laktosa. Minuman ini mengandung berbagai nutrisi penting, seperti asam lemak esensial, protein, serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Bagi Anda yang ingin menjaga berat badan, susu kedelai dapat menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan susu sapi. Dengan kandungan protein yang tinggi serta serat yang rendah, minuman ini dapat membantu menjaga keseimbangan nutrisi tanpa meningkatkan asupan kalori berlebih. Selain itu, susu kedelai juga dapat mendukung metabolisme tubuh dan memberikan energi yang cukup tanpa menambah kadar lemak yang signifikan. Konsumsi susu kedelai secara rutin tidak hanya baik untuk kesehatan secara keseluruhan, tetapi juga dapat membantu menjaga keseimbangan nutrisi dalam pola makan sehari-hari.

Salah satu keunggulan susu kedelai adalah kandungan isoflavonnya yang berperan sebagai antioksidan alami. Isoflavon dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung, menjaga kesehatan tulang, serta mengatur kadar hormon dalam tubuh, terutama bagi wanita yang mengalami menopause. Selain itu, susu kedelai juga dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah, sehingga baik untuk kesehatan jantung. Bagi penderita diabetes, susu kedelai bisa menjadi alternatif yang lebih aman dibandingkan susu sapi karena memiliki indeks glikemik yang lebih rendah, sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah secara drastis.

Di sisi lain, susu kedelai juga mendukung pola makan berbasis nabati, sehingga sangat cocok bagi para vegetarian dan vegan. Minuman ini dapat dikonsumsi langsung atau digunakan sebagai campuran dalam berbagai makanan dan minuman, seperti smoothie, sereal, kopi, atau bahkan olahan makanan seperti sup dan saus. Dengan berbagai manfaat kesehatan yang ditawarkannya, susu kedelai menjadi pilihan yang cerdas untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian.

Untuk mendapatkan manfaat terbaik dari susu kedelai, pastikan memilih produk yang tidak mengandung tambahan gula berlebih dan bahan pengawet yang tidak perlu. Anda juga dapat membuat susu kedelai sendiri di rumah dengan cara yang mudah, yaitu dengan merendam kacang kedelai semalaman, kemudian menghaluskannya dengan air, menyaringnya, dan merebusnya hingga matang. Dengan begitu, Anda bisa menikmati manfaat susu kedelai secara alami tanpa tambahan zat kimia yang berlebihan.

Dengan segala keunggulannya, susu kedelai bukan hanya sekadar minuman alternatif, tetapi juga bagian dari gaya hidup sehat. Baik untuk kesehatan jantung, sistem pencernaan, serta menjaga berat badan ideal, susu kedelai bisa menjadi pilihan tepat bagi siapa saja yang ingin menerapkan pola hidup sehat tanpa harus mengorbankan asupan nutrisi penting bagi tubuh.

Nugget Jamur, Inovasi Camilan Sehat dari Mahasiswa KKN UNY

Bagi mereka yang menjalani pola makan vegetarian atau ingin mencoba camilan sehat tanpa daging, Nugget Jamur bisa menjadi pilihan tepat. Inovasi ini dikembangkan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang bertugas di Dusun Bibis, Hargowilis, Kokap, Kulon Progo, DIY.

Pembuatan Nugget Jamur berawal dari program kerja KKN yang berfokus pada budidaya jamur tiram. Karena sebagian besar anggota tim berasal dari jurusan Tata Boga, mereka berinisiatif mengadakan pelatihan mengolah jamur tiram menjadi nugget yang bernilai jual tinggi. Pelatihan ini melibatkan ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) setempat, yang antusias belajar mengolah jamur menjadi makanan lezat dan bergizi.

Nugget Jamur tidak hanya praktis, tetapi juga kaya akan nutrisi yang baik bagi keluarga, terutama anak-anak dalam masa pertumbuhan. Selain itu, produk ini dapat menjadi alternatif sehat untuk menggantikan nugget daging yang beredar di pasaran. Nugget Jamur juga dapat disimpan dalam bentuk makanan beku, sehingga lebih tahan lama dan praktis untuk dikonsumsi kapan saja.

Dalam proses pembuatannya, bahan utama yang digunakan meliputi jamur tiram, wortel, bawang merah, bawang putih, telur, serta campuran tepung terigu dan tapioka. Setelah diolah dan dikukus, nugget dipotong sesuai selera, dilapisi tepung panir, lalu digoreng hingga keemasan. Dengan adanya inovasi ini, mahasiswa KKN UNY berharap masyarakat dapat mengembangkan usaha berbasis olahan jamur, sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi desa melalui produk pangan kreatif.

Jaga Stamina Saat Puasa: Hindari Konsumsi Makanan Ini di Sahur dan Berbuka

Bulan Ramadan menjadi momen yang istimewa untuk meningkatkan ketakwaan sekaligus menjaga kesehatan tubuh. Selama menjalani puasa, pemilihan makanan yang tepat berperan penting agar tubuh tetap bertenaga sepanjang hari. Sayangnya, banyak orang tanpa sadar mengonsumsi makanan yang kurang baik saat sahur dan berbuka, yang justru dapat mengganggu metabolisme serta kenyamanan selama berpuasa.

Saat sahur, penting untuk memilih makanan yang memberikan energi tahan lama serta tidak menyebabkan tubuh cepat merasa lemas atau lapar. Begitu pula ketika berbuka, makanan yang dikonsumsi harus membantu tubuh pulih dari seharian menahan lapar dan haus tanpa memberikan efek negatif pada sistem pencernaan. Beberapa jenis makanan yang sering dikonsumsi justru berisiko menimbulkan gangguan seperti kembung, kelelahan, hingga lonjakan kadar gula darah yang drastis.

Makanan berminyak seperti gorengan, meskipun menggugah selera, sebaiknya dihindari karena sulit dicerna dan dapat menyebabkan perut terasa berat. Konsumsi makanan tinggi gula juga perlu dikontrol, sebab lonjakan gula darah secara tiba-tiba bisa membuat tubuh cepat lemas setelah berbuka. Selain itu, makanan pedas berpotensi meningkatkan produksi asam lambung, sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan saat berpuasa. Minuman bersoda juga tidak disarankan karena kandungan gulanya yang tinggi serta gas yang dapat menyebabkan kembung. Demikian pula makanan instan, yang cenderung tinggi natrium dan rendah nutrisi, sehingga kurang ideal untuk menjaga stamina saat berpuasa.

Agar ibadah puasa tetap lancar dan tubuh tetap sehat, penting untuk lebih selektif dalam memilih makanan. Menghindari makanan berminyak, manis berlebihan, serta yang sulit dicerna dapat membantu tubuh tetap bugar sepanjang hari. Dengan pola makan yang lebih sehat, puasa tidak hanya memberikan manfaat spiritual tetapi juga meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Kurma Medjool: Buah Manis Amerika yang Cocok untuk Berbuka Puasa

Kurma selalu menjadi hidangan favorit saat Ramadan, tetapi tahukah Anda bahwa tidak semua kurma berasal dari Timur Tengah? Salah satu jenis kurma yang dibudidayakan di Amerika Serikat adalah kurma medjool, yang banyak ditanam di Arizona. Kurma ini dikenal sebagai kurma premium karena ukurannya yang besar, teksturnya yang lembut, dan rasa manisnya yang khas. Dalam acara Ramadan Delights with U.S. Product yang diadakan oleh @america dan U.S. Foreign Agriculture Service (FAS) pada Rabu (19/3), kurma medjool dari Natural Delights menjadi salah satu produk unggulan yang diperkenalkan sebagai hidangan berbuka puasa.

Selain memiliki cita rasa yang lezat, kurma medjool juga kaya manfaat kesehatan. Meskipun mengandung gula alami, buah ini memiliki indeks glikemik rendah karena kandungan seratnya yang tinggi, sehingga membantu mengontrol pelepasan energi tanpa menyebabkan lonjakan gula darah. Chef Chandra Yudasswara, salah satu chef ternama di Indonesia, menyebut kurma medjool sebagai kurma dengan kualitas terbaik. Menurutnya, tekstur yang konsisten serta rasa manis yang tidak berlebihan membuatnya ideal untuk berbagai kreasi kuliner.

Dalam acara tersebut, Chef Chandra mengolah kurma medjool menjadi berbagai hidangan menarik. Salah satu kreasi yang ia buat adalah medjool brioche, yaitu roti lembut berisi campuran cream cheese California, fresh cream, dan potongan kecil kurma medjool, menciptakan sensasi lumer di mulut. Selain itu, ia juga membuat saus asam pedas berbasis kurma yang terdiri dari gula, air jeruk nipis, saus cabai, kecap Inggris, saus tomat, serta aneka irisan buah dan sayuran. Saus ini memberikan perpaduan rasa manis, pedas, asam, dan gurih yang sempurna ketika disajikan bersama salmon.

Salah satu jenis salmon yang digunakan dalam hidangan ini adalah Alaskan Coho Salmon, yang termasuk kategori wild caught salmon. Salmon ini memiliki warna pink alami dan tekstur lembut yang berpadu sempurna dengan saus berbahan dasar kurma. Inovasi seperti medjool brioche dan saus asam pedas berbasis kurma membuktikan bahwa kurma medjool bukan hanya sekadar camilan manis, tetapi juga dapat menjadi bahan utama dalam berbagai hidangan berbuka puasa yang lezat dan bergizi.